Chapter 35 | Genggam Tanganku

1.9K 249 46
                                    

Chapter 35 | Genggam Tanganku

Ada kalanya aku juga berhenti peduli denganmu.
Kita selesai. Tetapi mengapa rasanya kita masih berada di titik yang sama?
Kamu milikku, bolehkah aku menyebutmu begitu?

***

Hampir setengah hari Daniel duduk termenung disana. Dia sendirian. Sengaja ia meminta Petrus pulang, walau bagaimanapun lelaki itu butuh mandi dan beristirahat. Daniel perhatian? Ah tidak juga sebenarnya, dia tidak mau Petrus mati konyol disana karena tidak ada yang perhatian dengannya. Daniel sama sekali tidak membawa apa-apa. Ponsel dan dompet, semuanya tertinggal di pondok. Ia berbohong pada kakeknya kalau ia masih punya uang.

Kepala Daniel terasa hampir pecah. Dia menunduk. Berkali-kali mengusap wajahnya yang nampak seperti zombie.

Keadaan Keisha masih belum stabil. Sampai sekarang belum ada yang menjenguk Keisha, dari pihak keluarganya. Mereka tidak mati, tetapi mengapa Daniel ingin menganggap mereka sudah tidak ada di dunia? Orang tua seperti apa mereka itu?

Akhirnya, selang beberapa jam kemudian. Saat hari sudah mulai malam, Daniel diperbolehkan masuk asal tidak berisik. Dia terlihat ragu, mengumpati Petrus yang masih belum datang. Apa dia sengaja ingin Daniel yang menjaga Keisha malam ini?

Ruangan putih bercampur obat-obatan itu terasa menyengat. Daniel sempat menutup hidungnya untuk menyeimbangi indra penciumannya sebelum ia benar-benar stabil.

Kakinya melangkah pelan menuju Keisha yang terbaring lemah di atas brankar. Ia menunduk, mengamati wajah pucat itu dengan ekspresi sedih. Perlahan, Daniel duduk di samping Keisha. Menunduk, meminta maaf sebesar-besarnya pada gadis itu.

Dulu, Daniel pernah berjanji akan melindungi gadis ini karena dia pacarnya. Rasa iba itu selalu datang saat ia melihat Keisha. Gadis rapuh dan ringkih yang tidak punya siapa-siapa. Seolah hanya Daniel harapan satu-satunya.

“Dan aku ingkar sama janji aku sendiri, Kei..." Suara Daniel mengudara, bersahutan dengan alat-alat penunjang kehidupan yang menempel di sekujur tubuh mantan kekasihnya itu.

Sebelum pulang tadi, Petrus mengatakan sesuatu yang tidak pernah Daniel duga.

“Keisha kena kanker ginjal, udah lama. Bahkan sebelum lo jadian sama dia. Beberapa bulan terakhir udah gak kambuh, tapi sekalinya kambuh benar-benar udah gak ada harapan. Mungkin saja, diagnosa soal umur seseorang itu bisa salah. Tapi gue gak akan bisa menyangkal kalau itu benar terjadi. Gue berharap lo selalu ada di sampingnya, sampai Kei benar-benar lelah dan memutuskan untuk menyerah.”

Entah apa yang ada di pikirannya, yang jelas Daniel hanya diam. Dia tidak menjawab apapun. Dia shock berat. Tentu saja. Ia masih tidak menyangka.

Suasana begitu sunyi. Sampai Keisha terlihat membuka mata, terlihat kebingungan dan ia menatap ke sekeliling. Daniel berdiri, hendak menekan tombol dan memanggil Dokter, tetapi tangan Keisha menahannya. Perempuan itu juga terkejut melihat Daniel yang menunggunya.

“Daniel, sejak kapan kamu disini?” tanya Keisha, kebingungan.

“Sejak sore, mungkin. Lupa,” jawab Daniel canggung.

“Petrus dimana?”

“Kenapa nanyain orang yang gak ada, sih? Kan gue yang disini. Tanyain aja gue,” ujar Daniel. Ia kembali duduk. Mengusap rambut Keisha yang begitu berantakan.

“Kenapa repot-repot kesini?”

“Siapa yang repot sih, Kei? Gue mau kok kesini. Jenguk lo, maaf tapi gak bawa apa-apa. Duit gue abis, sumpah gak bawa dompet.”

Surat Cinta Dari Daniel✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang