"YAK TANIA! JODOH GUE CAKEP BENER ASTAGA!" Tania udah pasrah aja dirinya diguncang sana sini.
Ya, Wina lagi main ke rumah Tania. Rumah ini cukup besar, rapi, dan bersih. Tania hidup berkecukupan dan orang tua yang lengkap. Seperti yang gue udah bilang di part sebelumnya, dulu dia anaknya cupu dan memakai kacamata. Tapi, setelah kejadian di atap sekolah itu, Wina mengubah cara berpakaian Tania, juga sekarang dirinya tak lagi memakai kacamata, melainkan softlens.
Mereka lagi asik tengkurep sambil memandangi laptop yang menampilkan 7 orang pria tampan yang sedang bernyanyi dan menari. Ya, idol mereka meliris mv terbaru. Tentu aja mereka gabisa lewatin momen kayak gini.
Tania sedikit berteriak tatkala biasnya di zoom oleh kamera. "JIMINNIE ARGHHH YOU LOOK SO SEXY."
"YOONGI-AHH SARANGHAE!" Wina tak kalah hebohnya.
Setelah 10 menit, mereka baru menutup laptop itu. Mereka berbaring, menatap langit-langit kamar Tania. Wina ngos-ngosan, dia cape, dari tadi treak-treak mulu. Begitupun Tania, dia ngatur nafasnya.
"Gue ke dapur dulu ya, haus anjir." Tania bangkit, suaranya serak akibat kebanyakan berteriak. Wina ngangguk aja, dia udah ga sanggup buat bicara.
Dia mulai memejamkan matanya, ngantuk juga anjir. Tapi notifikasi dari handphonenya membuat dirinya terjaga kembali.
08xxxxxx : halo
08xxxxxx : gue ganggu ga?Wina menautkan alisnya, siapa yang mengetahui nomor WhatsApp nya? Perasaan selama ini dia ga pernah nyebar nomornya gitu aja. Iya, kontak di hp Wina itu cuma ada puluhan. Dia gasuka nyebar nomor ataupun save nomor orang sembarangan, tapi kok ini siapa?
Winasya : siapa?
Tak perlu menunggu lama, ponselnya kembali berbunyi.
08xxxxxx : Mervin :)
08xxxxxx : save ya calon pacar 😤Tania dateng, dia membawa nampan berisi dua gelas jus jeruk. Lalu ia simpan diatas meja belajarnya, mendekati sahabatnya yang tengah sibuk dengan ponselnya.
"Ngapain?"
Wina menoleh, lalu memberikan ponselnya. "Sianjir, dia ngincer lo, Win."
Wina tentu aja bingung. "Ngincer apaan? Gue gapunya duit buat diincer."
Sontak Tania menoyor kepala sahabatnya itu. "Gagitu ya njing. Gue denger dari anak-anak kalo Mervin anak orang kaya, Win. Dia juga terkenal di sekolah, bukan aja karena emaknya jadi guru, dia juga pinter katanya."
Wina ngangguk-ngangguk ngerti aja. "Tapi kenapa harus gue? Dari segi fisik gue ga cantik-cantik amat, otak gue juga standar lah. Jadi ngapain milih gue?"
Tania ngangkat kedua bahunya, tanda ia tak tahu. Wina ngambil minumannya, begitupun Tania. Lagi asik minum, ponsel Wina kembali berbunyi.
08xxxxxx : ga dibales :(
08xxxxxx : lagi sibuk ya?Tania dan Wina saling lirik.
"Woah beneran dia suka sama lo, anjir anjir! Terima aja, mayan porotin duitnya buat beli photocard." Emang dasarnya setan, Wina jadi kebawa kan. Otaknya berpikir, lumayan juga. Lalu ia cepet-cepet save nomor Mervin.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Win
Teen FictionOke, gue terima. Tapi, kalo dalam seminggu lo gabisa bikin gue jatuh hati sama lo, kita udahan. -Winasya Annami. Bodo amat soal satu minggu, lambat laun lo bakal jadi milik gue, Win. Dan ada waktunya gue berhenti ngejar lo, dan disaat itu pula lo ya...