Part 3

8.9K 867 78
                                    


Butuh beberapa menit bagi Haechan untuk menyadari bahwa suaminya yang tengah membawa mobil berbelok dari jalan utama dan bukannya arah menuju rumah.

"Kita mau kemana?" Tanya Haechan bingung. Ia sama sekali tidak tahu jalanan asing ini.

"Aku ada janji, sebentar ya." jawab Mark tenang.

Haechan menatap Mark dengan kening berkerut tetapi mengatakan apa-apa lagi. Ketika mereka akhirnya tiba di tempat yang cukup ramai, rahangnya perlahan-lahan turun hampir menganga.

Mark ternyata membawa Haechan ke sebuah bar malam. Dilihat dari keramaian yang ada, tempat itu cukup populer. Haechan merasa punggungnya menempel di jok mobil saat Mark mematikan mesin dan menatapnya.

"Kamu mau tunggu di mobil atau mau ikut aku masuk?"

Kamu mau ketemu siapa, adalah apa yang sangat ingin Haechan tanyakan pada Mark tapi tubuhnya terasa kebas. Pertanyaan macam apa itu? Apakah Mark ingin dirinya tidak bertemu dengan siapapun itu yang ia ingin temui dengan menyuruhnya tinggal di dalam mobil? Pikiran Haechan bahwa ia akan tenggelam dalam keramaian di dalam bar itu sangat mengganggunya, tapi pikiran jika Mark pergi ke dalam sana untuk bertemu orang asing—atau temannya—lebih mengganggunya lagi.

Haechan akhirnya mengangguk dan mengikuti Mark sambil mengaitkan erat lengannya ke lengan Mark saat masuk ke dalam bar.

Haechan menatap kerumunan di dalam pub tanpa ekspresi dan melihat sekeliling dengan hati-hati. Dia belum pernah sekalipun datang ke tempat seperti ini tapi menilai dari cara Mark menyapa dan mengangguk ke beberapa orang, sepertinya suaminya itu sudah beberapa kali datang kesini. Haechan merasa sangat asing. Perasaan itu terus mengganggunya dan ia tidak tahu kenapa.

Sesuatu mencengkram hati Haechan saat Mark menyeretnya lembut ke meja yang sudah di pesan di lantai dua.

"Eh Mark! Telat deh lo."

"Sorry," Jawab Mark sederhana.

Haechan hanya mengerjapkan matanya menatap tiga orang yang tengah duduk disana. Salah satunya yang tadi berbicara pada Mark adalah seorang pemuda yang sangat tampan, mempunyai tubuh langsing yang Haechan belum pernah lihat sebelumnya. Haechan melirik sekilas pada dua orang lainnya dan mengerjap dalam kebingungan.

Siapa orang-orang ini?

Haechan menyikut Mark berniat untuk bertanya. "Kak?"

"Oh iya," Mark menjawab dalam isyarat dan menunjuk pada teman-temannya. "Kenalin mereka Doyoung, Jaehyun, terus ini Yuta."

Jaehyun memberinya senyum hangat. Doyoung hanya menatapnya lalu mengangguk kecil saat Yuta melambaikan tangannya pada Haechan.

Haechan tersenyum segan dan lalu semakin mengkeret semakin dekat pada sang suami. Haechan merasa tidak nyaman sama sekali. "Kak...", Haechan menarik-narik lengan kemeja Mark untuk mengalihkan perhatiannya. Disini banyak sekali orang dengan bau asap rokok dan minuman keras dimana-mana membuatnya terasa sesak ingin segera pergi dari sini.

"Tuh, dia ada disana ternyata," Mark berkata tiba-tiba dan mengantar Haechan ke dalam salah satu kursi kosong di sebelah Doyoung. "Kamu duduk dulu disini, aku mau ngobrol bentar sama orang itu ya sayang."

"Tapi—kak, kamu mau kemana?"

"Mau ngomongin kerjaan disitu bentar doang kok," Mark menekan bahu Haechan dengan lembut lalu berjalan pergi. "Ada Doyoung disini temenin kamu."

Haechan hampir menganga karena sikap tak ambil pusing suaminya yang membuatnya terkulai di kursi. Bagaimana bisa Mark meninggalkannya sendirian—well, nggak juga sih, ada Doyoung dan yang lain—di tempat yang tak dikenal Haechan seperti ini? Tempat ini tidak baik. Dia belum pernah datang ke pub sebelumnya jadi kenapa bisa Mark membawanya kesini? Siapa pula temannya itu? Mark belum menyebutkan namanya. Kedua mata Haechan melayang kembali pada tiga orang yang duduk di sebelahnya. Apakan mereka semua teman-teman Mark?

POSESIF | MARKHYUCK FIC [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang