Fragmen keempat: Moctant Necreosmus

240 134 44
                                    

.

.

.

.

.

.

.

A/n: Seperti yang sudah pernah kusampaikan dulu, cerita ini kuputuskan untuk dilanjutkan. Meski nanti ada chapter tertentu yang tidak akan kupublish di sini. Nah, setelah setahun terbengkalai, silahkan dinikmati untuk yang masih meminati kisah bangtan versi pemburu bayangan ini.

.

.

.

.

“Ada ketidaksesuaian informasi dari Pippo Jeon dan saudara Elekang. Maaf, tapi aku curiga vattemu masih menutupi banyak fakta dari perisitiwa di masa itu.” Tutur Seokjin jujur ketika mereka sedang dalam kereta bawah tanah. Pelupuknya mulai memberat akibat lelah secara fisik dan psikis. Tetapi ia enggan terlelap.

“Aku juga berpikir demikian. Beliau bahkan tak bilang apapun mengenai gallene.” Ada sepercik kecewa yang nyaris kentara menyelimuti suara Jungkook. “Tapi paling tidak, kita mendapat petunjuk mengenai lokasi. Bagiku itu sudah cukup. Gwangju bukan areal yang kecil. Kalau aku tak bisa menemukan Hoseok di sana…”

“Kita akan menemukan mereka. Kita HARUS menemukan mereka!” Tukas Seokjin tegas. Sudah cukup gunungan cemas membuat pikiran kalut. Ia tak perlu mendengar perihal itu tersuarakan.

Keduanya memilih diam selagi mengontrol emosi dan pikiran masing-masing. Jungkook lalu membuang napas panjang sebelum menyuara saran. “Ada baiknya kau istirahat, Jin. Akan kubangunkan setelah kita sampai.”

“Tapi…”

“Jangan khawatir, tidak tidur semalam dua malam bukan perkara baru bagi Pemburu Bayangan. Kau bisa berganti tugas jaga nanti jika ada kesempatan.” Interupsi Jungkook selagi menatap kegelapan malam di luar jendela kereta.

Anggukan lesu diperoleh sebagai ganti jawaban verbal. Seokjin merasa tak bijaksana menolak. Mengingat energinya banyak terkuras.

.

.

.

.

.

Sepasang netra emas memindai persona di dalam sel. Meneliti wajah objek yang dihiasi memar dan noda darah kering. Pakaian sobek di sana-sini. Jemari terkulai kuyu sebab pergelangan tangan tengah dirantai.

Jung Hoseok dipaksa berdiri seharian usai kesadaran dirampas setelah menyaksikan sang parabatai diseret keluar penjara oleh sepasang vampir. Lambungnya melilit pedih selagi tenggorokan kerontang. Jantung memberontak kisruh di belakang tulang iga. Ia juga cemas setengah mati memikirkan sang tunangan. Apakah Jungkook baik-baik saja? Apakah Namjoon masih hidup?

 

“Selamat terjaga, pemburu bayangan muda. Kau baik saja?” wanita rambut panjang dengan tiara perak di mercu kepala menyapa dengan nada ramah yang menggelisahkan dada. Hoseok mengenali wajahnya yang familiar. Sosok legendaris di kalangan nephilim bertahun-tahun lalu yang sudah dianggap wafat.

MNEPHLESCION {NamJin/HopeKook/TaeGi/Jimin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang