28 Maret 1957

47 12 0
                                    

ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
Sahabatku, Galuh,
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
Selamatkah pulangmu tadi? Maaf tidak bisa beri kamu antar sampai rumah, karena kamu sendiri yang larang. Surat ini kutulis pukul sepuluh malam di tanggal yang sama, dua puluh lapan bulan tiga, karena teringat akan senyum manis yang kamu beri padaku tadi sore. Buat candu rupanya manismu, Galuh.
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
Belum tahu kapan lagi kita akan bertemu, maka bolehlah kita berkirim surat sampai ada masa untuk bertemu lagi. Kalau kau berkenan. Kembali, surat ini aku kirim dengan sebatang permen cokelat, kau bilang suka dengannya, maka aku beri lagi. Jangan merasa terbebani dengan mesti mengirim aku barang juga, kertas balasan pun akan sangat menyenangkan buat aku.
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
Kalau kata pepatah, harimau mati meninggalkan belang, kamu pergi dengan senyuman yang buat berkesan sampai sekarang. Sampai heran Bapak dan Ibuku bertanya, kenapa anaknya satu ini tersenyum semalaman tidak ada sebab? Ha ha ha. Iya, karena kamu.
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
Pertemuan tadi semoga jadi pembuka untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya. Kutunggu balasan darimu, Galuh. Terimakasih jalan-jalan sorenya, akan berkenang di hatiku sepanjang waktu.
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤDimas.
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARUNIKA ✦⠁1957Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang