di kantin

148 82 150
                                    

Tbc, loveyys

****

Dering ponsel mengisi kesunyian ruangan sejak beberapa menit lalu, sang pemilik mendengar, namun saat ia melihat kontak penelpon membuat cowok itu membiarkannya. Rey sedang memejamkan mata, meminimalisir rasa sakit yang menjalar di sekitar punggung cowok itu.

Drttt...drtt...

Dengan kasar Rey meraih ponselnya dan menjawab panggilan dari nomor yang sama. Ia tidak akan mengeluarkan suara sambutan atau apapun kalimat manis pembuka pembicaraan.

"Halo, Reyhan!"

"Maaf mengganggu waktu kamu, Nak! Bunda harus ingatkan kamu untuk tidak melewatkan makan malam yang sudah direncanakan kemarin,"

"..."

"Em... ayah dan bunda sudah mau berangkat, kami tunggu kamu di sana, ya?"

"..."

"Y-yasudah, bunda tutup, cepatlah bersiap, Rey!"

Tit.

****

Cowok berhoodie maroon dengan jeans hitam Panjang, memasuki restaurant bintang lima itu dengan acuh. Ia sengaja tidak berpakaian rapi seakan pertemuan konyol ini sangatlah penting. Rey melangkahkan kaki jenjang nya menuju area private room yang dipesan sang ayah, bisa ia tebak dua keluarga tengah bersandiwara disana seraya menikmati makan malam dengan lahap.

Pintu terbuka lebar, para pelayan mempersilakan Rey masuk.

"Nah, ini dia pangeran yang kita nantikan!" sorak pria berkepala empat itu.

Pasang mata mengarah kepada Rey baru saja mendekati meja makan mewah tersebut.

"Malam," sapa cowok itu, tentu saja dengan suara datar.

"Malam, Braga!"

Wanita di sisi kanan meja bertanya, "Apa kamu terjebak macet?" dengan suara pelan.

Rey menutup rapat mulutnya dan menatap lurus kedepan, tidak ada niat membalas perkataan Wanita itu.

"Baiklah, karena putra saya sudah sampai sebaiknya kita mulai saja acara dinner ini," ucap Surya, ayah Rey.

Semua orang yang mengisi meja makan besar ini menikmati santapan dengan hikmad, kecuali Rey. Ia bahkan menyibukkan diri dengan game online di ponselnya. Surya, ayah Rey melayangkan tatapan tajam pada putra nya. Ghea—ibu tiri Rey menangkap kode dari sang suami untuk menegur anaknya, namun nihil panggilan Ghea berkali-kali diacuhkan oleh anak cowok itu.

Acara makan pun telah usai, Surya menegakkan tubuhnya bersiap mengatakan sesuatu yang menjadi garis besar pertemuan ini.

"Selamat malam, saya Surya ingin menyampaikan tujuan kami menggundang keluarga Alastra. Seperti yang sudah kita ketahui, kedua anak kita telah menjalin hubungan semenjak perjanjian bisnis disepakati. saya senang bekerja sama dengan anda, Alastra." Surya melemparkan senyum pada rekan bisnis nya.

"Saya pun begitu, Tuan Aditya!"

"Giska dan Braga, kalian harus lebih dekat mulai saat ini. Saya dan Alastra sudah menyetujui Giska untuk pindah sekolah ke sekolah Braga, agar kalian semakin menjalin hubungan yang baik!"

Gadis yang duduk dihadapan Rey tersenyum manis seraya menatap lekat Rey, mungkin ia Bahagia mendapat peluang bersama Rey setelah ini.

Berbeda dengan cowok ini, Rey sudah mengira hal konyol ini semakin besar. Ayah nya memang sangat egois, ia hanya memikirkan kejayaan pada bisnisnya. Pria tua bangka itu sudah dibutakan akan kompetisi bisnis yang tidak ada habisnya.

LOVELLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang