Aku, Diterpa Angin

46 12 0
                                    

Seperti biasa, cuaca dingin yang menyelimuti pagi selalu memaksa diri untuk terus berjalan berdampingan dengan waktu, suara jenggo si motor vario putih tahun 2016 sudah menyahut seakan tak sabar untuk di pacu menuju ketidak jelasan masa depan. Alas kaki yang ku bawa dari tempatnya perlu diganti jika untuk tuntutan penampilan, tapi sayang dia belum mau di buang atau belum bisa mencari pengganti nya.

Perlahan aku telusuri jalan menuju kampus yang lumayan jauh dari tempat ku tidur, namun aku terhenti sebelum keluar pelataran melihat pakde yang sumringah wajahnya, sambil membaca koran dan di suguhi kapi serta kue kering di sebelah nya. Aku yakin pasti mereka habis nganu tadi malam, dugaan itu semakin kuat saat sebelum nya tadi aku liat bukde basah rambutnya ketika dia menjemur pakaian di belakang,

"asalamualaikum pakde, cerah banget itu wajah" Kataku sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.
"Waalaikumsalam lah iyaa pagi- pagi itu harus kita awali dengan semangat kamu itu yang anak muda kan lebih ngerti." Katanya yang sedikit lagak sombong.
"Gimana Pak De kayaknya tadi malam abis enak-enak", kataku sambil sedikit senyum-senyum.
" lah udah udah kamu itu pengen tahu aja, Ya namanya juga udah jadwalnya malam Jumat apalagi".

Spontan kami pun tertawa terpingkal-pingkal sampai tak sadar tiba-tiba bude sudah ada di belakang .

" Heh bukannya pergi kuliah malah ngobrol di sini lagi, ini lagi udah tua juga."
" Hehehe Iya bude aku mau lanjut pergi kuliah Assalamualaikum Bude" sambil menyodorkan telapak tangan meminta untuk bersalaman.

Aku langsung lanjut untuk pergi kuliah tanpa sadar Mereka salah satu kue dari piring yang di sebelah Pakde tadi sudah aku curi satu. Motorku kembali menyusuri jalanan yang suram, sepi dan dingin. Terlihat di kanan kiri jalan beberapa tokto yang sudah mulai menyiapkan untuk mengais rezeki mereka, ya selalu seperti ini perjalanan setiap pagi ku menuju kampus Tapi entah mengapa tiba-tiba dering teleponku berbunyi yang memaksaku untuk minggir dan mengangkat teleponku dulu.
" halo". Ternyata si kampret Danu Ada apa dia pagi-pagi sudah menelponku, aku yakin pasti dia mau nebeng karena mobilnya rusak kemarin.
" cuy jemput Gua di rumah mobil gua masih di bengkel belum selesai diperbaiki, cepetan cuy awas lu kalau lu lama Gua santet lu".
" anjing, udah minta tolong nyolot pula lu Ya udah udah ntar gue Ya udah ntar gue ke sana nih". Seperti biasa, Temanku si Danu Danu kampret. Aku pun langsung bergegas menuju ke rumahnya yang bisa dibilang sejalan menuju tempat kampus kami. Tak lama aku berjalan aku sampai di rumahnya ternyata dia sudah menunggu Aku di depan. Tak banyak bicara dia pun langsung naik motor dan kami pun pun langsung melaju menuju ke arah kampus Iya mungkin bisa dibilang kami sudah sedikit terlambat.

Sesampai di kampus kami pun langsung memarkirkan motor dan berjalan menuju kelas, menuju zona paling tidak menyenangkan. Aku yakin hari ini pasti dosen tidak datang lagi dengan berbagai macam alasan dia pasti akan memberi kami tugas yang begitu banyak setumpuk nya Padahal kami tidak mengerti apa maksud dan tujuannya, riuh di kelas begitu tiba-tiba pecah, saat Citra menggumumkan tiba-tiba diberi tugas oleh dosen yang begitu banyak dan tak jelas.aku sih Tak heran Iya karena memang aku sudah tahu sifat dosen dosen itu seperti apa, menuntut kami untuk untuk membayar kewajiban tapi kami tidak diberikan hak oleh mereka.
" anjing mahal-mahal gua bayar UKT setiap masuk dikasih tugas beginian ilmu nggak dapat bangkrut bapak gua " begitu nyolotnya si ridho temanku yang sedikit emosi mungkin.
Yah mau gimana lagi mau tidak mau kami harus mencoba untuk mau Aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu ya mungkin karena itu juga nilai kami aman setiap semesternya.

