Orang pertama yang aku beri tau tentang berita bahagia ini adalah orang tuaku, tanpa doa dari mereka aku tak akan bisa sampai pada titik ini. Kenyataan bahwa aku telah berhasil lulus membuat mereka berdua bahagia tak karuan, ibuku menangis hanya dengan mendengar kabar ini saja dan berkata tak sabar untuk melihat anaknya diwisuda. Untuk beberapa saat aku juga sedikit terharu dan meneteskan airmata mendengar mereka bahagia saja bisa membuatku sampai seharu ini.
Satu bulan kedepan aku hanya perlu mempersiapkan hal-hal yang harus aku selesaikan sebelum aku diwisuda.Setelah aku dinyatakan lulus teman-temanku yang magang bersama denganku juga mendapatkan kabar bahagia bahwa mereka juga berhasil menyelesaikan sidang dengan baik, akhirnya kami sekelas bisa diwisuda bersama-sama. Aku dan teman sekelasku yang lain pernah berjanji bahwa jika nanti kami diwisuda bersama-sama kami akan konvoi mengelilingi kampus mengendarai vespa. Entah itu vespa pribadi atau sewa bukan masalah yang penting vespa.
Whatsapp grub kelasku kembali ramai malam itu, saling bertanya harus bermake-up seperti apa, memakai pakaian yang bagaimana, bahkan sempat ada rencana kami akan memakai pakaian yang seragam. Haa itu terlalu berlebihan aku pikir, lagi pula nanti juga akan seragam juga dengan memakai toga yang sama. Ada juga yang bersedih karena akan berpisah, ada juga yang bahagia karena kenyataan bahwa sebagai dari mereka sudah ada yang bekerja dan tidak pusing lagi jika akan ada yang memanggil mereka " Sarjana kertas " Sedang sebagai yang lain merasa biasa saja dan tak memusingkan hal-hal seperti itu. Bukannya tak mau untuk ikut berpendapat tetapi hanya ingin menenangkan pikiran setelah hampir 10 bulan di teror oleh yang namanya skripsi.
Bagaimana dengan febri, ia juga berhasil menyelesaikan skripsinya dengan baik, menjalani sidang pengujian dan akhirnya dinyatakan lulut serta dapat mengikuti wisuda. Aku juga sangat senang bisa wisuda bersama dengan febri, kami sudah berjuang bersama dengan jalan kami masing-masing dan akhirnya mendapatkan hasil yang kami inginkan yang cukup memuaskan.
Sehari sebelum acara wisuda, malamnya kami sekelas bertemu di salah satu cafe untuk membicarakan apa yang akan kami lakukan besok. Tidak terkecuali farah, setelah hampir setahun lebih kami tidak bertemu ia ternyata cara pandangannya terhadap ku sudah berubah, namun pasti ia masih mengingat peristiwa malam itu, tapi aku juga lega karena ia bisa mengerti tentang keadaan dan mana yang terbaik bagi kamu berdua.
Yang awalnya ingin membicarakan tentang esok hari malah melenceng, kami hanya saling bercanda dan tertawa tentang hal-hal yang dirasa tidak ada manfaatnya. Itulah karena selama ini kami sudah jarang bertemu dan merasakan rasanya berjuang dengan cara kami sendiri, untuk membicarakan hal yang serius seperti nya memang agak sulit, terlebih lagi teman-temanku sedikit bobrok.Hari yang di tunggu-tunggu tiba dengan bangga kami kami memakai seragam toga lengkap dengan topi yang jambulnya masih ke arah kiri dan nanti akan di pindahkan rektor universitas satu persatu sebagai tanda kami sudah menjadi sarjana. Orang tuaku datang tepat sebelum acara di mulai, karena sebelum mereka sudah sampai sini satu hari yang lewat dan tinggal di kosanku untuk satu malam.
Sesuai rencana kami tadi malam, kami berkumpul di rumah salah satu temanku yang dekat dengan kampus untuk pergi bersama sama dari sana. Sesui janji kami kami akan konvio mengendarai vespa menuju kampus.
Suatu hari saat aku pernah bertemu dengan salah satu komunitas vespa di kota tersebut, melalui pertemuan yang tak sengaja. Aku yang berjalan pulang dari kampus tiba-tiba terhenti ketika melihat seseorang yang sedang mencoba memperbaiki vespa nya di pinggir jalan sendirian. Aku menghampiri nya dan bertanya dengan sopan apa yang terjadi, ia menjawab hanya masalah kecil, tapi aku melihat nya sudah kelelahan yang mungkin sudah lama mencoba Mengotak-ngatik vespanya namun tidak berhasil.
Aku juga tidak terlalu paham tentang hal seperti itu hanya bisa membantunya mengantarkan nya ke bengkel terdekat, namun ia awalnya menolak tapi aku tetap memaksa dan akhirnya ia mau juga.
Tapi ia tak mengajaku ke bengkel melainkan ke tempat teman-teman vespa nya yang lain berkumpul, dari situ aku mengenal banyak teman yang punya vespa, dan saat ini vespa milik orang yang aku tolong tersebutlah yang saat ini aku bawa. Awalnya aku ingin menyewa tapi ia menolak dan hanya menyuruhku membawanya saja, yaa aku hanya bisa berterima kasih kepadannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin & Ombak
RomanceIni bukan tentang cerita persahabatan atau percintaan anda hanya akan menikmati sebuah kisah dari anak remaja yang duduk di bangku perkuliahan, hal biasa serta kejadian-kejadian biasa yang dilakukan oleh banyak orang tidak begitu menarik. Namun ini...