Aku berusaha menahan tubuhku, tak ingin memasuki bangunan serba putih yang katanya akan membuatmu baik setelahnya. Namun aku sudah berjanji kepadanya untuk datang ke tempat ini.
Aaah... aku akan mati disini.
Mati aku mati aku mati aku.
Aku terus menggumamkan hal yang sama saat memasuki bangunan serba putih itu. Menerima kartu status bagai sapi kurban yang siap dijagal. Ah... membayangkannya saja aku tak sanggup.
Ku disuruh menunggu di depan sebuah pintu ruangan. Menunggu giliranku membuat perutku mules tapi tak ingin buang air besar. Apalagi suara di balik ruangan di depanku membuatku berasa nuhinahinu... teringat suara Mawang yang memberikan sensasi yang sama.
Ah... bagi orang lain mungkin ku hanya lebay saja. Tapi sabodo, begitulah yang kurasakan sekarang.
Sumpah aku ingin pulang saja. Tapi tak bisa. Ku sudah janji pada ibuku.
"Horizon..."
Aku tersentak. Mampuslah, sekarang giliranku.
"Y-ya..." kataku pelan mendekati wanita berbaju putih yang sejujurnya cukup manis dengan seragamnya. Tapi sosok di depanku ini sama sekali tidak membuat perasaan ini surut.
"Silahkan masuk"
Aku hanya bisa pasrah. Mulai masuk ke dalam ruangan itu.
Kulihat benda-benda yang berjejer di atas meja terdekat. Beberapanya cukup membuatku ngilu. Seorang pria dengan masker menutupi mulutnya menyuruhku duduk di kursi besar dekat meja yang kulihat tadi.
"Geraham belakang ya. Bisa buka mulutnya, Mas" kata pria itu.
Aku hanya bisa menurut bagai mainan buaya yang mulutnya bisa dibuka tutup. Memperlihatkan masalahku beberapa minggu ini yang membuatku selalu kesal tiap jam makan. Pria bermasker itu masih mengamati dengan seksama.
Tolong biarkan aku pulang. Kasih obat saja, plis plis plis
"...."
Aku masih menatap pria itu dengan mulut masih menganga. Lama sekali. Rasanya sebentar lagi lalat bisa masuk ke mulutku.
"Wah... ini sih operasi"
Beberapa kata itu seketika membuatku keselek ludahku sendiri.
"Dok... jangan dong" pintaku memohon.
"Gapapa Mas. Sebentar kok. Habis ini ga bakal sakit lagi" katanya mulai mengambil benda-benda aneh yang kulihat diatas meja.
"GAAAAAAKK"
Ga mau. Apapun itu tolong asal jangan operasi. Mending ku baku hantam dengan nasi setiap hari gegara sakit gigi daripada berurusan dengan jarum suntik yang sekarang mulai diacungkan di depan mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
GenFest 2020: Humor x Medical Thriller
ComédieKisah ini adalah bukti bahwa tertawa bisa dilakukan dengan mudah, di masa saja, bahkan ditengah kondisi klinis yang serius. *** Pada putaran terakhir kali ini, para penulis akan menyajikan karya tulis dengan Genre Humor yang dibumbui oleh Genre Me...