Seorang pria tampan berkutat di ruangan yang penuh dengan alat-alat teknologi canggih masa kini dengan rakitan yang tidak main-main. Berbagai jenis komputer teronggok di segala sudut ruangan, dengan CCTV yang terus menyala dan beberapa alat lain.
Pria berambut coklat gelap tersebut tengah melempar beberapa benda dan mencobanya satu persatu.
Tak lama kemudian, dia berjalan menuju salah satu komputer, mencoret sesuatu di sana menggunakan pensil digital, lalu pergi ke komputer lainnya dan memasukkan beberapa digit kode. Sebuah peta langsung terpampang di depannya."Bagaimana?"
Pria tampan itu menoleh ke sumber suara, "Li Jiazheng. Bandar Narkoba nomor satu di Shanghai, bersembunyi di New York. Lokasi apartment dia berjarak dua blok dari Mansion Urbexson. Ini beresiko, tapi dia salah satu target kita, Ayah."
Axel mendekati pria tersebut lalu menepuk puncak kepalanya pelan, "Nicholas, kau tidak perlu terjun ke medan laga. Tugasmu hanya melacak di sini, bukan turun ke lapangan. Meski kemampuan tembakmu tidak bisa diragukan, tapi kemampuan melacakmu masih dibutuhkan,"
"Aku mengerti,"
"Bulan depan ulang tahunmu yang ke-18. Kau mau apa?" tawar Axel.
"Belikan aku seperangkat satelit untuk penelitian peluncuran roket bom ke lokasi dan meledakkanya dalam jarak jauh. Aku ingin mencoba meluncurkan bom Shi Reen ke salah satu target kita nanti,"
"Ayah akan pesankan dari Rusia,"
"Baiklah, Ayah." Nicholas tersenyum. Ia membuka salah satu komputernya yang lain, lalu menampilkan sebuah foto pria yang cukup dikenal di tanah Amerika, "Althair Smitch. CEO dari LCA Group. Dia banyak tahu mengenai kita, apa tidak berbahaya?"
"Tidak. Dia tahu tentang kita semua karena dia punya koneksi kuat di FBI," jelas Axel. "Dimana Kenji dan Alviss?"
"Mereka pasti sedang ribut dengan Kak Lucas. Apalagi yang bisa dilakukan kedua perusuh itu, kan?"
"Ya, kau benar."
Kenji dan Alviss dikenal sebagai perusuh markas Dark World. Jika ditambah Lucas, maka team perusuhnya lengkap sudah. Karena mereka bertigalah, organisasi kelam ini memiliki kenangan canda tawa.
Axel seperti Kazaf. Dia memungut anak buangan yang kemudian dididik dengan jerih payahnya. Bedanya, Kazaf menjadikan didikannya sebagai Pejuang Negara, tapi Axel menjadikan mereka Mafia yang hebat."Sepertinya ada kerusuhan di depan," kata Nicholas yang segera diangguki oleh Axel, "Ayah, ayo ke depan,"
Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruang keluarga Dark World. Tampak Shi Reen yang berdiri garang di depan kakak-kakaknya sambil meletakkan kedua tangannya di meja.
"Hei, Shi Reen, ada apa?" Axel membuka suara.
Alviss dan Kenji hanya saling bertatapan, saling melempar kesalahan.
Shi Reen menghentakkan kakinya, "Mereka berdua! Menggagalkan eksperimenku! Aku marah besar hari ini, ayo mati bersama saja!" gadis 14 tahun itu berlari menuju ruang bawah tanah, tempat laboratorium bom nya berada. Ia mengambil sebuah kotak besar berdiameter 45 cm dan tinggi setengah meter. Meletakkan benda hitam itu di tengah ruangan dan mengatur waktu mundur.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Seru Axel seraya melompat mundur.
"MEMBUNUH SEISI NEW YORK!"
Ya, benda itu adalah bom rakitan Shi Reen yang terbaru. Jika meledak, percikannya akan meledak lagi, memercik lagi, dan meledak lagi, bergitu seterusnya. Bom itu diprediksi sekali habis langsung melenyapkan New York.
Alviss gemetaran, ia berjalan mundur perlahan, "Hentikan, Shi Reen. Aku belum mau mati,"
KAMU SEDANG MEMBACA
"CASE ZONE-!!"
ActionDibesarkan dalam didikan yang berbeda tentu membuat pribadi bertolak belakang. Kisah seorang anak yang terpisah dari keluarganya karena tragedi mengenaskan di masa lampau, dengan seorang pria misterius yang ia temui tanpa sengaja. Sang kakak yang di...