sampai jam kelas berakhir pun berakhir pun ya kami hanya sibuk mengobrol, memandangi HP mereka yang bermain game, mereka yang bergibah, tanpa ada manfaatnya sedikitpun. jam kelas pun berakhir begitu saja kami langsung keluar aku pun berniat untuk pergi bersama Danu walaupun hanya ke rumahnya Tapi itu rutinitas yang selalu aku lakukan namun Entah kenapa tiba-tiba pacarku memanggil dari tempat parkiran, aku yang terkejut karena aku pikir kami tidak ada janji yang tadi malam.
"Bi, hayuk"
"Kemana,"
"Udah yuk aja"
"Aku bawa motor, sama danu"
"Suruh aja danu bawa motor kamu kita pergi naik motor ku".
Pemikiran yang begitu sederhana oleh pacarku.
"Nuu lu pulang dulu bawa motor gw ntar gw kerumah lu" Kataku sambil memberikan kunci motor ke danu.
"Iya iya, elu sih susah nolak klw udah ibu lurah yang ngajak"
"Makannya nuu ajak juga pacar luu jalan" Celetuk pacarku ya mungkin dia mau candain danu karena kami semua tau klw danu LDR sama pacaran.
"Hee kampret luu,yaudah gw balik dulu" Danu pun langsung pulang meninggalkan kamu berdua di parkiran.
"Hayuk buk mau di antara kemana"
"Emm sesuai aplikasi aja mas"
"Wkkwkwkwk".
Aku selalu suka becandain dia seperti itu,dan dia juga nyambung saat aku begitu, kami pun langsung berjalan menuju ke antah berantah, entah lah mau kemana tapi di sepanjang jalan dia selalu memelukku erat,serta dagunya yang di letakkan di pundaku,dan nafas nya yang bisa sedikit aku rasakan di leher, membuat ku tak ingin berhenti memacu motor ini.
" Kemarin mama kamu tlpon aku" Kataku yang mencoba mengajaknya bicara.
"Apa katanya"
"Katanya klw ngajak kamu jalan jangan lupa mampir ke KUA"
"Haa mau ngapain"
" Kenalan dulu sama penghulu nya biar nanti gampang klw udah akad" Dia tertawa,dan aku pun juga, peluknya yang kurasa semakin erat, dan mungkin dia sempat mencium pundaku beberapa kali. Aku tau dia sesayang itu padaku,dan dia pun tau aku juga lebih sayang padanya.

Aku inisiatif untuk berhenti di sebuah tempat makan daripada keliling tidak ada kejelasan,dan juga waktunya pas untuk makan siang.
"Kok berhenti" Katanya dengan nada manja.
"Yang joki batrenya udah habis, mau isi batre dulu" Sambil aku tersenyum dan dia pun tertawa.
" Hayuk, kamu bawa kecrekan kan, kita ngamen dulu sebelum makan, kan lumayan ya" Celetuk ku itu membuat dia semakin ngakak bahagia.
Kami berjalan memilih meja yang ada di tengah, sengaja biar sekalian mau pamer keuwuan ke mereka yang dateng ny sama teman. Saat itu sudah menujukan pukul 2 siang kami hanya makan menu favorit yang kami pesan tanpa sadar ini waktu sudah hampir pukul 4 sore, ya mungkin karena lamanya menunggu makanan di tambah kami yang asyik pacaran, membuat duduk kami terasa sebentar dan tak ingin beranjak pulang.
" Hee udah sore ayok pulang nanti kita di usir " Kataku yang kaget sambil melihat jam.
" Ehh iya lupa waktu hayuk deh "
Perut sudah kenyang, perasaan juga masih senang, kami pun keluar dan melanjutkan perjalanan yang entah kemana arah dan tujuan.
Menyusuri ruas ruas kota, sambil bercerita tentang masa depan dan cinta yang di taburi bumbu komedi menambah semakin erat perasaan kami berdua.

Orang itu bernama Febri, Febri Larasati gadis berumur 20-an yang berhasil membiusku serta memporak-porandakan Logika dan akal pikiran ku dengan senyumannya. Aku hanya ingin berterima kasih kepada Pak Agus gumanto,ayahnya yang sudah sukses mencetak nya Hingga jadi seperti ini,
Aku juga ingin berterima kasih kepada Ibu Sumiati yang sudah melahirkan nya dengan sempurna berjuang antara hidup dan mati, ya kelahirannya tidak sia-sia menurutku dia adalah salah satu bidadari dari kayangan yang diturunkan ke bumi untuk membahagiakanku. Aku tidak berlebihan memujinya tapi ya memang begitulah di logikaku, melalui pertemuan sederhana aku dengannya di sebuah perpustakaan kecil di sebelah kampus hingga akhirnya kami memutuskan berhubungan juga dengan sederhana namun memiliki mimpi yang besar dan panjang. Sedangkan aku, Wibawa Raharja itu yang tertulis di KTP, kartu keluarga dan akte kelahiran orang-orang sering memanggilku Iwa, hasil dari kecelakaan pada malam sensasional antara Bapak dan ibuku Aku anak laki-laki satunya di keluarga aku punya seorang kakak yang sekarang sudah menikah. Aku memilih untuk Merantau sebagai jalan menempuh pendidikan bukan karena diminta orang tua Aku ingin saja bisa berjalan diatas kakiku sendiri. itulah pikirku selama ini bocah yang belum tahu apa-apa yang selalu berpikir diluar logika orang lain. Biasa memecahkan masalah dengan sederhananya ya walau kadang-kadang tak bisa diterima perkara.

"Kita mau kemana? " Tanyaku karena sudah sedikit lelah mengendarai motor.
" Ngeliat senja" kembali dia jawab dengan manja.
" Malu tau senjanya kamu liat liatin terus"
"Biar aja biar dianya gk keluar keluar terus kita bisa kayak begini lama lama deh"
" Kemarin papa kamu bilang kalau pulang itu jangan malam-malam nanti diculik sama wewe gombel"
" hahahhaha, Ya udah sebentar lagi deh pulangnya Aku masih pengen jalan-jalan sama kamu, aku masih pengen meluk kamu, aku masih pengen nyandar di pundakmu"
"Oke tuan putri"
Spontan kata-kata itu memberikanku motivasi dan semangat lagi untuk memacu kendaraan ku menuju ke antah berantah kesenangan sementara, benar saja di sepanjang jalan dia selalu memeluk erat bahkan pelukannya itu serasa tak ingin dilepas, kurasa jika dituruti sampai besok subuh pun kami akan terus seperti ini, kepalanya yang masih menyandar di pundakku selalu saja bisa membius logika, perasaanku yang menggebu-gebu membuat wajahku tersenyum tipis tapi sayang dia tidak melihatnya. Aku sangat senang sore itu bisa menghabiskan waktu dengannya ya Meskipun tidak ada kejelasan kemana arah dan tujuannya namun perasaan Bahagia itu tidak bisa disembunyikan satu sama lain, berbalut tawa dan canda hingga tak sadar akhirnya Senja pun datang menikmatinya di atas atas motor berdua adalah suatu surga yang tak akan pernah bisa aku lupakan bersamanya, namun kejamnya waktu itu menggiring kami untuk pulang aku tak mau dia pulang malam itu tidak baik untuk anak gadis yang masih berumur 20-an, hingga aku Giring motorku menuju pelataran rumahnya, dianya juga paham bahwa aku juga butuh istirahat untuk kembali menjalani hari esok.
" Udah sampe buk"
"Emm ongkos nya di kecup aja ya mas"
" Waduh klw di kecup gk mau pulang nanti saya buk "
" Yaudah mas gkpp di sini aja jagain rumahku biar gak di ganggu setan setan"
Itulah kami yang berbicara selalu menyelipkan canda membuatku ingin Lagi dan lagi untuk bercerita dengannya. Benar saja aku di kecup di bagian pipi sebelah kiri, ruang kosong di dalam pikiranku seakan dipenuhi oleh bunga-bunga cinta dan emoticon emoticon love yang entah dari mana asalnya,oh Tuhan, aku tak mau waktu ini berjalan begitu cepat. Dia langsung menyuruhku untuk pulang tanpa mampir kemana-mana, selesai seruan itu itu dia langsung berjalan pelan menuju depan pintu rumahnya sambil Melambaikan tangan dan senyumannya yang begitu manis yang tak akan bisa aku lupakan hingga kapanpun. aku juga langsung pulang menuju tempat peristirahatanku aku masukkan motor ke dalam, meletakkan kembali starterpack yang aku pakai ke tempatnya masing-masing, membersihkan kaki dan wajahku kemudian aku tergeletak di tempat suciku. Kecupan, senyuman serta lambaiannya tadi masih terngiang-ngiang di pikiranku seakan menjadi Bunga Tidur dalam malamku, tanpa adanya overthinking dan insecure aku membaca doa dan tertidur pulas.

Angin & OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang