Hari ini Dira udah gak ada tangungan lagu udah free oleh karena itu dia main ke rumah Alatas yang emang udh pindah semenjak mereka nikah.
"Saya yang bawa kamu masuk duluan"
"Oke"
Dira masuk duluan kerumah Miko dan nemuin Miko yang lagi sibuk mukulin pungung Alatas.
"Ekhm! Ganggu yah..."
"Eh~ Dira kok gak bilang mau Dateng"
Dira cuman cengegesan dan deketin Miko yang buka lebar tanganya.
"Kangen...."
"Dih... Abang gak di ajak?"
Miko natep tajem ke arah Alatas, kan alaats jadi ngeri.
"Gak di suruh duduk nih.... Tamunnya?"
Angga Dateng dari pintu utama nenteng paper bag yang beragam isinya.
"Situ? Ya kali, dir duduk dulu"
Alatas emang tenggil banget gayanya udah mau jadi bapak juga gak tobat sifatnya.
"Ni miko"
"Repot aja dir kamu"
"Gakpapa, itu juga yang beli ka Angga"
"Ya udah Iko tinggal bikin minum ya"
gimana? Abang gak jadi jeger kamu ada yang macem macem?”
Alatas melirik nakal pada Angga.
“gak kok! Trus lancer? Kelulusan lusa kan?”
“heem, miko ikut?”
“ikut tapi gak abang ijini lama lama, tau sendiri geng kamu gitu”
Dira meledek alatas
“geng dira bener kok, bang al kali yang gak bener”
“iya, yang dilamar siapa? Yang nikah siapa”
Dira sama angga tertawa lepas alatas mendenggus malem kok dira jadi tenggil gini.
“minuman datang!!”
##
“pagi dok!”
“pagi”
Seperti biasa dengen senyum cerahnya tama menyambut sapaan dari pekerja di rumah sakit. Dirinya melangkah dan mendapati seorang yang dia kenal. Perempuan tinggi cantik bukan jauh lebih cantik dari pada dulu.
“joy?”
Si perempuan dengan rambut hitam terurai yang menunjukan karismanya berbalik menatap tama dengan senang.
“tama!!”
Joy berlari memeluk tama yang masih diam membeku. Tiga tahun dia pergi dari Negara kelahiranya dan berani kembali sudah sembuh kah lukanya?
“kapan?”
Joy mengerutkan keningnya.
“kapan kamu sampe?”
“kemarin, gak banyak yang berubah ya”
“banyak kamu belum liat”
Joy megangguk menarik bibirnya ke dalam dia berasa gaknyaman dengan nada bicara tama yang gak seramah biasanya.
“mau cerita ada waktu? Istirahat?”
“ada, duluanya banyak kerjaan”
“iya”
Senyum joy menghilang menatap pungung tama yang semakin menjauh. Dia fikir tama bakal senang tapi sikapnya nunjukin sesuatu yang ganjal. Apa emang gak seharusnya di muncul setelah hilang tiga tahun lalu?