PART 5 - Terpuruk

49 21 1
                                    

•••••

"Huft.. Capek banget sii hari ini."

Nalfa langsung membaringkan tubuh nya di atas kasur. Entah kenapa hari ini begitu lelah baginya. Mungkin karna banyak nya tugas di akhir semester, apalagi sebentar lagi ia akan menghadapi skripsi. Jadi, takhayal jika begitu banyak sekali tugas di bulan-bulan ini.

"Nalfa..!" Panggil seorang perempuan dari balik pintu kamar Nalfa. Ya. Perempuan itu adalah Rani ibu Nalfa.

"Kamu lagi apa di dalem?!"

Krekk

"Ya ampun ini anak malah tidur bukannya mandi dulu," ucap Rani.

"Nal.. Hey bagun mandi dulu," sambil menggerakan tubuh Nalfa.

Ekhmmm

"Mama.." sambil membuka matanya.

"Kamu kenapa sayang? Tumben pulang kuliah langsung tidur, biasanya mandi dulu,"

"Nalfa capek mah, hari ini tugas numpuk," keluh nya.

"Hmm iya-iya, yaudah sekarang kamu bangun,terus mandi lalu kita makan bareng ya.. Mama tunggu di meja makan."

Nalfa hanya meng-iya'kan ucapan Mama nya tersebut.

Nalfa pun bergegas pergi ke kamar mandi. Lalu, ia segera menghampiri keluarganya yang sudah menunggu sedari tadi di meja makan.

•••••

"Rendi, kamu tau gak? Aku udah bilang sama Mama kalo kita pacaran," ucap seorang gadis.

"Oh ya? Terus apa respon Mama?"

"Mama marahin aku, Mama bilang aku gak boleh pacaran sebelum aku selesai sekolah," gadis itu menunduk.

"Terus hubungan kita gimana?"

"Mama nyuruh kita putus," dengan suara yang lirih.

"Kamu emang mau kita akhirin semua ini?"

Gadis itu hanya menunduk sambil menjatuhkan air mata. Ia tak bisa berkata apa-apa. Ia bingung harus memilih yang mana, karena pada kenyataan nya dia begitu sayang kepada Rendi. Namun, ia juga tidak bisa membantah kepada orang tua nya. Apalagi itu Ibu nya sendiri.

Ya. Gadis itu adalah Nalfa, dia tidak menyangka jika pada akhirnya dia harus putus dengan Rendi. Setelah hubungan yang mereka jalin begitu lama, dengan cara mengandalkan sebuah kepercayaan. Namun pada akhirnya semua hasil nya hanya lah sia-sia.

Perjuangan Rendi dengan Nalfa harus rampung. Keduanya tidak menginginkan semua ini. Namun, mereka pun tidak bisa memaksakan kehendak mereka tanpa adanya restu dari pihak lainnya.

Nalfa hanya diam melalui hari-hari nya. Dia kini hanya fokus kepada skripsi nya. Walaupun sesungguhnya di tetap saja tidak bisa konsentrasi.

Nalfa segera membereskan semua alat tulisnya dan buku-buku yang telah ia baca tadi. Ia enggan untuk melanjutkan belajar nya kembali. Nalfa segera merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu melihat keatas yang hanya ada langit-langit kamar yang kosong.

"Kok gue makin gak fokus ya." Gumam Nalfa sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Nalfa begitu tidak bisa fokus sedikit pun. Entah lah saat ini keadaan nya merasa terpuruk. Walupun mereka diluaran sana tidak mengetahui itu semua.

Seketika Nalfa pun mengingat kembali akan janji nya untuk menghubungi Nara. Dia berniat untuk ketemu Nara esok hari hanya sekedar ingin sedikit melupan masalah nya sejenak. Setidaknya jika ia dapat berkumpul dengan sahabatnya semua nya tidak akan terlalu ia fikirkan walaupun hanya sejenak.

***

Nalfa calling..

Nara pun langsung mengangkak telfon dari sahabtnya itu.

"Nara besok gue langsung ke rumah lu aja ya."

"Yaudah lu kesini aja, gue stay di rumah kok."

"Oke besok gue kabarin lagi ya."

Nalfa pun langsung mematikan salularan telfon nya. Nara yang tau sahabat nya akan kerumah nya esok hari segera membereskan kamar nya yang begitu berantakan.

Nara tau keadaan sahabat nya sekarang sedang terpuruk. Karna Nara bisa menebak dari suara Nalfa yang begitu berat menahan tangis dan amarah yang ingin ia luapkan.

____

Maaf ya baru update:v

Happy reading jangan lupa vote ya!
Dan kasi komentar nya juga.

My Patient Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang