Chapter Two

107 15 0
                                    

MARK

Aku datang ke Jeju hampir seminggu lalu. Hari pertama ku habiskan untuk berkeliling di beberapa tempat. Aku seorang fotografer. Alasanku kesini sejujurnya untuk mencari suasana baru dan mungkin inspirasi baru sambil beristirahat dari kesibukanku di LA.

Hari kedua saat lelah berkeliling aku memutuskan untuk mengedit hasil jepretanku kemarin sekaligus membalas email yang berkaitan dengan kerjaanku di LA. Hal itu yang membuatku memutuskan untuk berhenti di sebuah café kecil dengan nuansa putih di pinggir pusat kota. Seorang wanita seumuranku menyambut ketika aku membuka pintu. Rambutnya pirang tapi wajahnya sangat asia. Dia terlihat manis.

Tidak ingin tenggelam lebih jauh memandang wajah itu aku langsung memalingkan wajahku ke display kue-kue yang dihias dengan cantik. Setelah memesan aku langsung memilih duduk di dekat jendela. Pemandangan Jeju terlihat sangat cantik dari jendela café ini.

Hari-hari berikutnya aku memutuskan untuk terus datang ke café itu. Tidak hanya karena pemandangan yang bagus, suasana café ini terasa sangat tenang. Lebih sederhananya, aku tidak terlalu suka keramaian.

Hari kelima aku memutuskan kembali ke café itu lagi. Pada saat itu untuk pertama kalinya wanita itu berbicara lebih banyak padaku. Ada rasa menggelitik di perutku. Sedikit berdebar. Tidak seperti aku yang biasanya. Untuk sesaat ku fikir mungkin hanya karena dia wanita cantik. Hey, siapa yang tidak berdebar ketika mengobrol dengan wanita cantik, ya kan? Tapi ternyata rasa itu tidak sesederhana yang ku fikir.

"Ini pesanan anda" dia mengantar pesananku ke tempat biasa aku duduk.

"Apa kau sibuk?" tanyaku dengan cepat sebelum dia pergi.

Dari matanya dia terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan spontanku. "Kurasa tidak" jawabnya setelah melihat belum ada pelanggan yang harus dia layani. "Kenapa?"

"Aku punya beberapa pertanyaan. Aku hanya berfikir mungkin kau bisa membantu." jawabku. "Hanya jika kau tidak keberatan."

"Tentu saja tidak." jawabnya sambil tersenyum.

Dia lalu duduk di hadapanku. Seketika aku memaksa otakku bekerja cepat mencari alasan. Jujur aku tidak punya pertanyaan, itu hanya alasan untuk sekedar menahannya lebih lama. Sungguh ini tidak seperti diriku biasanya.

"Sebelumnya aku harus memanggilmu apa?" tanyaku.

"Ah iya, kita belum saling memperkenalkan diri. Aku Myoui Mina." dia mengulurkan tangannya kepadaku dan kusambut menjabatnya.

"Mark Tuan." ucapku memperkenalkan namaku. "Apakah ada marga Myoui di Korea?" aku penasaran.

"Oh sebenarnya aku datang dari Jepang. Belum lama setelah aku pindah kesini."

"Bahasa Koreamu juga bagus."

Dia tertawa mendengar perkataanku pasti teringat apa yang dia katakan sebelumnya padaku.

"Aku mempelajarinya dari kecil." dia menjelaskan. "Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" lanjutnya.

"Apa kau bisa merekomendasikan tempat untukku? Aku bekerja sebagai fotografer dan sepertinya aku butuh rekomendasi tempat-tempat bagus untuk mengambil gambar." Aku memuji kecerdasanku sendiri dalam mencari alasan. Setidaknya alasan itu tidak terdengar terlalu payah.

Seperti itulah awal percakapan kami. Iya itu hanya sebuah awal. Setelah itu kami lebih sering bercakap. Tentu saja karena aku masih sering datang ke cafénya dan ketika aku datang dia akan duduk menemaniku pastinya saat dia tidak sibuk melayani pelanggannya. Dan kurasa aku menyukai kehadirannya di sekitarku.

Your Presence (Indonesia) | Mina Twice & Mark GOT7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang