02; Ingatan Kelam

272 43 15
                                    

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, kaisar muda tersebut menikmati waktu senggangnya dengan berjalan mengitari taman disekitar kediaman paviliunnya.

"Hwangje-pyeha, ibu suri memanggil pyeha ke kediamannya. Mama berkata bahwa beliau memiliki teh spesial untuk Pyeha." Kata seorang dayang istana yang baru saja datang menemui Sehun dari kediaman ibu suri.

"Benarkah? Sepertinya Eomma-mama ingin mengomeliku. Baiklah, beritahu Eomma-mama kalau aku akan menemuinya 2 jam yang akan datang. Celoteh Sehun. Setelah mendengar jawaban Sehun, dayang tersebut pun kembali ke tempat asalnya.

Dua jam berlalu, Sehun pun bergegas menuju kediaman ibunya. Dan menyuruh dayang di kediaman ibu suri mengumumkan kedatangannya.

"Ada apa sampai-sampai Eomma-mama memanggilku? Apakah masalah tentang Hwanghu?" Tanya Sehun sembari duduk menghadap ibunya.

"Pyeha, sudah tahu mengenainya. Sampai kapan pyeha mendiamkan hwanghu?" Tanya ibu suri dengan nada sengau.

"Sampai hwanghu sadar akan kesalahan yang diperbuat. Cemburu merupakan dosa besar bagi seorang ratu yang belum punya anak," tawa Sehun dengan paksa, lalu melanjutkan celotehnya, "namun, hwanghu dengan wajah tebalnya mengusir selir ku. Beruntung baginya ia memiliki dukungan yang kuat, termasuk Eomma-mama yang mendukungnya."

"Pyeha! Tolong jangan mempercayai rumor yang tidak masuk akal itu! Sebaiknya Pyeha menemui Hwa---" ucap ibu suri dengan suara meninggi.

"Rumor?" Potong Sehun, "tolong ingat ya Eomma-mama, aku tidak sudi memandang rubah licik itu!" Lanjut Sehun. Setelah itu ia meninggalkan kediaman ibu suri dengan langkah cepat.

Sehun hanya menghela napas sesudah meninggalkan kediaman ibu suri. Sesampainya di paviliun kediamannya ia menyuruh bawahannya agar meninggalkan dirinya sendiri di ruangan istirahatnya dan tidak ada yang menemuinya di ruangannya. Mengingat kejadian itu membuat Sehun hanya berdiam diri dan menyesal. Meskipun, selir kesayangannya itu naik pangkat dan tidak memiliki kesalahan, tetap saja dapat dijebak oleh orang yang mempunyai kekuatan politik.

***

Setelah selesai makan malam, rombongan Junmyeon pun melanjutkan perjalanan. Mereka memutuskan akan istirahat pada waktu 10 malam, dan sekarang masih pukul tujuh.

Dalam perjalanan, Junmyeon larut dalam pikirannya. Ia pun mengingat bagaimana ia menjadi pangeran. Pada saat pesta ulang tahun saudagar Seok, itulah awal dari kemalangan yang dialami Junmyeon karena perpisahan dari ibunya.

***

Ketika itu, Junmyeon remaja dan ibunya datang ke kediaman saudagar Seok. Suara musik yang meriah menyambut pendengaran mereka tak jauh dari kediaman orang terkaya di kampung mereka. Setelah sampai, mereka disambut oleh bawahan saudagar Seok menuju salah satu ruangan di kediaman pedagang kaya tersebut.

"Inilah salah satu cenayang yang saya ceritakan pada anda, tuan Han." Cetus saudagar Seok kepada tamu mereka.

"Benarkah? Kalau begitu tolong hitung keberuntunganku," kata tuan Han, sambil menuliskan waktu kelahirannya. Lalu, tiba-tiba berhenti menulis dan kembali berkata, "di Seorabeol banyak orang yang bisa membaca keberuntungan, dan aku telah mendengar beberapa orang yang membaca peruntungan ku. Apa yang membuatmu lebih spesial daripada yang lain?"

"Ah, tuan kata anda terlalu tinggi untuk seorang yang rendah seperti diriku, tuan. Tetapi, saya dapat membaca garis wajah tuan. Bagaimana kalau saya menginterpertasikan peruntungan anda dan garis wajah anda, tuan?" Jawab ibu Junmyeon.

Prince's EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang