Siang yang membosankan. Aku harus membuat rancangan gaun pernikahan untuk minggu depan. Aku menggenggam pencil dan terus memperhatikan kertas putih di hadapanku.
"Ley ada orderan baru"
Luna masuk tanpa mengetuk pintu ruanganku, kebiasaan buruknya. Luna adalah sahabatku, dia juga sekertaris di butik ini.
"Aku bahkan belum menyelesaikan rancangan untuk gaun pernikahan minggu depan"
Aku menghembuskan nafas.
"Lo pasti bisa Ley"
Luna keluar dari ruanganku. Aku mulai membuat garis halus diatas kertas putih di depanku. Mungkin aku akan menambahkan hiasan pita putih di gaun perempuannya. Aku mulai konsentrasi dan terus menggoreskan pencilku.
- 4 jam kemudian -
Akhirnya selesai juga rancangan gaun penikahan itu. Aku beristirahat sebentar. Aku belum makan siang, tapi sekarang udah sore.
"Ley lo gak makan ? Nih gue bawain spageti sama burger"
Luna masuk ke ruanganku sambil membawa kantong makanan kecil.
"Makasih ya Lun"
Aku menganbil kantong makanan itu, membukanya dan langsung memakan spageti dan burger. Aku melahap habis makanan itu hanya dalam 5 menit. Aku membersihkan mulutku dengan tisu.
"Lun, nanti aku mau ke makam ayah ibuku. Kau ikut ?"
"Pasti"
"Kita jalan sekarang aja biar gak kesorean ya Lun"
"Yuk capcus"
Orang tuaku meninggal 2 tahun yang lalu karna kecelakaan. Sekarang aku tinggal sendiri. Aku tidak mempunyai kakak dan adik.
Aku berjalan ke luar butik bersama Luna. Luna mengambil alih mobilku, dia yang menyetir. Sampai di makam, aku membeli bunga tabur dan air mawar.
Aku membacakan doa di makam mama dan papaku. Selesai membaca doa, aku menaburkan bunga dibantu oleh Luna dan menyiram makamnya dengan air mawar.
Aku mengantarkan Luna ke rumahnya.
"Makasih Ley"
"Sama sama Lun, aku pulang ya"
"Iyaa hati hati Ley"
Aku memutar arah mobilku menuju rumah. Jam menunjukan pukul 7:00 malam. Badanku sudah capek dan pegal.
Ah akhirnya aku sampai. Rumahku bisa di bilang cukup besar. Pagar rumahku sudah terlihat. Aku turun dari mobil, aku mau membuka gerbang. Eh?! Ada keranjang di depan gerbang. Aku membuka kain yang menutupi isi keranjang itu.
BAYI!! Bukan hanya satu, tapi dua!!
Aku kaget. Aku gatau apa yang harus aku lakukan? Kedua bayi itu menggigil dan menggeliat. Bibir mereka biru. Aku langsung mengangkat keranjang itu dan memasukannya ke dalam mobil. Aku membuka gerbang dam memasukan mobilku ke garasi. Aku langsung menggendong kedua bayi itu ke kamarku. Badan mereka panas. Aku berlari ke ruang tamu, mengangkat gagang telfon rumah dan menelfon dokter.
Aku berlari lagi ke kamarku, melihat kedua bayi itu. Mereka menangis. Aku tambah pusing melihatnya. Aku menyelimuti mereka agar mereka tetap hangat.
Ting Tong
Bel rumahku berbunyi. Aku berlari ke bawah, membukakan pintu untuk tamu itu.
"Cepet dok ke kamar saya"
Aku berjalan cepat menuju kamar, dokter itu mengikuti di belakangku. Dokter mulai mengecek keadaan mereka satu persatu.
"Anak ibu demam, sebaiknya ibu jaga mereka agar tetap hangat. Karena usianya baru 1 minggu daya tahan tubuhnya masih rentan"
"Iya makasih dok"
"Ini obatnya, campurkan pada susu 1 kali sehari"
"Iya makasih banyak ya dok"
"Sama sama bu, saya permisi dulu"
Aku mengantarkan dokter itu ke depan gerbang. Setelah itu, aku masuk kembali ke dalam rumah. Aku berjalan ke kamarku. Aku melihat bayi bayi itu tertidur. Aku membalikan badan, mencubit lenganku sendiri berharap ini hanya mimpi.
Aww!!
Ternyata ini bukan mimpi, ini kenyataan! Aku belum tau jenis kelamin mereka. Mereka berdua terlihat sangat mirip. Aku duduk di pinggir tempat tidurku, mengelus kepala salah satu bayi. Aku tidak mau membuat mereka kedinginan, jadi aku mengurungkan niatku untuk mengetahui jenis kelamin mereka.
Ah iyaa!
Aku berlari menuju garasi. Membuka pintu mobilku dan mengambil keranjang tadi. Aku membalik keranjang itu, mencari cari sesuatu di bawah lapisan kain. Tidak ada apa apa. Aku membawa masuk keranjang itu ke dalam rumah.
Pluk~
Tiba tiba secarik kertas terjatuh di lantai. Aku mengambil kertas itu.
Tolong rawat mereka
Hanya itu ? Tidak ada apa apa lagi ? Yaampun. Aku meletakkan keranjang dan kertas itu di meja tamu. Aku kembali ke kamarku, mengambil hape dan menelfon Luna.
"Halo Lun"
"Kenapa Ley?"
"Aku mau ambil cuti bisa gak ? Kira kira 3 bulan"
"GILAAA, lama banget, lo mo ngapain?!"
"Aku kasih tau nanti, tolong urus butik dulu, kita ngomong lagi besok ya bye"
"Ta----"
Aku memutuskan telfon sepihak. Aku membaringkan tubuhku di sebelah bayi bayi itu. Tangan kananku memeluk mereka berdua.
- jam 2:07 -
EAAK EAAAK EAAAKK
kedua bayi itu menangis. Panasnya sudah turun, sekarang mereka sudah normal. Aku menggendong salah satu dari mereka dan menepuk nepuk yang satunya. Ini sangat merepotkan. Saat bayi dalam gendonganku sudah tenang dan berhenti menangis, aku mengangkat yang satu lagi dan menenangkannya. Sekarang, mereka ridak melanjutkan tidur mereka, mereka hanya diam tapi tidak tidur. Aku menyentuh pipi salah satu bayi, dan dia menjilat tanganku. Ah mereka haus ! Bagaimana ini?! Aku tidak mempunyai ASI dan aku belum membeli susu formula.
Aku memutuskan untuk langsung membelinya. Aku menggendong mereka bersamaan. Mencari kain panjang dan aku gunakan untuk kain gendongan. Untung di sebelah rumahku ada alfa 24 jam.
Aku membeli susu formula, botol susu, dan pampers. Aku membayar ke kasir dan pulang kerumah. Aku membuatkan susu untuk mereka. Mereka menghabiskan susunya dan tertidur. Aku memakaikan mereka pampers saat tertidur. Tenyata mereka berjenis kelamin laki laki dan perempuan. Aku membaringkan tubuhku kembali di samping mereka, mengecup puncak kepala mereka satu persatu dan memejamkan mataku berusaha untuk tidur. Aku akan berusaha merawat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleyna
Randomaku Aleyna Parker, seorang designer berusia 22 tahun yang dikejutkan dengan dua orang bayi kembar dalam hidupku.