Mulai sibuk

5 4 0
                                    

Danu masih bertanya-tanya mengapa farah bisa seperhatian itu kepadaku, dia juga mengingatkan ku bahwa ada hal yang harus aku jaga, iya aku paham hal itu dan aku juga tidak menganggap nya lebih, hanya sekedar mengagumi tidak yang lain.

Memang sikapnya masih belum berubah kepadaku sejak hampir beberapa bulan ini, malah aku semakin cuek kepadanya bukannya tak suka dia seperti itu, hanya saja aku membatasi perasaan ku kepadanya takut jika terlanjur nanti malah akan membuat kami saling menyakiti. Aku juga bingung padahal ia tau bahwa aku sudah punya febri tapi entah mengapa ia masih saja terus menaruh harap padaku dan aku pun sudah berkali-kali berbicara kepadanya akan hal ini namun tetap saja ia masih sama seperti itu.

Tidak bisa di pungkiri bahwa waktulah yang benar-benar jahat.

Sekarang kami masuk pada fase mengurus kepentingan masing-masing, aku dan farah sudah tidak terlalu intens seperti dulu lagi, tapi tidak dengan danu dan febri. Aku memang rindu berjalan dengan febri terlebih belakang kami sangat sibuk dihadapkan ujian yang mengharuskan Kami untuk fokus jika ingin berhasil. Itu adalah bulan-bulan dimana kami lalui tanpa bertemu, tapi kabar tak pernah berhenti datang meskipun lebih banyak obrolan tak pentingnya.

Sedikit bisa bernafas fase itu Kami lewati dengan baik, ada jangka waktu 2 bulan liburan semester 6, untuk selanjutnya Kami kembali memikirkan rancangan Kami untuk menyusung skripsi pada semester 7 dan 8 sebagai syarat kelulusan. akhirnya waktu kembali membawa Kami untuk bertemu, bukan hanya pertemuan biasa kami berencana untuk mendaki gunung dan camping di atasnya untuk beberapa malam. Aku, febri, danu, dan tyas, pacar danu yang datang karena liburan semester juga. Sedikit info tyas memang tinggal di kota tersebut namun rumahnya sangat jauh dengan danu dan memang berkuliah di tempat yang berbeda dengan kami.

Akhirnya rencana itu tercapai kami akan mendaki gunung kecil yang tidak jauh dari kota itu. Dua hari sebelum pendakian aku mengajak Farah untuk berjalan-jalan sebentar dan membeli logistik yang diperlukan. Berjalan di atas motor berdua ia berbicara sambil memeluku erat dari belakang,
" Aku kangen banget sama kamu " Katanya dengan lembut.
" Heeeemm " Aku menghela nafas lega.
" Aku gak perlu bilang kangen, kamu udah tau jawabannya " Kataku sambil menggenggam tangannya yang melingkar di pinggangku dan aku angkat keatas untuk selanjutnya aku cium.
Ia juga membalas ciuman itu di pundakku sembari menempelkan dagunya dan pelukannya itu menjadi semakin erat.

Akhirnya kami selesai berbelanja perlengkapan, kami senang keluar dari toko outdoor dengan membawa barang yang kami mau. Aku hanya membeli sleeping bad dan kaos kaki untuk melengkapi logistik pendakian, ia membeli jaket, sleeping bad, celana gunung dan beberapa kaos kaki.

" Terimakasih telah berbelanja di toko kami " Kataku yang tiba-tiba saja menyatukan telapak tangan dan berdiri di sebelah pintu toko.
" Iya mas terimakasih " Jawabnya sambil tertawa. Sebelum akhirnya aku membukakan pintu untuk nya seolah-olah aku pegawai tokoh dan ia pelanggan nya.
Aku masi tetap saja suka bercanda seperti itu kepadanya responnya yang juga nyambung berhasil membuat tawa kami berdua pecah.

Berjalan pulang kami singgah di swalayan terdekat untuk membeli bahan makanan lainnya untuk kami bawa sebagai bekal pendakian. Setelah semua dirasa cukup kami pulang, dijalan ia berkata,
" Mass kok barangnya mahal mahal sih " Katanya dengan kesal, mungkin ia masih ingin melanjutkan peran yang tadi aku sebagai penjaga toko dan ia pelanggan nya.
" Mbak ini gak tau diri yaa itu barang udah murah mbak bilang mahal, besok bikin pabrik sendiri aja mbak klw gak mau beli " Kataku dengan nada agak kuat, dan bermaksud untuk melanjutkan peran yang tadi.
Ia malah tertawa ngakat dan memukul punggung ku dari belakang.
" Hahahaha ihh mas nya galak, gak suka. Cepet tua baru tau wkwkwk " Katanya sambil tertawa
" Hahha gakpapa deh mbak asal tuanya bareng sama embak " Jawabku malah semakin membuat tawa kami berdua pecah.

Aku mengantarnya pulang untuk bersiap nanti malam kami akan pergi menuju tempat gunung yang akan kami kunjungi.

Sejak sore hari kami semua sudah berada di rumah danu bersiap-siap dan kembali mengecek perlengkapan yang akan kami bawa untuk pergi nanti malam. Tyas juga sedah berada di sana sejak siang, danu yang menjemput nya mereka juga sudah menyiapkan segala hal perlu disiapkan. Febri sebenarnya juga sudah kenal dengan tyas karena jika aku bercerita tentang danu tyas juga akan ada di dalamnya. Mereka saling mengenal sore itu juga saat aku dan febri tiba di rumah danu, sedangkan aku sudah mengenalnya lama tak jarang juga tyas bercerita kepada ku tentang hubungan nya dengan danu, ya klw dengan aku, kami cukup akrab.

" Pacarku, mirip neng jisoo blackpink klw mukanya disatuin sama pak tarno pesulap, abstrak " Kataku sambil mencoba mengenalkan febri ke tyas.
Sambil tertawa farah malah memukulku dibagian bahu dengan keras, sedikit terasa.
" Hahahah, tyas "
" Febri "
Akhirnya mereka berkenalan, tapi dengan sengaja danu yang sedang menyiapkan barang berkata,
" Berantem, lah berantem klen "
" Kita aja lah yok yang berantem nuu " Malah di jawab Febri dengan lantam sambil tertawa keras.

Akhirnya setelah kami rasa semuanya selesai dipersiapkan, pada jam 8 malam kami berangkat menuju lokasi yang ingin kami kunjungi. Berpamitan dengan ibu dan ayahnya danu dan meminta doa supaya kami diberi keselamatan, tentu saja mereka khawatir tapi mereka tak melarang kami untuk pergi karena mereka percaya kami bisa saling menjaga.

Kami pergi menggunakan mobil ayahnya danu yang lama, ayahnya mengizinkan asalkan kami berhati-hati dan tak memaksakan untuk cepat sampai. Perjalanan menuju lokasi di tempuh dengan mobil sekitar 3 jam tapi karena kami sengaja menurunkan tempo kecepatan mungkin jarak tempuhnya bisa sampai 4 jam. Aku dan danu yang bergantian menyetir mobil nya, selama perjalanan kami mengusahakan agar tidak berhenti berbicara, apapun itu supaya suasana tidak terlalu sepi. Meskipun musik selalu kami kami mainkan tapi memang kami usahakan untuk terus berbicara.

Memang jalur yang kami lalui sedikit sepi meski tak melewati hutan terlalu lebar, namun suasana pemukim kecil cukup membuat kami memaksa berdoa dalam hati sepanjang jalan.
Untung lah semua pikiran buruk itu tak terjadi sampi kami tiba di lokasi yang ingin kami tuju. Beruntung kami ada gerombolan pendaki lain yang juga ingin naik keatas, meraka telah sampai pada jam 10 malam tadi dan telah beristirahat di pos pertama untuk bersiap memulai mendaki besok pagi.

Kami sampai di lokasi pada pukul 12 malam, memang kami Berencana untuk melanjutkan pendakian besok pagi ditambah Kondisi badan yang masih lelah dan mengharuskan kami untuk beristirahat dulu. Apalagi dengan kondisi Tyas yang sedari tadi mabuk perjalanan, ia mengatakan sebelumnya tak pernah mengalami mabuk perjalanan seperti ini walaupun sejauh apa jaraknya yang ditempuh dengan menaiki mobil, Ia juga bingung mengapa hal ini bisa terjadi.asalanya itu malah semakin membuat kami berpikir negatif bahwa akan terjadi sesuatu kepada kami yang tidak mengenakkan, kami masih terus yakin dan semangat bahwa semua pikiran negatif yaitu hanya sampai di pikiran saja.

Pas sekali memang terdapat tempat bagi pendaki yang baru datang untuk sekedar beristirahat, Sama halnya dengan gerombolan yang tadi kami memanfaatkan tempat itu untuk dijadikan tempat tidur pada malam itu sampai pada besok paginya kami akan mulai mendaki. Sebelumnya aku telah berbicara dengan salah satu dari gerombolan itu mereka berasal dari luar pulau, mereka juga berpesan jika ingin mendaki bersama akan dimulai pada jam 4 pagi. Kami juga berpikiran seperti itu jadi keduanya sepakat untuk mulai mendaki pada jam 4 pagi, aku pikir itu bagus karena memang udara pagi yang masih segar dan jika beruntung kami dapat melihat sunrise yang indah.

Sepertinya mereka semua memang kelelahan, terlihat mereka semua sudah tidur pulas khusus nya tyas dan febri kami meminta mereka untuk tidur duluan karena tyas yang sepanjang jalan mabuk perjalanan jadi sudah memang seharusnya mereka istirahat terlebih dahulu. Aku dan danu sibuk mengemas barang-barang, memarkirkan mobil di tempat yang disediakan, menurunkan barang-barang bawaan, serta kembali mengecek apa yang harus kami bawa atas besok pagi. Kami juga lelah, dan setelah semua bareng dirasa telah diturunkan kami juga beristirahat tidur untuk kembali menyiapkan tenaga memulai pendakian besok pagi.

Angin & OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang