CST) TandaTangan

18 0 0
                                    

Angga terus mondar-mandir di depan kelas Citra, bahkan Angga melakukan Bolos di jam pelajarannya, untuk mencari Citra, sejak pagi Citra tidak bisa di hubungi, batang hidungnya juga tidak terlihat.

"Angga masuk kelas kamu!" Perintah Bu Tuty di iyakan Angga.

Sama halnya seperti Angga ,Galuh dan Yona sama khawatirnya dengan Citra, niat Galuh setelah pulang sekolah akan pergi kerumah Citra..

*****

Di sisi lain Citra Terus menangis dalam pelukan Erik, semua isi hatinya di curahkan kepada Erik. Erik bingung harus apa? Harus berbuat apa? Bahkan dirinya saja sama seperti Citra.

"Citra kita pulang ya" tanya Erik sambil mengelus rambut Citra, Citra menggeleng kuat bahkan air matanya langsung keluar kembali.

"Terus mau kemana? Ini sudah jam setengah sembilan" ucap Erik sambil melihat jam tangan nya, yang artinya, sudah setengah jam mereka di pinggir danau dengan pakaian basah guyub

"Bawa aku kemana saja ka.. asalkan jangan pulang! Aku tidak mau melihat ke dua orang tua ku sedang bertengkar, aku tidak mau!!" Kekeh Citra

"Baiklah, kerumah ku saja ya" Citra menatap Erik sebentar lalu mengangguk, tanpa memikirkan apapun.

Selama perjalanan keduanya diam tidak bersuara, hanya dinginnya angin yang menusuk setiap tulangnya.

sesampai di sana, Erik mencari baju yang mungkin muat untuk badan mungil Citra, sementara Citra duduk di ruang tengah dengan sehelai selimut yang di berikan Erik, Erik tahu betapa sakitnya melihat orang yang kita sayangi harus pergi jauh, bahkan, itu membuat Erik kembali mengingat masa lalunya, masa-masa dimana dirinya merasakan menyerah, sama seperti Citra.

"Nih baju, cepat ganti, aku tahu kamu kedinginan" ucap Erik sambil menyodorkan baju miliknya.

"Ini kebesaran ka" ucap Citra saat melebarkan baju Erik

"Mau mati kedinginan? Jangan! Aku kan belum halalin kamu" Citra mengedip-ngedipkan kelopak mata nya, dengan wajah bertanya, namun belum juga di jawab Erik terlebih dahulu menarik Citra kedalam kamarnya dan pergi meninggalkan Citra.

Saat Erik keluar Citra memandang seisi kamar Erik, harum jeruk memenuhi ruangan ini, bahkan itu membuat Citra Merakan ketenangan yang luar biasa.

Citra kembali menangis, membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini? Apakah orang tuanya akan bercerai? Apakan tidak? Jika iya, Citra ingin pergi ke mana? Sementara Citra semakin muak di dalam rumahnya.

"Kalian kenapa? Kalian ada masalah apa? Hingga aku yang harus kena getahnya? Mengapa aku harus jauhi kak Angga? Kenapa? Aku sayang dia, aku cinta dia Bun!!" Tangis Citra dengan menahan agar suaranya tidak terdengar oleh Erik

Namun, suara Citra begitu terdengar jelas, Erik hanya bisa diam dibalik pintu, dengan air matanya ikut keluar.

"Kita sama, kita sama Citra, tidak hanya kamu, aku pun sudah terlebih dahulu merasakan apa kamu rasakan, bahkan aku juga ingin mengakhiri hidupku, sama sepertimu" bisik Erik pelan

......

Malam pun tiba, Rita, Chandra, dan Angga sudah mencari Citra kemana saja bahkan kerumah teman-temannya sudah, namun tidak ada yang tahu dimana Citra, namun Angga ada satu keyakinan jika Citra di rumah Erik, bahkan tadi pagi Erik tidak masuk sekolah.

"Ini semua karena mu!! Kau harus bertanggung jawab!!kembalikan anak ku, BODOH!!" Histeris Rita dengan menunjuk wajah Angga, itu membuat Chandra murka,tak segan-segan Chandra menampar pipi Rita.

"Jaga ucapan mu!!"

Angga hanya bisa diam, benar ini semua salahnya, seharusnya ia tidak usah dekat dengan Citra, bahkan tidak usah menjalani hubungan apapun dengannya, namun hati nya sudah berkata jujur, jika dirinya sangat sayang dengan gadis kecil miliknya.

"Baik, Tante saya akan cari Citra saya juga akan mendatangani surat persetujuan milik Tante" pasrah Angga

Chandra menggeleng kearah Angga bahka Chandra langsung merebut surat di depan nya, namun Rita senang dengan kepasrahan Angga.

Rita merebut kertas ditangan Chandra, lalu melemparkannya kewajah Angga, Angga menatap sedih kertas berdebat, lalu mendatangani..

Rita senang sangat senang "lihat itu mas!! Orang kepercayaan mu telah nyerah, dan kau Angga jauhi anak saya mulai detik ini juga, jika saya melihat kamu dengan anak saya walau berapa detik saja, saya akan membawa Citra pergi jauh dari mu, dan kau mas!! Aku mau bercerai dengan mu saat ini juga!" Bantah Rita sambil melempar kembali sebuah amplop yang berisi surat pengadilan..

Diluar dugaan bukan? Seharusnya Chandra lah yang memberikan surat pengadilan, karena Chandra masih memikirkan bagaimana Citra nanti, namun Rita sudah tidak peduli lagi, cerai atau terus melihat suaminya masih memikirkan wanita lain? Lebih baik cerai, dengan cerai semua itu tidak akan lagi terulang dikehidupan Rita.

Daan mulai saat itu semuanya berakhir....

Cinta Segi TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang