KEMBALI

101 39 40
                                    


Perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya terlewati. Rumah yang dipenuhi warna putih berdiri tepat berdiri di depan Ravanya. "Finally i'm here."

"Daddy i'm cooming." Kata Ravanya sambil melangkah masuk menemui keluarganya.

"Akhirnya kamu sampai juga." Kata Daddy.

"Ya. Ternyata benar apa kata ayah, hidup di sana itu keras."

"Semakin dewasa, kehidupan akan semakin keras." Kata Ayah.

"Vanya mau istirahat dulu yah."

"Iya." Kata ayah.

---

Fakih Ily

Uy beb

Uy

Lo udah nggak di Semarang?

Lo tau dari mana?

Sidik

Oh

Kenapa sih pergi? Pft

Ntar kalau sekolah juga ke Semarang lagi hehe

Oh gitu, y udah

Y

---

"Suka-suka gue lah mau tinggal di mana."

Tut tut

"Apaan sih, gue lagi males banget ngobrol njir." Kata Ravanya sambil mengangkat telefon itu.

"Vany, lo kenapa ke Jakarta?" Tanya Sidik.

"Terserah gue dong."

"Lu emang keterlaluan banget si yakin suer." Kata Sidik.

"Udah cuma itu? Gue lagi males ngobrol nih."

"Lu udah ngasih tau ayah belum?" Tanya Sidik.

"Belum."

"Emang cari masalah lu ya."

Tut tut

"Gaje banget si main putusin telfon gitu aja." Kata Ravanya.

---

Malam pun semakin larut. Hanya terdapat kesunyian malam.

Ravanya menelfon Devin.

"Dev."

"Hai, Vanya. Tumben, ada apa?" Kata Devin.

"Gue pengin cerita."

"Ya udah cerita aja."

"Kata ayah bunda udah meninggal. Terus ada yang ngirim foto gue sama bunda, ayah. Lo harus liat. Ntar gue kirimin."

Send pict to Devin.

"Kok kita nggak pernah liat foto ini yah?" Tanya Devin.

Secret [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang