Jisung dan Chenle namanya

63 9 2
                                    

Di dalam kelas Mijung ga ada habis-habisnya mikirin dua cowok yang ngelihatin dia tadi. Dia ngerasa aneh aja gitu.

Nah pas pulang sekolah Mijung bingung karena dua cowok yang tadi lihatin dia dikantin nyamperin dia dan nawarin pulang bareng. Ya aneh aja, Mijung sama sekali ga kenal mereka siapa.

Pas Jeno lewat Mijung awalnya mau minta bonceng sama Jeno, eh Jenonya malah suruh dia buat pulang bareng dua cowok itu. Mijung udah ketar ketir karena bingung.

"Gapapa, aku kenal mereka kok, mereka baik dan ga bakal macem-macem. Maaf karena gabisa pulang bareng kamu, aku harus jemput orang tuaku, dalam waktu dekat aku bakal pindah dan tinggal sama orang tuaku lagi."

Mijung mengangguk pasrah. Dia mencoba percaya dengan Jeno. Seperginya Jeno, Mijung berbalik ke arah dua cowok tadi. Mungkin karena paham dengan situasi, salah satu dari mereka mulai memperkenalkan diri.

"Emm..hai, aku Jisung, maaf tiba-tiba ngajakin pulang bareng. Ga ada maksud apa-apa kok. Cuma pengen aja."

"Ehh iya kenalin juga aku Chenle."

Ucap mereka berdua sambil tersenyum ramah. Mijung menghela nafas.

"Iya, gapapa. Makasih loh"

***

Malamnya, Mijung kepikiran Jisung sama Chenle lagi. Dia cuma ngerasa gabiasa aja gitu. Tiba-tiba ada chat di hp-nya. Mijung buru-buru ambil hp. Nomor tidak dikenal.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Abaikan waktu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Abaikan waktu)

Ya, hanya sebatas ingin disave. Tapi entah mengapa, Mijung rasa hatinya berbunga-bunga. Seneng banget Mijung tuh. Ya mungkin karena ga pernah ada cowo yang deketin dia. Who's know?

"Mijung!!"

Tiba-tiba ibunya panggil dari bawah. Dia balikin hp ke nakas terus bergegas turun ke lantai bawah. Untuk makan malam ternyata.

"Mijung habis ini cuci piring ya, tadi rumah udah di sapu kan?! Itu cucian baju gimana, udah selesai kan?! Tinggal jemur? Besok sebelum kesekolah dijemur dulu ya, waktunya pasti cukup. Habis ini kunci pintu depan sama gerbang, pintu belakang biar ibu aja." 

Baru aja Mijung mau jawab, ibu udah ngomong lagi.

"Emm..adek besok ikut ibu ke pasar ya?!"

"Siap, bu." Sahut adek.

Mijung hanya menghela nafas pasrah. Ini sudah biasa. Mijung selalu disuruh ini itu, sedangkan adeknya selalu diajak belanja. Dia kan juga pengen, kali-kali belanja sama ibu.

Selesai makan, Mijung langsung melakukan apa yang disuruh ibu tadi tanpa ketinggalan satu pun.

Sebelum dia masuk kamar, dia mampir dulu ke kamar adeknya.

"Dek, besok bantuin kakak ya, jemur baju."

"Idihh..males ah, kan yang disuruh ibu, kakak"

"Sekali aja gitu bantuin kakak, males banget kamu, kamu gapernah disuruh ini itu sama ibu, mesti diajak belanja sama ibu, hidup kamu enak, masa bantuin kakak aja gamau."

"Adek juga capek kak, ibu selalu ajak adek keluar. Adek selalu debat sama pedagang, capek adek tuh, ga kakak aja"

"Ini ada apa, ribut-ribut"

Jeno sama Doyoung, kakaknya Mijung, yang kebetulan lewat di depan kamar langsung samperin mereka.

"Ini loh kak, adek gamau bantuin Mijung, kan Mijung capek, sekali-sekali digantiin gitu, kakak juga gapernah disuruh ibu, bantuin Mijung juga enggak."

"Ya tapikan ibu suruh kakak, adek bisa aja bangun telat besok." Sahut adek.

"Tuh kan, gamau bantu"

"Sst..udah jangan ribut, ibu sama ayah tidur. Jung, kamu tau kenapa ibu selalu suruh kamu?"

"Gatau, pilih kasih mungkin, gamau anak bungsunya lecet." balas Mijung cuek.

"Mijung, ibu tuh selalu suruh kamu karena ibu tau. Kalau kamu yang paling teliti dalam mengerjakan apa aja. Adek sama kak Doy mana bisa kerja seteliti kamu. Ibu juga sering ajak adek belanja, karena adek pinter ngomong di depan orang lain, jadi adek bisa tawar menawar dalam beli apa aja. Jadi kita bisa beli sesuatu dalam harga lebih murah. Kita keluarga mampu, mampu banget. Tapi sekaya apa pun kita, kita tetep harus hemat. Ibu tuh sayang sama kita semua, ga ada yang namanya pilih kasih"

Doyoung menjelaskan semuanya dengan lembut penuh kasih sayang, dia paham perasaan adik-adiknya. Mijung tertegun, dia bisa memahami ini. Tiba-tiba dia merasa bersalah pada ibunya. Dia sudah berkata hal yang tidak-tidak tentang ibu dan selalu berprasangka buruk. Dia benar-benar menyesal. Dia paham seberapa besar dosanya.










M

aaf kalau ceritanya ga asik. Pemula aku tuh.
Tinggalin vote sama komennya dong.

-jung

I LIKE YOU ♡ Park Ji Sung ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang