Selamat membaca ❤️
.
.
.Setiap anak pasti ingin merasa dicintai oleh ibunya, tak peduli bagaimana keadaan dan situasi yang terjadi padanya. Kasih ibu adalah sebuah kekuatan untuk menghadapi dunia. Seorang anak seharusnya berhak mendapatkan pengakuan dari wanita yang menjaganya dalam rahim selama sembilan bulan, lalu melahirkannya untuk diperkenalkan dengan dunia baru. Dunia yang penuh dengan tantangan-tantangan, dan akan mengajarkannya menuju pendewasaan diri.
Begitu pun denganku. Ibu adalah udara yang selalu menjadi candu bagiku. Saat usiaku tujuh tahun, seorang tetangga pernah kelepasan bicara bahwa Ibu adalah ibu tiriku. Aku yang saat itu belum tahu arti 'ibu tiri' langsung bertanya dengan polosnya, apa arti sebutan itu. Dan tetangga itu tanpa rasa bersalah mengatakan bahwa ibu tiri adalah bukan ibu yang melahirkan kita, tapi hanya istri lain dari ayah.
Aku bingung kemudian kembali bertanya, 'Lalu siapa yang melahirkan Rain?' dan tetangga itu mengatakan bahwa ibu yang melahirkanku telah lama pergi. Saat akan bertanya lagi, Bibi sudah menghentikan cerita tetangga itu dan mengatakan sesuatu yang dari penglihatanku tampak seperti mereka berdebat. Tetangga itu pun pergi, membiarkanku dalam rasa penasaran. Bibi pun terlihat menghindar tiap kali aku akan bertanya soal itu.
Sejak saat itu pertanyaan tentang keberadaan ibu kandungku selalu berputar-putar dalam kepala. Akan tetapi, aku belum punya cukup keberanian untuk bertanya pada Ayah. Hingga suatu waktu saat melihat Ibu mengelus perutnya yang mengandung Kinan, aku bertanya padanya tentang ibu kandungku. Ibu tampak terkejut, lalu menatapku dengan tatapan aneh.
Aku terus merengek meminta jawaban, hingga akhirnya Ayah datang dengan wajah marah. Ayah tidak suka aku bertanya tentang ibu kandungku, karena sampai kapan pun ibuku akan tetap Ibu. Aku tidak perlu bertanya-tanya tentang dia, karena itu adalah hal yang tidak perlu. Hanya Ibu saja yang harus kupikirkan.
Untuk beberapa saat, aku menuruti perintah Ayah untuk melupakan tentang ibu kandungku. Namun setelah Ibu meninggalkan kami, rasa penasaran akan ibu yang melahirkanku itu kembali muncul dan menjadi-jadi. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Ayah. Ayah yang saat itu masih merasa kehilangan Ibu, kembali marah tanpa memberiku jawaban yang kuinginkan. Rasa takutku pada Ayah mengalahkan rasa penasaran itu.
Akhirnya untuk mengalihkan pikiran dari rasa penasaran itu, aku menghabiskan waktu dengan menjaga Kinan yang masih bayi. Selama hampir delapan tahun, pertanyaan tentang ibu kandungku terus kusimpan dalam diam.
Aku sama sekali tidak tahu wajah ibu kandungku, jika tidak ada selembar fotonya yang tertinggal di laci meja tua yang diletakkan Ayah di gudang belakang rumah. Aku juga tidak tahu kapan tepatnya ibu kandungku pergi, sehingga kuperkirakan saat itu mungkin usiaku baru sekitar satu-dua tahun. Karena itu mungkin kemampuan mengingatku belum cukup baik.
Lalu suatu hari saat aku sedang mencari barang-barang bekas yang masih layak pakai, yang akan kubawa ke sekolah untuk acara bakti sosial untuk korban tanah longsor, aku menemukan sesuatu.
Di gudang, tepatnya di laci meja tua itu aku menemukan selembar foto perempuan yang memakai seragam putih abu-abu, warna yang sama dengan seragam yang baru tiga bulan belakangan juga kupakai. Wajah perempuan itu tentu saja bukan wajah Ibu (tiriku), karena walaupun sudah kusam tapi foto itu masih terlihat cukup jelas. Melihat seragam yang dipakainya, aku sempat mengira bahwa itu adik perempuan Ayah. Tapi itu tidak mungkin, karena aku ingat bahwa Ayah adalah anak tunggal dan kedua orang tuanya juga sudah wafat.
Karena rasa penasaran itu makin besar, aku memutuskan untuk bertanya pada Ayah. Aku langsung menghampirinya di ruang kerja, lalu bertanya sambil menunjukkan foto itu. Ayah tampak sangat terkejut, wajahnya memerah dan bibirnya terkatup rapat. Dia berlalu dari ruangan itu, meninggalkanku yang kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seni Aklimatisasi (Repost)
General FictionSetelah Indra terjerat kasus korupsi, Rain tahu hidupnya tidak akan sama lagi.Tidak ada yang tersisa di hidupnya. Rumah dan aset-aset mereka disita. Ia dan Kinan-adiknya-harus pergi dari rumah yang menjadi saksi masa kecil mereka. Dibenci semua oran...