Chapter Three

80 13 1
                                    

MINA

Waktu berlalu cepat. Ini sudah minggu ketiga sejak pertama kali Mark datang ke café ku. Dia selalu datang saat tidak berkeliling mengambil gambar. Karena itu kami mulai berteman baik. Setiap dia datang aku akan selalu duduk bersamanya. Cukup menyenangkan mempunyai seseorang untuk mengobrol. Menjaga café sendiri kadang bisa membuatmu merasa sangat kesepian walaupun aku juga tidak terlalu suka keramaian.

Kami sebenarnya tidak bisa selalu dikatakan mengobrol. Terkadang ada jeda hening cukup panjang. Aku dan dia bukan orang yang suka banyak bicara. Tapi anehnya keheningan itu tidak terasa canggung. Seperti saat ini, aku duduk di hadapannya membaca buku dan dia mengedit foto yang dia ambil hari sebelumnya.

"Kapan kau ada hari libur?" pertanyaan itu membuatku memalingkan pandangan dari buku ditanganku.

"Itu.. sebenarnya.. aku ingin mengajakmu pergi ke beberapa tempat. Setiap hari berkeliling sendiri terasa cukup membosankan." lanjutnya.

.....

Dan disinilah aku sekarang menemani Mark ke Seongsan Ilchubong. Aku menutup café ku sehari demi menemaninya. Tapi aku tidak menyesal setelah melihat hamparan bunga rapeseed kuning yang bermekaran saat musim semi.

Aku menoleh ke kanan menemukan Mark sedang asik dengan kameranya. Aku terus memperhatikannya untuk beberapa saat. Untuk pertama kalinya aku melihat Mark bekerja. Dia benar memang seorang fotografer batinku membernarkan. Mark dengan kamera terlihat sangat keren saat itu.

Dia menoleh saat aku sedang menatapnya, tersenyum padaku. Seketika wajahku terasa panas melihat senyum itu. Aku pasti malu ketahuan menatapnya fikirku. Dia melangkah mendekat.

"Apa kau lelah? Istirahatlah. Aku sebentar lagi selesai." ucapnya ketika jaraknya hanya satu langkah dariku.

"Tidak apa, aku akan menunggu disini saja."

Dia mengangguk.

"Kita akan kemana selanjutnya?" tanyaku.

"Aku ingin melihat sunset di pantai."

.....

Beberapa jam kemudian kami sudah berpindah tempat. Matahari sebentar lagi terbenam. Angin pantai bertiup kencang. Kami menyocokan langkah di atas pasir putih meninggalkan jejak untuk beberapa saat terhapus oleh ombak. Langit sudah mulai bersemu orange. Kami terus berjalan menyusuri pantai. Tanpa sepatah kata pun hanya ditemani suara deburan ombak. Saat bulatan orange sudah semakin menghilang tenggelam kami pun menghentikan langkah untuk menyaksikannya menghilang digantikan gelap malam.

Entah dia sadar atau tidak, saat itu aku menolehkan pandanganku. Melihat wajahnya yang berdiri di sampingku. Dia tersenyum lebar melihat matahari tenggelam. Perutku tergelitik dan jantungku terasa berdegup tidak seperti biasanya. Perasaan apa ini?

Seperti bisa merasakan aku menatapnya, dia menoleh menatap balik. Tapi dengan cepat aku mengalihkan pandanganku takut kalau suasana berubah menjadi canggung.

.....

Jeju-do, Musim Semi 2020

Aku menatap bunga sakura yang mulai bermekaran di sepanjang jalan. Harusnya musim semi terasa menyenangkan dengan bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang jalan. Tapi perasaanku terus merasa janggal.

"Aku besok kembali ke Amerika." itu kalimat terakhir yang diucapkan hari itu setelah melihat matahari terbenam saat dia mengantarku kembali ke apartemenku.

Aku hanya terdiam beberapa saat. Terkejut. Sebelum akhirnya aku tersenyum melepaskan kepergiannya. Untuk terakhir kali melihat punggungnya berjalan menjauh. Sebagian besar dariku ingin sekali menahannya. Tapi aku sadar itu terdengar tidak masuk akal. Aku bahkan tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku. Awalnya aku masih tidak paham. Rasa menggelitik setiap melihatnya. Jantung yang berdebar kencang. Rasa nyaman di setiap hadirnya. Tapi bahkan setelah beberapa waktu perasaan itu tidak hilang.

Saat tersadar luapan perasaan itu berubah menjadi air mata. Aku merindukannya. Tanpa sadar dalam waktu singkat itu, dia membuatku merasa terbiasa dengan kehadirannya. Menumbuhkan harapan agar dia selalu berada di sekitarku. Membuatku menyukainya. 

Your Presence (Indonesia) | Mina Twice & Mark GOT7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang