Nineteen

240 23 3
                                    

"Pangeran!"

Seorang pemuda dengan mengenakan jubah menghentakan kudanya dan membuatnya berlari kencang. Matanya berkilat saat dia melihat bergerakan disemak-semak, dia melihat tanduk yang mencuat, lalu menyeringai. Dia mengambil anak panahnya dan membidiknya dengan busurnya. Dia tersenyum saat mata panahnya tepat sasaran. Dia segera menghentakan kudanya mendekat ditempat buruannya. Dia turun dari kudanya dan mencari binatang buruannya. Wajahnya mencebik karena tampaknya anak panahnya meleset.

"Pangeran Wang!"

Pemuda itu menoleh lalu menghela nafasnya dan berbalik. Tapi, senyumannya segera terbit kembali saat dia melihat ceceran darah. Dia menghiraukan panggilan yang memanggilnya. Masuk ke dalam hutan dan mengikuti ceceran darah itu. Langkahnya terhenti saat dia melihat seseorang meringkuk karena anak panahnya. Dia salah sasaran.

"Permisi.." katanya pelan dan perlahan menghampiri lelaki yang tampak meringkuk.

Dia membelalakan matanya saat dia sadar, anak panahnya mengenai dada lelaki yang meringkuk itu. Dia segera melangkah cepat dan berlutut disamping lelaki itu.

"Anda terluka.. eh.. eh.. sepertinya ini salahku," kata JAckson terbata.

Dia tidak tahu harus melakukan apa saat melihat panah itu tertancap didada lelaki itu. Dia memandang lelaki itu, nyaris transparan dan sangat tampan. Dia tidak berani menatap matanya.

"Akan saya panggilkan pengawal saya, Anda akan segera di ob—" dia tertegun saat lelaki itu menahan lengannya dan menatapnya.

"Siapa namamu?" tanya lelaki itu dengan nafas tersengal karena lukanya, dan dia menatap mata pemuda yang tampak merasa bersalah didepannya.

"Wa.. Wang Jia Er." Kata pemuda itu terbata.

"Jia Jia?" lelaki tersenyum lalu menarik anak panah didadanya membuat Jia Er tampak ngilumemandangnya.

"Aku Yi En. Tuan Yi En." Kata lelaki itu tersenyum, dia sempat mendengar Jackson bergumam 'aku yakin memburu rusa.'.

Yi En hanya menolehnya. Lalu tersenyum. Jia Er terbelalak saat luka Yi En semburat perak diantara darahnya. Dia berjalan mundur dan menatap Yi En tidak percaya.

"Kau hantu hutan." Kata Jia Er dengan tatapan takut.

"Sakit sekali kau mengatakan aku hantu," kekeh Yi En.

Saat Jia Er akan bergegas berbalik, dia terpental oleh dinding tak kasat mata didepannya.

"Kau harus bertanggung jawab merawat lukaku," Yi En tersenyum.

Tampak Jia Er ingin berontak dan keluar. Dia mendengar suara pengawalnya memanggil panggilnya. Yi En tampak kembali meringkuk karena lukanya, membuat Jia Er sangat merasa bersalah.

"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak memiliki obat," kata Jia Er akhir berjalan mendekati Yi En yang meringkuk diatas rerumputnya.

Tangan Yi En menggapai tangan Jia Er, dan dipegangnya.

"Aku hanya butuh energimu," gumam Yi En.

**

"Tunggu disini." Perintah pangeran muda pada pengawalnya dan dia bmasuk ke dalam hutan sendirian sambil membawa buntalan.

Jia Er berjalan menyusuri semak lalu masuk ke dalam sebuah gua. Dia berjalan berlahan, sampai menemukan air terjun kecil yang membuat sebuah kolam dan taman indah di tengah gua yang terbuka. Matanya berhenti memandang pada rusa bertanduk indah dengan bulu coklat muda halus, dan putih di sekitar lehernya. Tak lama rusa itu menghilang dan digantikan sosok Yi En yang tersenyum padanya. Mata Jia Er meredup lalu berjalan pelan menghampiri Yi En yang duduk dibatu.

Sweet ThingsWhere stories live. Discover now