"Haechan, kamu milikku," nafas Mark menghantui bagian atas bibir indahnya.
"Aku tau kak," bisiknya menjawab sebelum merasa sepasang bibir tadi menempel lagi di bibirnya. "Aku... Aku tau."
.
.
.
.
Mark selalu posesif pada Haechan sejak dia pertama kali melihat—mengenalnya.
Mark berumur sekitar enam tahun.
Mark tidak memiliki seorang teman seusianya saat itu. Itu mungkin karena sebuah pandangan tajam dan dingin yang ia miliki kepada orang-orang. Alih-alih bermain dengan anak-anak seusianya, Mark lebih suka berlatih basket setiap kali dia punya waktu luang.
Saat itu hari Minggu dimana ia setengah diseret oleh ibunya untuk datang ke sebuah perayaan ulang tahun di sebuah halaman rumah. Orang tuanya bertemu dan menyapa teman-teman mereka, sementara Mark yang bosan berjalan di belakang mereka. Mereka menyuruhnya untuk mencoba mencari teman, tetapi ketika Mark melihat sekeliling, terlihatlah anak-anak lain yang sedang tertawa berlarian satu sama lain dan salah satu dari mereka berteriak, "Main petak umpet yuk!"
Dia merasa itu salah.
Jadi Mark hanya terus membuntuti orang tuanya di belakang, berharap acara ini akan segera berakhir. Setelah mengobrol dengan beberapa orang, ibunya kemudian disambut hangat salah satu temannya yang baru saja tiba. Dari nada dan ekspresi yang diberikan oranngtuanya, Mark bisa tahu bahwa mereka adalah teman dekat yang sepertinya baru bertemu bertemu dalam waktu yang sangat lama.
Saat itulah Mark melihat mereka juga memiliki anak yang membuntuti di belakang mereka. Anak laki-laki itu dengan malu-malu mengintip di balik kaki ayahnya di depan Mark sebelum orang tuanya mendorongnya maju dan berkata 'bersikap ramahlah dan perkenalkan dirimu pada teman-teman'. Lalu setelahnya orang tua mereka asyik dalam percakapan mereka sendiri, mengabaikan fakta bahwa anak-anak mereka tenggelam dalam keheningan yang canggung.
Anak manis yang lebih pendek itu menatap tangannya, memutar-mutar jari-jarinya.
Mark hanya memberinya tatapan kosong. Anak itu memiliki kulit berwarna madu dan untuk sesaat, Mark bersumpah ia melihatnya sangat bersinar di bawah matahari. Dia juga tampak malu-malu, dilihat dari cara dia menghindari tatapan Mark dan menatap sepatunya sebagai gantinya. Mark ingin tahu tentang mata anak itu dan hendak meraih wajahnya-
"Hai."
Seorang anak lain datang dan berjalan mendekati mereka lalu tampak lebih tertarik pada anak manis itu dibanding Mark. "Kamu mau ikut main? Kita mau main petak umpet." Dia menaruh tangannya di bahu anak manis itu. Lalu anak manis itu berpaling kepadanya dan dia tampak sedikit terkejut saat Mark meraih pergelangan tangannya protektif dengan refleks.
"Nggak," ujar Mark tajam. "Kami mau main berdua aja."
Anak lain tadi mengerutkan kening dan mengangkat bahu acuh tak acuh pada Mark, lalu sambil berlalu menggerutu dan berlari kembali ke teman-temannya.
"Um ..."
Anak manis itu menggigit bibir bawahnya dan menatap tangan mereka yang tertaut. Jari-jari tangan Mark melilit pergelangan tangan anak itu protektif dan seperti tak mau melepaskannya. Mark mempererat genggamannya dan anak manis itu meringis.
"Aku Mark Lee."
Anak manis itu perlahan-lahan mendongak padanya dan menatap Mark dengan sebuah mata bulat yang sangat indah—ini mengejutkannya karena Mark belum pernah melihat sesuatu yang begitu indah seperti itu sebelumnya. Rasanya seperti ia telah tenggelam dalam bola mata hitam pekat dan nuansa merah cerah yang jelas tercetak di pipi susu anak itu dan lalu membuatnya tampak lebih cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF | MARKHYUCK FIC [Completed]
RomanceKadang terlalu posesif itu nggak baik buat hubungan mereka berdua.