Timing.

261 36 1
                                    


The choice, judgment, or control of when something should be done.



Setiap hari, masih sama.

Gue dan Nissa masih seperti dulu, berteman baik.

Engga jarang gue mikir kalo Dimas dan Nissa engga akan pernah menjadi kata "Kita".

Entah gue yang emang cupu engga bisa mengutarakan perasaan gue ke Nissa atau gue takut Nissa sedih atau inget masa lalunya kalo gue tanya soal kejelasan hubungan kita.

Engga jarang juga Nissa bikin gue bingung. Kadang dia bersikap seolah kita lebih dari teman tapi berikutnya dia tiba-tiba menghilang.


-


Minggu depan gue dan Nissa akhirnya bisa sidang.

Kita dapet sidang dihari yang sama.

Kalau dibilang deg-degan ya deg-degan tapi gue masih biasa aja karena mungkin 'masih minggu depan' enggak tau nanti kalau udah H-1 sidang.

Nissa tipe anak pintar dan rajin yang sudah belajar untuk sidang dari jauh-jauh hari dan seringkali Nissa cerita kalau dia tidak bisa tidur akibat kepikiran hal-hal buruk yang mungkin terjadi ketika sidang.

Berbeda dengan gue yang masih ngumpul dan main sama temen-temen gue perkara kemarin-kemarin ketika masih dikejar deadline skripsi gue jarang main bareng mereka. Jefri yang menyerah akan skripsinya di tengah jalan akibat keasikan punya bisnis kopi susu yang lagi viral akhir-akhir ini. Gue dan teman-teman lainnya sering menjadikan coffee shop kecil-kecilan Jefri ini sebagai markas berkumpul.

"Gimana bos progres" Jefri yang tiba-tiba menepuk pundak gue

"Minggu depan sidang Jef gue tinggal sidang revisian dikit sarjana lah gue"

"Bukan itu maksud gue, progres lu gimana sama Nissa keburu diambil orang lagi dah"

Gue hanya bisa tersenyum miris karena jawabannya gue engga tau kapan waktu yang tepat buat jadiin hubungan gue dan Nissa lebih dari sekedar teman.

"gatau dah"

"Kok gatau sih Dim" itu si Yuta yang nyamber

"Ya gatau engga mau mikirin dulu gue mau sidang woy minggu depan bukan pada support malah ngasih pertanyaan engga jelas"

"Lu yang engga jelas gue sih kasian sama Nissa" ini apalagi si Johnny nambah-nambahin

"Fix engga sih lulus kuliah, abis itu kerja ketemulah Nissa sama cowok yang lebih mapan udah bukan pacaran lagi levelnya tapi tunangan terus nikah" ini Yuta ngapain sih kompor banget mulutnya.

"Dim gue bilangin nih sama lu kesempatan lu Cuma ada dua, pertama tembak dia setelah lu berdua dinyatakan lulus minggu depan atau pas lu berdua wisuda. Kesempatan lu Cuma dua itu doang kalo lu engga bergerak juga di momen dua itu fix engga ada harapan"

Gue Cuma diam denger ocehan dari Jefri barusan.

Apa iya gue harus segera make sure ke Nissa gimana perasaan dia ke gue dan sebenernya apa hubungan kita selama ini?


-


Hari ini penentuan gue akan menjadi seorang Sarjana Manajemen Bisnis atau enggak. Sebenernya gue sangat percaya diri dengan skripsi gue tapi tetep aja deg-degan mah ada dikit.

Nissa yang dari pagi sudah gelisah padahal dia dapat urutan sidang kelima atau paling akhir hari ini. Gue sendiri dapet urutan sidang kedua yang pasti gue yakin banget para dosen penguji masih semangat ngebantai dengan pertanyaan-pertanyaan seputar skripsi gue.

.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore, saatnya para peserta sidang hari ini yang berjumlah 5 mahasiswa termasuk gue dan Nissa berkumpul untuk diumumkan hasil dari sidang hari ini.

Jujur, gue sangat percaya diri akan lulus dari sidang skripsi ini karena tadi ketika Dosen Penguji memberi pertanyaan, gue bisa menjawabnya dengan baik.

Dan benar aja semua peserta sidang hari ini dinyatakan lulus semua yak termasuk gue dan Nissa.

Kita lulus menjadi sarjana manajemen.

"Waduhh sarjana 3,5 tahun nih foto dulu kali" iya suara Yuta yang setengah teriak membuat orang-orang di sekitar gedung FE memperhatikan.

Seperti mahasiswa lainnya ketika baru selesai sidang dan dinyatakan lulus gue dan teman-teman gue berfoto bersama dan gue mendapatkan banyak hadiah sidang dari mulai slempang bertuliskan "Dimas Ardianto S.Mn", makanan, bunga, dsb. Nissa sama mendapatkan banyak hadiah dan dia juga sedang berkumpul bersama teman-temannya.

"Ngeliatin aja bos, udah bilang belom" Johnny dengan ke-sok-tauannya memecah lamunan gue
"belom"

"Bilang sih Dim elah sarjana doang nyali lu kecil."
"Dosen penguji berani lu bantai Dim, masa ngomong soal perasaan lu ke Nissa aja engga bisa"

Haduh temen gue kompor banget sih, iye gue bakal bilang tapi itu dia lagi sama temen-temennya masa gue harus bilang sekarang kalo gue di tolak malu kan.

.

Dimas Ardianto:
Nissa, sabtu besok sibuk enggak?

Caniessa Putri:

Enggak Dim, kenapa tuh?

Dimas Ardianto:

Jalan yuk Niss? Sekalian kita selebrasi sidang kemarin berdua

Caniessa Putri:

Boleh tuh Dim!

Dimas Ardianto:

Taco Bell baru buka Niss di jakarta, mau engga besok makan disana

Caniessa Putri:

Boleh boleh okay see you on Saturday ya Dim

Dimas Ardianto:

Siaaap


Yak, ini kesempatan terakhir gue buat memperjelas hubungan kita selama ini.



-To Be Continue-


BusinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang