Benar Sahabat

23 8 0
                                    


Sudah tiga hari aku tidak mengunjungi rumahnya, hal yang dahulu selalu aku jadikan rutinitas setelah pulang dari kampus Entah mengapa terhenti begitu saja, ya memang akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan urusan ku.
Tempat itu sudah menjadi rumah kedua bagiku, Iya benar, benar dia sahabatku Danu. Dia bilang rumahnya sudah menjadi tempat rumah kedua bagiku, Memang benar aku sering makan tidur dan menghabiskan waktu banyak di rumahnya walaupun hanya sekedar bermain game atau bercengkerama dan bercanda dengannya tapi Entahlah kami sudah seperti saudara. Danu adalah orang yang pertama aku kenal saat aku tiba di sini, pertama kali melalui ketidaksengajaan saat melakukan pendaftaran ulang ke kampus dia begitu cerobohnya dengan tidak membawa alat tulis sama sekali, Entahlah kenapa dia bisa meminjam kepadaku Aku juga tidak berpikir panjang untuk meminjamkan alat tulis ku saat itu hanya sekedar meminjam aku pikir. Mulai dari situ kami pun berkenalan, saat itu aku sudah merasakan bahwa dia ini memang anak yang bandel, liar dan mungkin juga suka melawan Tapi aku tidak mempermasalahkan itu ya memang aku belum mengenal siapapun saat itu disana. Dalam hati aku oke kan sajalah lagipula memang aku butuh teman Disini tak masalah dia seperti apa yang penting setidaknya aku punya teman di sini.

Pagi ini di kamar mandi aku pun berpikir untuk mengunjunginya nanti selepas pulang kuliah mungkin kami bisa bersama-sama pulang nanti. Tapi entah kenapa kemistri kami yang begitu kuat tiba-tiba dia menelponku untuk menjemputnya pagi ini menuju kampus, dia bilang dia ingin naik motor pagi ini pergi ke kampus. " Ting Ting Ting Ting Ting Ting Ting Ting Ting Ting Ting Ting Ting Ting" dering suara telepon berbunyi.
"Ha haloo apa cuy" Jawabku
"Cuy nanti jemput gw ya, males gw naik mobil ke kampus"
"Baru juga niat gw nnti pulang ngampus mau ke rumah lo, eh malah elo yang minta jemput pas banget kan ya"
"Alah tai luu, iya tuh mamah juga udah nayakin eluh tuh, kemana kok gk pernah ke rumah lagi"
"Ok lah cuy nnti gw jemput lo, tapi kayaknya klw jemput lu bensin motor gw gk cukup lah cuy" Jawabku sambil becandain dia minta beli bensin.
"Anjing lu, gtu aja di pikirin, udah ntar gw beliin bensin buat sekalian lu mandi juga". Dengan nada yang agak sombong dia jawab.
" Hahahahha canda cuy, ywdah ntr gw jemput, siap siap lu, jawab ku sambil tertawa lebar.
Benar saja aku yang baru beberapa hari saja tidak ke rumahnya sudah ditanyakan oleh ibunya. Mungkin bagi ibunya aku sudah seperti anaknya sendiri sendiri, dengan seringnya aku datang ke rumahnya ibunya juga selalu bercerita tentang danu waktu kecil kepadaku mereka sudah seperti keluarga lah bagiku bagiku.

Tidak hanya itu dan mereka juga sudah sangat membantuku dalam hal apapun, motor yang aku tunggangi sekarang ini saja 75% uangnya dibelikan dengan uang dia. Dia bilang kasihan melihat ku selalu pergi kuliah naik go-jek Awalnya aku menolak untuk dia membantuku membeli motor tapi ibunya memaksa mau tidak mau ya aku menerimanya saja. Oleh sebab itu aku juga tidak pernah menolak jika diminta untuk mengantar jemputnya kemanapun. Aku tidak tahu mengapa mereka sangat baik kepadaku, Padahal aku hanya bersahabat baik dengan anaknya Tapi kenapa keluarga itu sudah seperti keluarga sendiri bagiku. Aku pikir karena kejadian waktu itu, dulu Danu adalah anak yang sangat sangat bandel ibunya bercerita waktu SMA dia sering keluar masuk sekolah hanya untuk menghadiri panggilan guru kepala sekolah karena kebandelan anaknya.
Aku juga sudah melihat itu saat kami pertama berkenalan ibunya juga bercerita bahwa Danu juga menganggur 1 tahun setelah Tamat sekolah sama sepertiku, entah apa yang memotivasi nya untuk mau masuk kuliah padahal dahulu selama dibujuk oleh ibunya dia tidak pernah mau.

Kalau dibilang baik menurut ku danu adalah anak yang paling baik dalam segala hal, bahkan saat pertama kami berkenalan saja dia tidak malu mengajakku untuk nongkrong dengan teman-temannya nya yang kaya. Saat awal-awal masuk kuliah aku mengenal Danu sebagai orang yang benar-benar hancur, hampir setiap malam dia pergi untuk ke diskotik dengan tujuan yang entah apa juga. aku mengetahui ini karena dia sering bercerita kepada aku sampai suatu waktu hari aku pernah diajak ke diskotik Entah mengapa dia berani mengajakku seperti itu ini dia lakukan setelah 3 bulan Kami berteman. Saat itu dia yang menanggung semua kebutuhan ku seperti makan dan juga dia tidak segan-segan memberikan ku uang, kalau hanya sekedar makan aku tak apa tapi aku tak pernah mau menerima uang yang dia berikan kepadaku.
Malam itu itu dia Hampir saja terjerumus ke dunia yang benar-benar dalam dan gelap, Aku pernah melihatnya meminum alkohol, ngerokok, bermain wanita, dan juga narkoba. Aku pikir dia ini bodoh, Oh aku yakin di dalam benaknya dia mau melakukan itu mungkin hanya demi tuntutan dari teman-teman di sekitarnya. Untung saja malam itu aku ada di situ, bisa dibilang malam itu akulah yang menyadarkan nya dan membawanya kembali ke jalan lebih terang.

"Bro lu mainnya di tempat beginian setiap malam" Tanyaku yang tidak nyaman dengan suasana di situ.
"Santai aja bro, lu kalau mau makan, minum, bilang aja gw yang urus semua.
" Gila lu"
"Elu terlalu kaku bro, nikmati momen nya, masa muda kita cuma sekali bro, jadi nikmati sebelum lu nanti mati.
" Iya bro masa muda kita emng sekali, dan gak akan bisa kita ulang lagi tapi masa muda itulah yang nantinya bakal membuka jalan untuk kita ke masa tua, dan lu tinggal milih mau masa muda seneng, tapi nnti lu berantakan, atau lu mau sekarang berubah supaya nanti lu tinggal nikmati hasilnya. Semua itu tergantung elu nya, lu gak ngebayangin nanti gimana muka orang tua lu saat mereka tau lu begini. Mereka yang udah berharap besar sama elu malah lu kecewai. Lu gak ngebayangin orang tua lu rela nunda kebahagiaan mereka cuma karena pengen liat lu jadi orang yang berhasil. Orang tua bro cuma pengen liat elu bahagia tapi elu malah ngehancurin harapan mereka".

Setelah kata ceramah yang panjang itu aku lihat wajahnya seakan kecewa Mungkin dia telah menyadari apa yang telah diperbuatnya selama ini aku tak mendengar dia berkata-kata lagi, aku hanya melihatnya dia termenung dan duduk di pojok ruangan tak berpikir panjang aku langsung saja mengajaknya pergi dari tempat itu.
Di perjalanan yang singkat dia tak berkata apapun sambil mengendarai mobil dan aku masih melihat wajahnya termenung mungkin dia sedang memikirkan kesalahannya selama ini. Seminggu setelah kejadian hal itu tu aku sudah mulai melihat dia berubah memang dia tidak pernah berkata ingin berubah, Tapi aku bersyukur dia mau berubah untuk dirinya sendiri dan orang yang dia sayangi. Selain itu aku juga pernah berada di suatu momen momen saat Ibunya menangis di hadapanku sambil bercerita tentang betapa hancurnya dia dulu, ucapan terima kasih yang tak habis-habis dilontarkan ke arahku arahku yang mungkin dia berpikir bahwa aku yang telah membuat Danu berubah.

Aku hanya berkata kepada ibunya,
"Buk danu itu berubah karena kemauannya dia sendiri ingin berubah, dia ingin melihat orang yang dia sayangin itu bahagia. Yaitu ibuk.
Sontak hanya kata-kata itu yang membuat ibunya semakin merintih meneteskan air mata mata aku yang hanya bisa terdiam dan tak tahu harus berbuat apa, satu momen itu itu aku bisa melihat bagaimana besarnya kasih sayang seorang ibu, aku bisa merasakan betapa bahagianya dia meskipun dia bukan Ibuku.
Entahlah mungkin karena hal itu mereka melihatku dengan dengan cara pandang yang berbeda, aku juga bersyukur telah menjadi bagian dalam hidup seorang meskipun hanya menjadi sebuah variabel yang tidak begitu penting. Sedekat Itu aku dengan keluarganya aku dengan keluarganya Sedekat Itu pula aku dengan dirinya, hanya dengan kata-kata sederhana serta sebuah motivasi yang tidak begitu indah, hal itu sudah cukup untuk membuat seseorang berubah, Karena pada dasarnya seseorang akan berubah jika telah merasakan luka dan kecewa.

Sudah hampir setahun lebih aku tak pernah melihatnya merokok pergi ke diskotik dan melakukan hal-hal bodoh yang selalu dilakukan dahulu, Iya Walaupun dia masih sering Toxic berbicara di depanku atau di depan orang-orang lain ya ya ya biarlah mungkin itu jatidirinya.

Selepas pulang dari kampus pun aku langsung ke rumahnya bersama dia seakan ibunya tahu telah mempersiapkan makanan untuk kami makan berdua sambil bermain game hal itu sudah biasa dilakukan tapi Ya tentu saja aku merasa tidak enak walaupun aku juga menikmatinya Memang benar aku yang kurang ajar.

Angin & OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang