Fourteen

258 28 8
                                    


Someday when I married someone, I will going to be nice husband.


"Mark."

Mark mendengar suara-suara mencekam. Dia hanya bergidik lalu membenarkan kembali headset-nya. Tangannya kembali bergerak cepat di keyboard gamenya.

"Mark!"

Mark memejamkan matanya diantara umpatan-umpatan yang didengar ditelinganya—teman-teman tim game-nya. Dia mendengar langkah kaki mendekat dan tara~... disanalah lelaki istimewanya berdiri. Dengan wajah datar tapi menusuk jantung Mark yang mencoba memasang cengiran spesialnya.

"Perisai," Jackson mengibaskan tangannya seakan membuat tameng tak kasat mata didepan dadanya.

"Ayolah, Mark. Kita harus berbelanja. Kau sudah menundanya sejak 2 jam yang lalu." Keluh Jackson.

"One round," kata Mark kembali memasang senyuman terbaiknya—dia ingin mengumpati teman-temannya yang berisik ditelinganya.

"Ok. I'll go by myself," kata Jackson menghela nafasnya lalu berdecak.

Mark melebarkan matanya, tanda SOS dikepalanya mulai menyala.

"Hei! No." Pekik Mark dan dia berdecak saat teman-temannya semakin ricuh ditelinganya—hero-nya sekarat.

"Please, lemme one round. Aku akan pergi bersamamu, okay." kata Mark mencoba merayu.

Jackson hanya berdecak lagi dan menggedikan bahunya, dia mengibaskan tangannya seakan memberi pilihan terserah pada Mark. Mark tersenyum saat penawarannya berhasil, dia kembali membenarkan headset-nya saat Jackson keluar kamarnya.

"Hei! Fokuslah!" teriak teman-temannya.

"You're playing with married-man, dude. Jangan berisik." Kata Mark sebal.


Mark menyukai belanja, tapi tidak dengan kebutuhan bulanan mereka. Dia membiarkan Jackson mengabsen belanjaan mereka sesuai dengan kertas panjang yang dibawanya. Dia memerhatikan lelakinya sambil menyandar di trolley.

"Selesai," kata Jackson lalu menghela dan memandang Mark.

"Tidak ada yang ingin kau beli?" tanya Jackson pada Mark yang masih memainkan trolley—dengan memaju mundurkan.

Mark menggeleng. JAckson hanya berkacak pinggang dan meneleng memandang lelakinya. Dia hapal Mark akan mengingatnya saat mereka sudah masuk ke dalam pintu rumah mereka.

"Tissu," kata Mark.

Jackson mengernyit, lalu Mark tersenyum penuh arti.

"Kau bisa kotor." Kekeh Mark sambil berjalan ke arah rak tinggi dibelakang Jackson yang melebarkan matanya.

Mark menggoyangkan kotak tissu yang di dapatkannya.

"Perlu yang lain?" tanya Mark sambil memainkan jarinya pada tissu.

"So shameless , Mark." decak Jackson lalu mendorong trolley mereka menuju kasir, meninggalkan Mark yang menyeringai puas.

"I told you. Ini sangat berguna?" gumam Mark hampir berbisik saat menahan badannya di atas Jackson.

Mark menunjukan lembaran tissu yang dibawanya, dan tersenyum puas. Jackson memalingkan wajahnya saat Mark menutupi mereka dengan selimut.

"Aku bagian mencuci selimut , Jack. Akan sangat susah dibersihkan," kata Mark lalu mencium pipi Jackson dan puas melihat ronanya sekalipun lampu kamar mereka padam.

Sweet ThingsWhere stories live. Discover now