Waktu menunjukan sekitar pukul tengah malam di hari yang sama ketika Haechan merasa seseorang menggeser tubuhnya dan menarik-narik bajunya. Ia mengerang pelan saat merasakan pegal di sekujur tubuhnya dan lalu perlahan membuka mata. Haechan menemukan Mark menatapnya dan ia mengusap mata Haechan yang mengantuk.
"Kak?"
"Kamu tidur pakai celana jeans dek," ujar Mark tenang.
"Hm..."
Mark menarik Haechan ke posisi duduk dan Haechan membiarkan suaminya melucuti segala pakaian yang melekat di tubuhnya. Dia menggigil sedikit ketika tubuhnya yang telanjang merasakan angin dingin dari udara karena longgarnya jalinan tangannya dengan Mark.
"Tidur," bisik Mark ketika ia selesai memakaikan Haechan sebuah piyama biru dan Haechan hanya bergumam dengan suara sengau saat Mark menyelimutinya dengan selimut tebal. Mark hendak menarik diri tapi ternyata Haechan malah meraih lengan Mark dan mempererat cengkeramannya.
"Tidur disini," pintanya lemah. "Sama aku."
Mark menatap jalinan tangan mereka. "Aku nggak akan kemana-mana."
"Aku juga," bisik Haechan pelan sambil menutup matanya. "Maafin aku. Maaf..."
Satu tangan Mark yang bebas tertinggal di pipi si pemuda manis, ke tempat yang sama ia telah layangkan sebuah tamparan dan lalu membelainya penuh kepedulian dengan ibu jari. "Tidur, sayang. Aku juga minta maaf."
Haechan terisak saat ia meringkuk lebih dekat ke kulit pria yang lebih jangkung. "Aku sayang kamu. Aku mencintaimu..." Haechan mendesah lega ketika mendapati Mark tidak bergerak sebagai tanda bahwa ia tidak pergi kemanapun. "Kasih aku sedikit kepercayaan kak, aku nggak akan kemana-mana."
Mark yang secara mental memarahi dirinya sendiri membenamkan wajahnya di rambut halus Haechan. Rasa sakit di dadanya datang tiba-tiba saat ia merasa bersalah mendengar permintaan maaf yang tulus dari Haechan, karena Mark tahu semua kesalahan terletak padanya. Mark tidak menjawab karena Haechan tertidur dengan seketika dalam pelukannya, tapi cengkraman Haechan tetap mengerat pada pinggang si laki-laki yang lebih tua dan perlakuan itu lebih membuktikan lebih jelas daripada kata-kata
.
.
.
Haechan menggerakan tubuhnya pelan dan merengutkan dahi saat sadar jika kamar mereka sangat terang. Apakah Mark lupa mematikan lampu?
Haechan yang masih mengantuk akhirnya bangun dan menatap langit-langit. Haechan menyesuaikan matanya pada situasi tersebut dan lalu berkedip-kedip dengan cepat. Lampu kamar memang mati. Dengan malas ia memandang sekilas pada jam alarm disebelahnya.
Matanya pun membulat seketika.
"Astaga!"
Haechan terlihat sangat terkejut lalu mengguncang-guncangkan bahu Mark dengan sangat-tidak-lemah-lembut.
"Kak, bangun, kita bisa telat!"
Mark mengerang protes pada keributan yang dibuat Haechan dan menutup matanya dengan punggung lengan.
"Aku udah ngasih info kalau kamu ambil libur hari ini."
"Eh?" Haechan menghentikan paniknya.
"Iya," Mark menatap Haechan dengan sebelah matanya yang terbuka. "Anak magang itu ngasih tau aku kalau kamu kacau banget saat bekerja kemarin. Kamu. Butuh. Istirahat."
Mark ikut bangun dalam posisi duduk yang sama dengan Haechan. Mata Haechan memandang kebawah dan menyadari ia berpakaian piyama berwarna biru. Jadi itu bukanlah mimpi. Mark benar-benar membantunya mengganti pakaian—atau itu adalah Haechan yang membiarkan Mark melakukan semuanya?—. Pemikirannya terpotong saat ia merasakan sebuah tangan hangat mengelus pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF | MARKHYUCK FIC [Completed]
RomanceKadang terlalu posesif itu nggak baik buat hubungan mereka berdua.