Algebra vs Andalas
Nama gengster ternama ini sudah siap mengambil ancang ancang untuk menyerang. Varo dengan sigap mengambil posisi melihat keadaan sekarang yang semakin panas. Melihat mereka membawa senjata dan anak anak Algebra dengan tangan kosong membuat Varo sedikit cemas dengan nasib mereka.
"Ro gimana disini cuma kita bertiga gak mungkin ngelawan Andalas segabrek" Rendra cemas bahkan keringat daritadi sudah menetes sampai ke bajunya. Jujur Varo juga bingung dengan apa yang akan ia lakukan. Tapi sebagai ketua ia harus mengambil tindakan
"Telfon anggota lain sekarang, kita lawan mereka sambil nunggu yang lain dateng"
"LO GILA?!"
"Mau dibilang pengecut lari dari arena?!" Varo menatap tajam Fandi. Ia tidak dapat berkutik lagi jika Varo sudah berkata seperti itu.
"Wow berani juga lo bertiga ngadepin gue. Apalagi ketua lo yang gek becus ini ngebiarin dua anak buah mati terbunuh harini" ucap Rian ketua Andalas.
Anak buah Andalas ternyata sudah mulai menyerang mereka. Rendra dan Fandi langsung saja memukul mereka satu persatu karena bisa dikatakan mereka lumayan jago dalam masalah berkelahi. Sedangkan Varo memulai pukulannya dengan Rian karena sedari tadi laki laki itu gencar memanasinya. "Diem lo banci pengecut dasar! lo kira gue gak bisa menang karena kurang anggota dan tanpa senjata"
Rian tersenyum meremehkan. Ia langsung membalas pukulan Varo yang sudah membuat ujung bibirnya mengeluarkan darah. Dalam keadaan seperti ini tidak ada seorang pun yang berani melewati area itu melihat sudah banyak darah yang menetes di jalan.
Dan tak lama itu anggota Algebra yang lain datang tanpa membawa senjata. Mereka tidak pengecut seperti lawannya yang sekarang tersenyum miring meremehkan.
***
"Astaga Pak Joko mana sih kan gue takut sendirian begini mana udah mau malem" Caca memandang handphone nya yang sudah tak bernyawa itu. Ia lupa mengecas hp nya dan seperti inilah akhirnya ia tidak tau apakah Pak Joko menjemputnya atau tidak.
"Apa gue jalan aja ya" sambil menatap jalanan yang sudah sepi. Ia memutuskan untuk jalan saja karena kalau tidak ia tidak akan sampai rumah kalau trus menetap disekolah dengan keadaan yang sudah sepi begini.
Sudah setengah jam ia berjalan belum sampai juga dirumahnya. Rasanya ingin menangis dan menjerit ia takut sendiri di keadaan sepi begini.
Ternyata ia mendengar suara ribut di ujung sana. Karena memang sifat ingin tahu yang sangat tinggi ia menyusul ke jalanan sepi itu. "Astagaa itu kan anak anak Perwira anjir ngapain"
Caca menyusul kesana sambil berlari. Ia tidak tahu apa resikonya masuk ke arena tawuran itu. "WOI BERENTI WOI" betapa bodoh dirinya tidak menyadari perkelahian antara dua geng tersebut. Caca masih disana menatap cemas teman satu sekolahnya.
Varo yang menyadari teriakan itu menatap kaget melihat gadis pemberani yang datang ke tempat terlarang ini.
"Bodoh" gumamnya.
Caca berteriak takut bahkan sudah menangis melihat dua laki laki berjalan sambil membawa senjata kearahanya. Varo yang melihat itu langsung berlari ia tidak peduli Rian yang semakin gencar memukulinya karena fokus Varo sudah tak terarah lagi. Kedua laki laki tadi sudah berada di hadapan gadis itu. "Eh cantik kok main nya disini enakan main sama kita" ucap salah satu laki laki itu.
Satu laki laki itu sudah menarik paksa gadis yang sedari tadi menangis. "Kok nangis sih kan kita gak ngapa ngapain cantik". Mereka pun berdua tertawa melihat sekarang gadis itu ketakutan.
"Lepasin dia brengsek" Varo langsung menghajar kedua laki laki yang sedari tadi menganggu gadis itu. Caca tetap diam ditempat mungkin ia baru sadar bahwa sangat salah untuknya berada disini.
"Dia siapa lo? pacar bukan apa apa bukan gak usah ikut campur bgst" Varo langsung saja menghabisi dua laki laki itu.
Mereka pun terlibat perkelahian dan ternyata geng Algebra sudah meruntuhkan anak buah Andalas.
"Cabut!" teriaknya. Mereka pun berlari sudah tidak berada di tempat itu. Varo segera menghampiri gadis yang sedari tadi sudah menangis sesegukan meratapi nasibnya.
" Ckk lo ngapain sih pakek kesini segala! ngerepotin tau gak" cercah Varo.
"Hiks Hiks M-Makasih"
"Gak usah takut gue ada disini"
Varo menghela nafas. Ia cukup lelah karena tawuran tadi. "Kalian boleh pulang gue mau nganterin nih cewek dulu".
"Lo pulang sama gue"
Mereka pun sudah tidak ada di area itu lagi. Varo juga sudah mengantar gadis itu. Karena ia yakin gadis itu tidak baik baik saja sekarang.
Di lain tempat
"Lo liat kan cewek tadi gue rasa mereka pengen ngelindungin tuh cewek""Gue rasa dia kelemahannya" jawab Rio salah satu geng Andalas.
"Jangan serang dalam waktu dekat. Gue yakin Varo bentar lagi deket sama tuh cewek karena kalo sekarang gue rasa dia cuma mau ngelindungi sebagai rasa kemanusian nya" perkataan Rian membuat semua anggota nya terdiam.
"Supaya lebih mudah ngacurin Algebra"
"Kita jadiin tuh cewek tawanan" dengan senyum kemenangan.
#tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen Fiction"Apa yang lo lakuin kalau dia kembali?" Tak ada jawaban dari nya. Gadis itu mendengus kasar melihat sahabatnya yang selalu saja memikirkan laki laki brengsek yang jelas jelas melukai hatinya. "I lost him" menjawab seraya merautkan wajah kecewa. "You...