12. Panggung Pelik

431 101 153
                                    

𝙅𝙪𝙯 𝙆𝙚𝙙𝙪𝙖𝙗𝙚𝙡𝙖𝙨 :𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝, 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙪 𝙝𝙖𝙙𝙞𝙖𝙝 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙖𝙞𝙠 𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙣𝙜𝙜𝙪𝙣𝙜 𝙠𝙞𝙩𝙖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝙅𝙪𝙯 𝙆𝙚𝙙𝙪𝙖𝙗𝙚𝙡𝙖𝙨 :
𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝, 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙚𝙧𝙞𝙠𝙪 𝙝𝙖𝙙𝙞𝙖𝙝 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙖𝙞𝙠 𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙣𝙜𝙜𝙪𝙣𝙜 𝙠𝙞𝙩𝙖.

.
.
.

ーR E N J A H W A N Aー

Sekembalinya Raga dari Anak Bintang menuju rumah, Matteo memberi kode padanya untuk tak berisik. Berdasarkan cerita Matteo, Hugo menyalurkan kekesalannya kepada Angela. Seakan, Angela adalah boneka pengganti dirinya bagi Huho. Matteo juga menyesal sejadi-jadinya karena tak menyadari hal ini lebih cepat.

Laki-laki itu sudah pulang. Meninggalkan Raga yang menatap nanar beberapa luka memar di tangan Bundanya yang tengah terlelap. Satu bulir air mata lolos dari kelopak matanya. Ia merasa tak pantas menjadi anak bagi Angela. Bukannya melindungi, ia malah menyakiti malaikat tanpa sayapnya itu. Angela memang bukan Ibu kandungnya. Tapi, kalau bukan karena Angela, bagaimana nasibnya sekarang? Raga begitu terpukul. Ia tak suka orang yang teramat disayanginya tersakiti seinchi pun.

"Maafin Raga, Bun. Maaf sekali ...." lirihnya.

ーR E N J A H W A N A

Satu November 2017.

Aku menendang-nendang kerikil di halaman depan sekolah. Ini sudah pukul delapan malam. Pembukaan acara sudah dimulai setengah jam yang lalu. Tapi, tak kunjung jua aku melihat Rahwanaku. Aku langsung memutuskan untuk menunggunya tiba di depan sekolah, begitu melihat Javier dan Haidar kelimpungan mencari Renjana di tengah-tengah keramaian pesta.

Entahlah, aku lupa sudah berapa kali menghela nafas panjang atau mengusap lenganku yang tidak terbalut sehelai kain pun.

Kemarin, aku langsung menghubungi Renjana. Untuk apa lagi kalau bukan menanyakan lukanya? Pertanyaan Mas Dimas sangat membuatku khawatir. Bahkan hampir mampus saja rasanya. Di saat yang sama, aku menghujani tanda seru kepada Renjana. Teramat kesal, sedih, penasaran, sekaligus cemas. Bagaimana bisa anak itu bertingkah biasa saja saat luka di betisnya belum mengering sepenuhnya?

Dasar, Rahwana! Raksasa, namun ringkih sekali. Mana begitu, sok-sok bisa menangani semuanya sendirian lagi. Membiatku jadi semakin ingin melindungi.

"Kadang kala tak mengapa, untuk tak baik-baik saja. Kita hanyalah manusia. Wajar jika tak sempurna ...."

"Saat kau merasa gundah, lihat hatimu percayalah. Segala sesuatu yang pelik, bisa diringankan, dengan peluk."

Aku langsung menoleh ke lenganku yang sudah tertutupi sebuah jas.

"Renjana! Ditungguin dari tadi, kok, lama banget?" Sungutku kesal.

Renjahwana ft. Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang