Aku keluar dari mobil dan berjalan ke depan gerbang rumah Luna. Luna keluar dari rumahnya, terlihat air mata menggenang di matanya. Aku lega, kukira ada apa apa sama Luna. Luna melihatku, dia langsung berlari ke arahku.
"Mama sama papa Ley" Luna terisak di pelukanku. Airmatanya membasahi baju bagian pundakku.
"Kapan Lun?"
"Kemarin.. mereka ditabrak lari" tangisan Luna semakin menjadi. Aku mengelus punggungnya, mencoba memberi kekuatan padanya. Aku tau, dengan kondisinya yang sedang hamil pasti ia berat menerimanya. Aku melepaskan pelukan Luna.
"Lun, aku gabisa lama lama, maaf"
"Aku mengerti Ley"
"Mau nginep ?"
"Okay, besok gue kerumah lo" dia tersenyum kearahku dan melambai. Aku kembali masuk ke mobil dan menjalankan mobil ke rumahku.
Aku memindahkan Jayden dan Jennie dari kasurku ke boks mereka masing masing. Mereka sudah tidur setelah aku berikan susu botol. Seminggu lagi aku sudah kembali ke butik. Aku masih ingin bermain bersama si kembar. Aku mengecup puncak kepala Jayden dan Jennie bergantian. Aku kembali ke kamarku dan membanting diriku diatas kasur kingsizeku. Aku tertidur.
-----------------------
Hoaaaaam, aku bangun pukul empat pagi. Jayden mengajakku bermain. Aku membuatkan dua botol susu terlebih dahulu. Aku berlari kecil menuju kamar si kembar. Aku menggendong Jayden dari boksnya.
"Kapan gedenya sih sayang"
Aku menggesekkan hidungku ke hidungnya. Hari ini usia Jayden dan Jennie genap tiga bulan. Jayden dan Jennie juga sudah mulai aktif, mereka belajar memiringkan badannya ke kanan dan ke kiri, mereka makin menggemaskan dan merepotkan tentunya. Jayden juga mulai suka menggerakan tubuhnya saat aku gendong, itu membuatku harus ekstra hati hati saat menggendongnya. Beda dengan Jennie, Jennie masih anteng kalo aku gendong. Aku tidak sabar melihat mereka besar.
Matahari mulai naik. Sinar mataharinya mengenai boks Jennie . Jennie menangis, mungkin karna sinar itu mengganggu tidurnya. Aku memberikannya sebotol susu formula. Aku masih menggendong Jayden. Tangan kananku memegang botol susu Jennie di boksnya dan tangan kiriku menggendong Jayden.
Drrttt drrrtt
Dan hapeku getar. Gimana nih?! Aku melepas peganganku pada botol susu Jennie. Jennie menangis. Aku menidurkan Jayden di boksnya, dia menangis juga. Aku memutar mainan diatas boks Jayden. Bagus, dia memerhatikan mainan itu dan tenang. Aku mengangkat Jennie dan kembali memasukan botol susu ke mulut mungilnya. Aku mengangkat telpon itu, menggeser tombol hijau di layar hapeku.
"Halo Ley, gue depan rumah lo nih"
"Ah okay"
Aku menutup telfonnya dan berjalan ke pintu depan. Aku membuka pintu itu dan mempersilahkannya masuk.
"Sorry Lun, lama ya? Si kembar nangis tadi"
"Iya gapapa Ley, kedengeran sampe sini tuh suaranya"
Aku mengobrol dengan Luna di kamar si kembar. Aku besyukur ada Luna disini, dia bisa membantuku mengurus si kembar. Itung itung dia latihan juga buat jadi ibu.
"Gimana dede bayinya?" Aku bertanya ke Luna. Perut Luna semakin membuncit.
"Sehat, tapi belom ketauan jenis kelaminnya"
"Baguslah"
Aku mengalihkan pandanganku ke Jennie. Dia tertidur. Aku duduk sambil menggendong Jennie, Luna duduk disebelahku.
"Mana Jayden?"
"Itu, di boksnya" aku menunjuk boks Jayden.
"Kita mengobrol di ruang tamu aja Ley"
Aku mengangguk. Aku berjalan ke boks Jennie dan meletakkannya di dalam boks. Aku mengikuti Luna ke ruang tamu. Luna menyuruhku bercerita tentang mengurus bayi. Aku menceritakannya ke Luna.
".... yang paling menyenangkan adalah saat melihat mereka tumbuh" senyumku mengembang dan rasanya aku ingin memeluk Jennie dan Jayden sekarang.
"Ah aku jadi tidak sabar" Luna mengelus perutnya.
EAAAK EAAKK
Ah si kembar! Aku berdiri dan mau berlari. Luna menahan tanganku.
"Biar aku saja" Luna menawarkan diri.
"Kau yakin ?" Aku menatapnya ragu.
"Ya" dia berjalan ke kamar si kembar. Aku membuatkan 2 botol susu. Luna turun membawa Jayden. Aku bingung, kenapa masih ada tangisan bayi jika hanya Jayden yang menangis.
"Ley, gue gabisa bawa mereka berdua" katanya sambil mengangkat dua jarinya membentuk V.
Aku memutar bola mataku. Aku langsung berlari ke kamar si kembar dan menggendong Jennie. Aku memberikan botol susu itu ke Jennie.
"Lun, kasih Jayden susu, ada di meja makan" teriakku dari kamar si kembar. Aku menimang nimang Jennie di kamarnya. Setelah Jenni tenang, aku membawanya menghampiri Luna dan Jayden. Luna tampak masih kaku menggendong Jayden. Seolah mengetahui ada Jennie datang, Jayden menggumam gajelas sambil memainkan lidahnya.
"Ngomong apa sih sayang" ujarku sambil mengelus kepala Jayden.
"Hahaha mereka lucu ya" Luna mencium hidung Jayden.
"Ah, aku mau memandikan mereka dulu" aku melepas baju Jennie dan mengelapnya dengan sarung tangan handuk dan air hangat. Aku memakaikan popok kain berwarna pink pada Jennie, dan aku tidak memakaikan baju. Luna menatapku bingung. Aku tidak menghiraukan Luna. Aku mengambil Jayden dari gendongan Luna. Membuka baju Jayden dan mengelapnya dengan sarung tangan handuk dan air hangat. Aku memakaikan popok kain berwarna putih ke Jayden dan membaringkannya di samping Jennie. Mereka tertidur di tempat tidurku dalam posisi miring saling memunggungi.
"Kita ke bawah aja Lun" bisikku
"Oke"
Aku dan Luna turun ke bawah. Kami mengobrol cukup lama. Sekarang sudah jam 4 sore, Luna pulang. Aku mengantarnya sampai depan gerbang rumahku. Aku masuk kembali ke rumah, berjalan ke kamar si kembar dan duduk sambil membaca majalah di sofa di pojok kamar.
"Uhhmm mmm" aku mendengar ocehan kecil dari boks Jayden. Aku berjalan ke boks Jayden dan melihat Jayden sedang menghisap jempolnya.
"Jagoan udah bangun ya? Pake baju dulu yuk" aku memakaikan baju Jayden. Karna Jennie belum bangun, aku menyelimutinya dengan kain. Aku menggendong Jayden dan menidurkannya kembali. Aku menidurkan Jayden di tempat tidurku, dan aku ikut tidur sambil memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleyna
Randomaku Aleyna Parker, seorang designer berusia 22 tahun yang dikejutkan dengan dua orang bayi kembar dalam hidupku.