CST) Ikhlas

7 0 0
                                    

Tiga bulan berlalu begitu cepat, seakan semua itu baru kemarin, Citra melewati itu semua, semenjak itu, Rita semakin perhatian dan juga,  selalu menyempatkan diri untuk bersama dengan citra.

Galuh dan Yona? Keduanya begitu siaga di samping Citra, mereka selalu siap mendengarkan tangis Citra, kapanpun dan dimanapun.

Seperti inilah sahabat yang diinginkan bukan? Seperti mereka yang bisa menerima satu sama lain, bisa memberikan perlindung untuk sahabatnya yang sedang terpuruk, bisa menjadi seorang sahabat dan juga seorang pendengar yang setia.

Erik dan Angga? Semenjak kejadian didalam kantin Angga tidak pernah muncul kembali, bahkan seperti orang yang tertelan bumi, bahkan yang biasanya heboh saat Angga datang memasuki sekolah, kini tidak, semua orang takut kepadanya.

Sedangkan Erik, semenjak malam itu,  Citra semakin menutup mulut untuk berbicara dengan Erik, jangankan bicara, menyapanya saja tidak.

Hari itu Citra sedang melewati koridor sekolah, tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahu Citra, sepontan Citra berbalik dan memukulnya, membuat sang pemilik bahu merintih kesakitan.

"Maaf ka, maaf kak, aku tidak tahu kalo ka Dewi yang menepuk bahuku" maaf Citra ke seniornya, Dewi Agrahaza itulah nama lengkapnya, gadis 18thn yang sebentar lagi akan meninggalkan sekolah ini adalah salah satu ratu sekolah.

"Heh!! Sakit tahu tangan aku! Ade ipar jahat!" Marah Dewi sambil menepuk-nepuk bahunya.

Citra menstap lekat seniornya itu "siapa yang Ade ipar kak?" Tanya Citra bingung

"Kamu lah, masa orang lain" ucap Dewi dengan tenang, Citra tidak paham apa maksudnya

"Akh ka Dewi bisa aja, aku kan anak satu-satunya di keluarga aku, nama mungkin aku punya Kaka laki-laki"

"Oh kamu belum tahu kal--"

"Dewi!!" Suara teriakan itu membuat Dewi dan Citra terdiam, bahkan Dewi menunduk dan perlahan menjauh, namun sayang sebelum melangkah jauh, Dewi di tarik begitu saja

"Loh, Kenapa narik kak Dewi?" Bingung Citra melihat keduanya pergi meninggalkan nya.

Citra tidak mau memikirkan nya lagi, Citra harus terfokus dengan belajar, masih banyak yang Citra punya di dunia ini, tidak hanya dia.

Citra semakin terbiasa dengan tidak adanya orang itu, dan kini hidup Citra aman-aman saja.

"Citra!! Woyy bengong aja sih?" Teriak Galuh saat memasuki kelas, dan duduk disamping Citra

"Hmm"

"Kenapa? Ada masalah? Cerita sini sama aku"  tanya Galuh, dengan tangan menopang kepalanya, yang di ikuti yona

Citra memandang kedua sahabatnya dengan tatapan bertanya-tanya "hey, aku mau tanya, sejak kapan ya, aku punya Kaka laki-laki?" Yona melotot kaget, dan begitupun Galuh,

"Lohh, bukannya kamu emang gak punya Kaka laki-laki, emangnya siapa yang bilang?" Kepo Yona

"Tadi aku ketemu sama kak Dewi di koridor, terus dia bilang aku adek iparnya, tidak mungkin dia manggil aku begitu cuma bercanda kan?" Bingung Citra

"kak Dewi kok aneh ya?" Bingung Galuh ikut memikirkan ucapan Citra

"Aku rasa ada sesuatu yang di sembunyikan sama kak dewei deh!" Tuduh Yona

"Sudahlah aku gak mau mikirin ini! Aku mau ngerjain pr yang kemarin" Galuh dan Yona saling memandang dengan, tatapan berharap
"Kenapa?belum prnya? Kebiasaan, nih! Cepat salin!" Ucap Citra menyodorkan buku yang di sambut baik oleh Galuh dan Yona

"Makasih sayang, makin cintah dehh"

******

Jam pulang berbunyi nyaring memenuhi penjuru sekolah, Citra langsung membereskan semua peralatan sekolahnya, begitupun Galuh dan Yona.

"Citra, kamu marah banget sama ka Erik?" Ucapan itu terlontar begitu saja dari Yona

"Aku gak marah ko" balas Citra menutupi rasa bencinya

"Terus kenapa selama tiga bulan ini kamu menjauh dari kak Erik?" Citra mulai kesal namun, masih coba untuk ditahan

"Enggak ko Yon, aku biasa aja" Citra mencoba tersenyum, walau pada dasarnya hati kecilnya merasa kesal dan merasa bersalah karena mendiamkan Erik selama berbulan-bulan.

Citra mencoba mengalihkan topik agar Yona tidak terus membahas tentang Erik, dan itu berhasil.

Citra langsung pergi meninggalkan kelas begu saja, dan itu sudah biasa untuk Galuh dan Yona, Citra memandangi lapangan, biasanya sehabis bel akan ada yang memanggil namanya, lalu Citra memandangi parkiran yang biasanya juga ada yang selalu menunggunya, bahkan Citra memandangi gerbang sekolah dengan tatapan sedih.

"Sudah berapa lama aku tidak bertemu dengan mu? Sudah berapa lama aku tidak mendengar suaramu? Sudah berapa lama aku tidak mencium wangi Vanilla dari bajumu? Itu sudanh sangat lama, bahkan aku terus memikan nya, walau aku mencoba untuk melupan nya, itu membuat aku semakin menggila akan rinduku denganmu! Kapan aku bisa melihatmu lagi? Aku tahu tadi hanya sepintas, kamu jalan melewati aku begitu saja, kalau menggenggam tangan wanita lain, bahkan kamu memanggil namanya, kak Dewi beruntung, bisa terus menggenggam tanganmu dengan semaunya, kak dewi beruntung bisa mendengar teriakanmu, kak Dewi beruntung bisa terus mencium aroma vanilla bajumu, aku iri dengan kak Dewi, tapi aku akan mencoba untuk tidak terus iri dengannya, kamu tenang saja aku tidak akan menganggu kalian, aku IKHLAS"

Cinta Segi TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang