Mungkin Belum Jodoh

198 14 0
                                    

Cahaya hangat mentari telah terasa oleh seorang pemuda berplaster dinosaurus. Iya siapa lagi kalau bukan Faisal.

Biasanya Faisal tidak semangat ini untuk berangkat pagi, apalagi berangkat ke sekolah. Bicara mengenai sekolah, hari ini Faisal bolos lagi. Bukan karena ada agenda untuk tawuran. Lebih tepatnya dia sedang menunggu seseorang yang menolongnya kemarin.

Faisal melirik jam di pergelangan tangan kanannya.

7.05

Biasanya anak kuliahan paling pagi setengah 8. Jadi Faisal sengaja menunggu lebih awal.

Faisal memerhatikan setiap mahasiswa yang keluar masuk gerbang utama. Tapi tak juga menemukan wajah yang ia cari.

"Huh," dengusnya.

11.00

Kaki Faisal benar-benar mulai pegal, jika harus berdiri lebih lama lagi. Akhirnya dia memberikan diri masuk.

Seluruh mata penghuni kampus langsung tertuju pada Faisal. Bagaimana tidak menjadi pusat perhatian, dia menggunakan celana SMP walau atasannya ia mengenakan hoodie biru dongker.

"Lihatlah anak SMP itu, sepertinya dia sedang mencari kakaknya."

"Ya ampun lucunya anak SMP"

"Ngapain tuh boca SMP masuk-masuk ke sini"

Seperti itulah desas desus yang tertangkap oleh pendengaran Faisal.

"Bodo amat..." Faisal memang tak peduli dia hanya perlu mencari seseorang.

***

Hari ini Meyra sengaja berangkat lebih siang, toh juga sudah tidak ada mata kuliah. Ia hanya akan mendaftar untuk sidang skripsi. Namun sepanjang perjalanan mulai dari gerbang utama hingga koridor jurusan semua orang membicarakan mengenai bocah SMP yang nyasar ke kampus. Jika mendengar bocah SMP, ia jadi ingat dengan bocah yang kemarin ia tolong.

"Apakah mungkin yang dibicarakan semua orang itu bocah SMP yang kemarin?"

"Ah tapi untuk apa ia kemari? Menemui ku?"

"Tapi rasanya sedikit mustahil jika benar itu adalah bocah yang kemarin"

"Tapi apakah ini hanya sekedar kebetulan? Kemarin ia bertemu dengan bocah SMP dan sekarang ada bocah SMP yang masuk kampus?"

"Ah ngapain juga aku memikirkan hal yang tidak penting"

Begitulah kira-kira pertanyaan yang ada di dalam benak Meyra.

"Meyraaaaaaa" teriakan cempreng menggema di koridor.

Tanpa melihat siapa pemilik suara tersebut pun Meyra sudah tau. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya-Iin yang sudah putus urat malunya.

Pletak

Kujitak kepalanya sekeras-kerasnya.

"Aduh lu jahat banget si." Iin mengaduh sambil mengelus kepalanya.

"Bisa ga sih tiap ketemu jangan buat semua orang merhatiin kita?." Pasalnya Meyra malu sendiri, semua orang yang berbeda di koridor jurusan memperhatikan kami. Dan Meyra tidak suka dengan tatapan mereka padanya.

"Iya, iya maaf Mey. Lagian lu sibuk banget akhir-akhir ini. Lu gak kangen sama gue?." Aku memutar bola mata jengah.

"Kagak." Ucapan Meyra sontak membuat muka Iin tertekuk.

"Jahat." Iin memanyunkan mulutnya, membuat Meyra ingin tertawa.

"Utututu... Jangan manyun gitu, nanti tambah imut."

"Yodah aku manyun aja terus biar imut selalu." Kemudian kami tertawa bersama menghiraukan tatapan orang yang memandang kita aneh.

"Kita ke jurusan yuk, temenin aku daftar sidang skripsi."

"Yuks... Abis itu kita makan mie ayam ya." Aku hanya mengangguk.

***

"Mang mie ayam dua, es jeruk manis dan es teh jangan terlalu manis," ucap Iin pada mamang penjual mie ayam depan kampus.

"Udah hafal ya minuman kesukaannya ku." Meyra menyeringai.

"So pasti kita, udah lama kenal tau. Btw lu kenapa bisa siang banget berangkatnya? Hayo loh semalem abis ngapain?" tanya Iin.

Meyra diam, ia bingung harus menceritakan masalahnya atau ia akan sopan sendiri saja.

"Woi malah ngelamun lagi." Ucapan Iin membuat Meyra terlonjak kaget.

"Hehehe." Meyra nyengir kuda.

"Ini mbak, mie ayam dan minumannya."

"Makasih pak."

"Jadi lu kenapa Mey?" tanya Iin sambil meminum es jeruknya.

"Aku putus sama Farkhan."

"Ukhuk ukhuk." Iin tersedak minumannya.

"Astaghfirullah hal adzim, minumnya tuh pelan-pelan." Meyra sedikit menepuk-nepuk punggung Iin.

"Lu serius kan?." Meyra mengangguk.

"Tapi kok ga keliatan galau?."

Bohong, Iin tau sekali dibalik muka Meyra yang datar-datar saja, Meyra menyimpan kesedihannya sendiri. Bagaimanapun Iin mengetahui harapan Meyra agar di saat dia wisuda memiliki pendamping wisuda. Banyak planning untuk masa depannya, karena dia memang serius menjalani hubungan dengan Farkhan.

"Sudahlah, nanti juga diganti oleh Allah dengan yang lebih baik." Meyra tersenyum dan melanjutkan makannya. Namun sekilas, ia melihat seorang bercelana biru dongker.

"Tunggu bocah itu?"
.
.
.
.
.
TBC








Uwu akhirnya lumayan banyak juga ya. Semoga tidak mengecewakan.

Jangan lupa vote dan komen

Terimakasih :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjebak Pesona BerondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang