Tiga hari masa tenang. Istirahat sementara waktu. Pas Pilbup nanti, live report bakal menguras tenaga lagi. Oke. Nevermind. Gunakan waktu seefisien mungkin untuk memulihkan tenaga.
Selama jeda waktu itu, aku tak bertemu Daniel. Tak ada pesan apa pun darinya lewat WA. Aku pun tak mengusiknya. Hanya bisa melamun, mengingat kembali bagaimana awalnya kami bertikai hingga ... bisa berada dalam satu rengkuhan nan sunyi.
Dia serius nggak, sih? Takutnya, ia sedang mengerjaiku? Ah, kelakuannya tak bisa diprediksi. Sudahlah!
"Aku rindu!" Tiba-tiba seseorang melompat. Menghadang pas di depan motor yang masih melaju pelan hendak masuk halaman indekost.
Refleks kutarik tuas rem. "Huaaa ...!"
Mengerem mendadak tepat di gerbang indekost. Sempat menabrak sliding door besi karena kubelokkan setang ke kanan. Tak bisa jaga keseimbangan, aku oleng. Nyaris saja jatuh bersama motor yang kukendarai.
"Hati-hati!" pekiknya menahan setang kiri setelah motor separuh miring.
Saking kaget, emosiku memuncak. Jantung berdetak sangat cepat. Napasku tersengal. Hampir saja aku menabrak Daniel.
"Kau gila, ya? Kalo aku telat narik rem gimana?" Kuluapkan marah dengan suara tinggi.
"Kau sayang aku, ya? Takut aku terluka?" tanyanya cengengesan.
"Ini bukan hal sepele yang bisa buat becandaan!" bentakku mencengkeram setang dengan kuat. Kesel banget!
"Maaf, deh. Gak nyangka kamu sekaget itu."
Mencibir, kujalankan lagi motor menuju garasi. Masih deg-degan. Tak hirau, kutinggalkan dia di luar gerbang
"Makan, yuk!"
Kukibaskan tangan kiri, kala tiba-tiba Daniel mencengkau lengan. Rasa kaget yang belum hilang masih ditambah gondok, langsung badmood menghinggapi.
"Gak lapar!" Dengkusku. Bergegas, menjejak teras sekaligus sebagai ruang tamu terbuka.
"Aku tunggu sampe kau merasa lapar!" serunya tertahan.
Bodo amat! Tak kugubris kata-kata itu. Sudah hampir jam enam sore. Ingin segera mandi dan merebah.
Usai isya, lamat-lamat kudengar riuh di luar. Mengernyit. Kulihat jam dinding. Pukul 19.23. Ada apa itu?
Penasaran, kubuka pintu. Celingukan. Sepi tak ada orang. Suara dari mana? Sepertinya dari teras. Diburu rasa ingin tahu, aku bergegas ke tempat menerima tamu yang tak terlihat dari lorong.
Makin dekat, keriuhan tak biasa itu makin terdengar. Gelak tawa mewarnai. Seperti ada pesta?
What? Apa ini? Ada sepuluh penghuni kost sedang berkumpul. Mas Heru, satpam kost juga ada. Mereka mengelilingi meja yang penuh dengan camilan juga minuman kemasan.
"Hai, Bri! Sini!" Mas Andre--seorang manajer minimarket--langsung memanggil saat melihatku datang.
Semua menoleh ke arahku dan ikut melambai. Si tengil itu masih di sini? Jadi ... kehebohan ini karena ulahnya? Daniel ... beneran menungguku? OMG.
"Sini!" Dia berdiri sambil mengedip.
"Ayo sini gabung, Mbak." Dua cewek penghuni kamar atas segera menarik tanganku. Cuma bisa tertawa kecil dan terpaksa duduk di sebelah Daniel setelah dia menggeser tubuhnya.
"Nasgor, ya? Mau?" tanyanya semringah ke yang lain.
"Oke!" sahut mereka kompak.
Gila! Dia sok bossy banget, sih. Satpam langsung beranjak setelah Daniel mengulurkan uang dua ratus ribu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANA'S MEN (open PO 28 Mei - 16 Juni 2020)
General FictionBriana seorang broadcaster yang digilai para pria, tapi ia terjebak dalam cinta dua pria yang memperebutkannya. Gadis lincah yang biasanya cuek dengan asmara, sejak itu mulai berubah. Sisi liarnya bangkit kala keinginan memiliki sosok sempurna justr...