PART 4 - Keraguan

73 24 5
                                    

"Bagus lah kalo gitu, jaga diri baik-baik ya disitu," jawab Rendi.

"Iya Ren pasti, kamu juga jaga diri baik-baik ya disitu. Jangan terlalu mikirin hal yang aneh-aneh nanti sakit lagi," ucap Nalfa.

"Iya siap boss hahaa.. Kamu kapan ke Bandung Nal?"

"Ke Bandung ya hmm? Kayanya nanti deh kalo udah selesai skripsi hehe,"

"Yah.. Masih lama dong kalo gitu, aku harus nunggu lima bulan lagi ini mah haha," sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hee maaf ya Ren, kan aku harus selesai'in dulu skripsi nya. Jadi nanti aku kerja nya di bandung kok setelah lulus kuliah.." Nalfa menjawab dengan penuh semangat.

"Iya-iya aku bercanda kok Nal, semangat ya kuliah nya biar bisa cepat-cepat jadi Pramugari haha.." gurau Rendi.

"Hahaa iya-iya amiin... Makasii Ren."

"Iya sama-sama."

"Kamu? Gimana kuliah nya? Lancar juga?" tanya Nalfa.

"Alhamdulillah lancar Nal, cuma ini aja lagi pusing buat siapin skripsi hehe."

"Oh iya ya.. Ya'udah semangat terusss ya imam hehe," rayu Nalfa.

Rendi pun dengan ragu dan takut harus mengatakan pengakhiran komunikasi nya, karena iya tau bahwa handphone yang di pakai nya bukan lah milik nya. Sehingga membuat nya agak sedikit tak enak dengan teman nya jika terlalu lama meminjam nya.

"Haha iya, ehk by the way Nal hp nya takut mau di pakek sama yang punya, udah dulu ya gapapa kan?" dengan ragu.

"Hm iya-iya gapapa kok Ren, syukur deh kalo kamu baik mah," jawab Nalfa.

"Iya Nal, udah dulu ya dahh Assalammualaikum.."

"Iya wa'alaikumsalam.." dengan sedikit bergetar.

Nalfa memang selalu sedih ketika Rendi pergi meninggalkan nya untuk hal-hal tertentu. Namun, iya pun sadar akan kendala yang di hadapi nya.

***

Setiap hari Nalfa pergi ke kampus dengan penuh semangat. Karena ia ingin mimpi kedua orang tuanya terwujud, jadi bagaimana pun keadaan Nalfa ketika itu ia selalu semangat demi kebahagiaan orang tua dan keluarganya.

Nalfa tidak perduli dengan keadaan dirinya, dia hanya ingin keluarganya bahagia atas hal yang dilakukan oleh nya. Walaupun seringkali Nalfa dibuat tidak bersemangat untuk bangkit hanya sifat keluarganya yang terlalu posesive terhadapnya.

"Hujan.." Gumam Nalfa.

"Iya, gimana yaa gaada bis lagi," ucap Nara.

Nara adalah sahabat dekat Nalfa,kebetulan mereka pun berkuliah di jurusan yang sama. Jadi tak heran jika mereka begitu dekat dan selalu bersama.

"Yasudah kita tunggu disini aja sampai hujan nya reda siapa tau ada bis ya'kan," ucap Nalfa.

"Iya."

Setelah lebih dari satu jam menunggu, akhirnya bis pun tiba. Mereka langsung menaiki bis tersebut kemudian pulang ke rumah.

"Nal aku duluan ya, dah.." Ucap Nara sembari berlalu turun dari bis.

"Iya."

______
Makasih buat kalian para reader setia nya "My Patient' Boy Friend" jangan bosen ya buat selalu vote dan komen. Jangan lupa follow juga ya akun nya.

Follow ig: iissitifatimah_17

My Patient Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang