Chapter 29 | Falling in Love

1.9K 263 20
                                    

Mencoba nulis disaat hujan turun. Eaaak ~

*Beberapa waktu lalu sebenernya HAHA. MAAFIN YAAAA?

Happy reading!

***

Chapter 29 | Falling in Love

Tolong aku membenarkan perasaan ini.
Tolong aku membenarkan jawaban atas segala pertanyaan yang menumpuk di kepala.
Tentang dirimu, sosok manusia yang akhir-akhir ini selalu terbayang di pikiran.
Tentang dirimu, perempuan berparas cantik dengan segala ketidakmungkinan untuk ku milikki.

***

Amanda masih terdiam beberapa saat sampai Zakia menepuk pundaknya. Ia terkejut, menoleh dengan pipi bersemu merah. Zakia yang melihatnya bertanya-tanya. Tetapi Amanda hanya menggeleng, mana mungkin ia mengatakan kalau sehabis menerima surat cinta? Eh, beneran surat cinta kan? Atau Daniel hanya menggodanya saja? Jika iya, awas saja! Amanda akan membakar surat itu nanti.

Uhm, apa Amanda sudah seperti wanita yang berharap?

“Nayla mana deh, kenapa gak sampe-sampe?” Zakia celingukan, beberapa santriwati lain sudah kembali ke pondok. Tersisa beberapa yang masih menunggu antrean serabi paling enak di pasar itu. Untungnya Zakia sudah mengantre lebih awal. Jadi dia sudah mendapatkan sekantung serabi tanpa harus menunggu lebih lama.

“Gak tahu, aku gak lihat daritadi,” jawab Amanda, jujur. Ia menyelipkan amplop dari Daniel ke saku roknya.

“Ah, bucin banget deh tuh Nayla. Ya udah yuk, mending kita pulang. Udah mau maghrib,” ujar Zakia, ia menggandeng tangan Amanda yang kurus. Mereka bercengkrama sembari tertawa. Hingga tidak terasa merasa sudah sampai di depan pintu kamar. Ternyata, Nayla sudah sampai lebih dulu. Pantas saja Amanda dan Zakia tidak melihatnya.

“Nay, kamu kapan sampainya?” tanya Zakia. Ia melihat Nayla yang terduduk melamun, di dekapannya ada sebuah buku. Buku yang Zakia tahu berisi curahan hati Nayla atau bait-bait puisi indah ciptaannya sendiri.

“Iya nih, kan kita nungguin kamu. Takut kamu masih ada si belakang malah sendirian ke pesantrennya,” imbuh Amanda. Menaruh barang belanjaannya di atas kasurnya. Amanda melepas kerudung, menggantinya dengan kerudung instan yang nyaman dan adem.

“Nay, kok kamu diem aja sih. Sakit?” Zakia beringsut mendekat, memegangi dahi Nayla yang terasa hangat. “Kamu anget, pusing gak?”

Nayla menggeleng kaku. Menjauhkan tangan Zakia dari dahinya.

“Nayla, kamu kenapa?”

Amanda yang mendengar pun menoleh. Agak terkejut sebenarnya melihat Nayla yang seperti orang marah. “Nay?”

“Minggir, aku mau ke masjid.”

“Lho, gak bareng sama kita?” tanya Amanda. Menahan lengan Nayla yang langsung ditepia oleh perempuan itu. Baik Amanda maupun Zakia sama-smaa terkejut. Nayla yang lemah lembut bisa sekasar ini.

“Gak usah pegang-pegang!” ujar Nayla ketus. Ia mengambil mukena dan sajadah di atas meja belajar. Nayla keluar dari kamar tanpa berkata apa-apa.

Tentu saja hal itu membuat Amanda dan Zakia saling pandang, kebingungan.

***

Dari : Orang Tampan Sedunia
Untuk : Mantik

Dear, Amanda

Anjrit kayak apa aja gu nulis beginian. Sumpah, bukan gue banget asal lo tau yak. Tapi, gimana dong? Gue malu kalo bilang langsung. Terus juga kondisinya belum tepat. Intinya apa yang gue tulis ini jujur kok, dari dalam lubuk hati gue yang palinggggg daleeeeeeem kayak jurang yang gak ada ujungnya ~

Surat Cinta Dari Daniel✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang