♥29

11.2K 1.2K 222
                                    

"halo, Kak?"

Gue berjalan sendiri ketika sudah di dekat penginapan yang Kak Jaemin maksud. Sebelumnya gue diantar sama Chenle, dan dia langsung balik ke penginapan setelah memastikan gue baik baik aja.

Sekitar 10 langkah lagi, gue udah melihat Kak Jaemin yang berdiri sembari satu tangannya ia masukkan kedalam saku celana. Sedangkan satu nya lagi menempelkan ponsel pada daun telinga karena sambungan kami masih terhubung.

Gue berlari kecil untuk mendekati Kak Jaemin. Setelah di dekatnya, kami sama - sama mematikan ponsel.

"memang kamu di kasi ijin tidur di tempat lain?"

Gue mengangguk mendengar pertanyaan nya. "yaudah, masuk." Kak Jaemin berjalan lebih dulu.

Sebelum gue mengekor, gue sempat melihat ke danau— dan gue tertegun sejenak. Danau, dimana tempat beberapa waktu lalu saat Kak Jeno mencium gue. Iya, diseberangnya.

Gue menelan saliva, lalu kembali melangkah untuk menyusul Kak Jaemin.

"Kak Jaemin sewa ini berapa lama?"

Dia menaruh ponselnya diatas nakas, disamping single bed yang tersedia. "seminggu." tempat ini ga gede ga kecil. Ya, cukup untuk, Kak Jaemin tentunya.

Gue cukup terkejut mendengar kalau, seminggu adalah waktu yang Kak Jaemin sewa pada tempat ini.

"itu- ga terlalu mahal?"

"terus mau biarin aku sendiri di sana nanti?"

"hng?"

Gue mendongak— karena posisi gue duduk di sisi ranjang, sementara Kak Jaemin masih berdiri dihadapan gue.

"ya- bukan gitu, tapi kan aku nanti sibuk sama kesibukan aku. Terus Kak Jaemin ngapain dong?"

Dia duduk disamping gue. "ngapain aja. Main gitar mungkin."

"main gitar doang?"

"cuci mata."

"maksudnya?"

Gue semakin mengernyit. Kak Jaemin membuat kedua tangannya ke belakang untuk menumpu tubuhnya. Dia menatap gue. "tadi, ga sengaja lihat orang ciuman di pinggir danau."

Gue diam. Jantung gue benar - benar langsung memompa lebih cepat. Sorot mata gue entah gatau harus menatap apa karena Kak Jaemin yang ga mengalihkan pandangannya sama sekali. Terlebih, wajahnya juga tak berekspresi.

"...K-kak—"

Gue baru saja ingin menyentuh lengannya, tapi Kak Jaemin sudah lebih dulu berdiri. Ia melepas jaket kulitnya dan menyisakan t-shirt putih.

"aku cari minum dulu." ucap nya. Tanpa menoleh sedikit pun ke gue. Dia langsung buka pintu dan pergi gitu aja.

Bohong kalau tubuh gue sekarang ga bergetar. Kedua tangan gue meremas rambut gue yang terikat dengan asal. Gue takut, tapi berbedanya kenapa Kak Jaemin terlihat biasa saja. Dia ga menghakimi gue, atau dia ga terlihat marah.

Itu lebih seram lagi menurut gue. Karena gue takut, kalau Kak Jaemin akan pergi ninggalin gue. Sementara dia sendiri udah janji ingin merubah bagaimana sikapnya selama ini ke gue, dan gue malah mematahkan kepercayaannya.

Padahal gue sendiri yang menyuruh Kak Jaemin untuk ini itu, tapi gue sendiri yang menjilat ludah gue.

Pikiran gue udah kemana - mana. Gue menyusul Kak Jaemin dengan air mata yang udah jatuh. Langkah gue juga sedikit lebih cepat.

Gue mencari di dapur, nihil. Langsung, gue berbalik dan keluar dari penginapan ini. Gue udah nangis, bahkan hingga sesenggukan.

"..Kak Jaemin?"

NA JAEMIN; boys with life[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang