(Pov Iku)Allah menempatkan cinta diantara umatnya. Hanya untuk merasakan keanekaragaman rasa. Rasa cinta juga terbagi menjadi beberapa bagian, salah satunya cinta kepada salah satu umat-Nya. Umat yang pada mulanya tidak saling mengenal. Tidak tahu siapa dia, tidak tahu seperti apa dia dan tidak tahu dia bagaimana. Bagaimanapun itu, Allah menepatkan kapan waktunya kita saling mengenal.
Banyak yang beranggapan pertama kali aku bertemu dengannya, hari pertama aku masuk STM, ternyata itu salah.
Jauh sebelum hari itu terjadi, aku sudah bertemu dengannya.
Dimana dan kapan ?
Pada hari itu Allah mempertemukan aku dengan dia di tempat yang tak terduga.
Tempat itu biasa saja, hanya sebuah gang kecil. Saat itu, aku sedang berjalan pulang setelah mengambilkan pesanan Ummi dan tak sengaja bertemu dengan sekelompok anak sekolah berlarian tertuju ke arahku.
Melihatnya, spontan aku menepi ke pinggir jalan untuk menghindari keributan. Tapi setelah aku menepi, salah satu diantara mereka tiba-tiba ada yang berlari ke arahku.
Wajahnya penuh dengan luka dan kotor. Tapi dibalik wajahnya yang penuh dengan luka, ada sebuah senyuman lebar, seolah luka bukan hambatan untuk tetap merasa bahagia.
"Pak Ustadz !", Dia memanggilku Pak Ustadz, mungkin karena melihatku memakai baju koko dan peci hitam, jadi dia beranggapan aku ini seorang Ustadz. Hem...
"Punya ear gak? Haus nih"
Jujur aku merasa konyol ketika mendengar dia meminta air padaku. Dan yang membuatku merasa konyolnya adalah, dalam keadaan seperti ini, dia sempat memikirkan hausnya. Bagaimana jika dia tertangkap oleh musuhnya.
Aku tidak tahu jalan pikirnya.
Aku yang kebetulan memiliki sebotol air mineral, menyerahkan padanya, lalu dia menerimananya sambil tertawa.
Aku pikir, dia beneran haus, tapi ternyata, air itu ia gunakan untuk mencuci wajahnya.
"....."
"Meskipun lagi tawuran, muke harus tetep ganteng", Serunya, menyerahkan kembali botol yang sudah kosong dan setelah itu dia berlari kembali mengejar teman-temannya.
Aku benar-benar merasa konyol melihat tingkahnya.
"Waalaikumsalam", ucapku memberikan salam, walaupun dia tidak memberikan salam. Mungkin dia lupa. Tapi kita tidak boleh meninggalkan kewajiban kita sebagai seorang Muslim untuk mengucapkan salam.
Sejak itu, Aku selalu teringat dengan senyuman dia di balik wajahnya yang kotor penuh luka.
Aku bertanya pada diriku sendiri; Apakah ini asal mulanya jatuh cinta. Kenapa sangat menyenangkan saat merasakannya. Tapi apakah benar, ini cinta. Apakah cinta juga pernah salah mengenali jenisnya.
Lalu aku berdoa pada Allah;
Benarkah, ini cinta?
Kenapa harus dia?
Bukankah Engkau menciptakan hambangnya untuk berpasang-pasangan?
Lalu, kenapa ada rasa seperti ini. Bukan kah itu menjadi hal yang mustahil untuk menjadi pasangan.
Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Semakin aku memikirkannya, semakin gelisah hati ini. Hingga dimana, aku menemukan titik terang.
"jika benar itu cinta, maka itu tidak akan hilang dengan mudah. Dan jika itu hanya rasa penasaran karena kebimbangan, maka itu akan memudar"
Hari itu, aku meminta pada Ummi untuk menyekolahkanku di STM, tempat dia bersekolah.
Aku tahu dari seragam sekolah yang ia kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja Kita S1-2&3 TAMAT]✔
Jugendliteratur***SISANYA BUAT GUE PRIBADI (5 September 2019-)