Terpaku dengan kemewahan rumah om Taeyong dan keindahan pantai yang memanjakan mata, mereka memutuskan untuk memasuki rumah yang diyakini milik om Taeyong itu.Jisoo yang awalnya tidak berminat untuk pergi liburan, sekarang menarik kembali kata-katanya kemarin. Karena ia sangat menyukai pemandangan yang ia lihat sekarang.
"Tempatnya mewah banget ya," seru Ten, pacar Lisa.
"Nanti kalo kamu mau nikahin aku, harus siapin rumah kayak gini juga," balas Lisa mendekap lengan Ten dengan erat.
Sementara Ten hanya cengengesan kemudian mengusap pelan kepala Lisa. "Tunggu aku ngepet dulu ya," ucap Ten yang langsung mendapat jotosan dari sang pacar. Sementara yang lain hanya tertawa.
Mereka menunggu di depan pintu masuk beberapa saat. Saat pintu dibukakan terlihat seorang pria tampan dengan pakaian santai menyambut mereka. Jisoo bisa menyimpulkan pria inilah omnya Jennie, karena gen keluarga Jennie good looking semua, bahkan satpam dirumahnya pun cakep.
Jisoo sempat terpaku sebentar saat melihat Taeyong, kemudian menggelengkan kepalanya, berusaha mengelak. Gila saja, yakali dia suka sama om-om. Batinnya.
"Hai, Om Taeyong." Jennie menyapa Taeyong dengan riang tak lupa melambaikan tangan.
Taeyong hanya tersenyum tipis, kemudia mempersilakan mereka masuk. Mereka sekarang sedang duduk di ruang tamu dengan teh yang dihidangkan oleh Taeyong.
"Terima kasih atas tehnya," tutur Jisoo sopan yang hanya dibalas senyum tipis oleh Taeyong.
Setelah menyeruput tehnya, Jennie langsung bangkit dan memperkenalkan mereka ke omnya.
Perkenalan singkat itu pun berakhir, sekarang mereka sedang berada di kamar masing-masing. Kebetulan Jisoo satu kamar dengan Jennie, sedangkan Rosé dengan Lisa. Dan untuk para mas pacar, mereka pun tidur berdua-dua juga.
Jisoo mengistirahatkan tubuhnya di kasur, diikuti oleh Jennie yang sekarang berbaring di sebelahnya.
"Jen ... om lu ganteng ya," ujar Jisoo matanya menatap langit-langit kamar yang berwarna putih.
"Suka lu? Mau gue comblangin?" tanya Jennie dengan nada bercanda.
"Gak lah! Bukan gitu maksud gue!" ucap Jisoo menatap sinis sahabatnya.
Jennie tertawa melihat reaksi Jisoo. "Kalo beneran juga gue gak masalah kok, berarti nanti lu bakal jadi tante gue," goda Jennie terkekeh sambil menaik turunkan aslinya.
"Dasar sinting." Jisoo memutar bola matanya malas, kemudian memejamkan matanya.
"Lu mau tidur, Jis?"
"Iya, mau tidur bentar. Lu gak mau tidur? Tadi malem bergadang kan lu?" tanya Jisoo yang sudah hapal dengan tabiat temannya yang suka tidur tengah malam ini.
"Hehe, tau aja," balas Jennie sambil terkekeh.
---
Jisoo terbangun dari tidur sorenya, ia melihat ponsel yang sudah menunjukkan pukul 18.35. Wah, ternyata dirinya sudah tertidur selama dua jam.
Sebelum ia bangkit dari kasur, ia memindahkan tangan Jennie yang merangkul tubuhnya.
Jisoo keluar kamar karena mencium aroma masakan dari luar. Ia penasaran siapa yang memasak.
Gadis itu sedikit kaget karena mendapati sang tuan rumah yang sedang memasak. Taeyong terlihat tampan memakai apron merah muda itu, apalagi pria itu terlihat sangat serius, itu menambah ketampanannya.
Astaga, Jisoo! Bisa-bisanya dia memikirkan itu di saat seperti ini! Batinnya.
Jisoo langsung menghampiri Taeyong yang sedang memasak, berniat untuk membantu.
"Apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Jisoo.
Taeyong terlihat sedikit terkejut karena kehadiran Jisoo. "Eh, Jisoo. Tidak usah kok, biar saya aja yang masak," balas Taeyong sambil tersenyum tipis.
Jisoo yang tak menyerah, tetap menawarkan diri. "Tetapi aku tidak enak kalo biarin Om masak sendirian," ujar Jisoo.
Taeyong menatap Jisoo sebentar, kemudian ia menunjukkan ke keranjang yang berisi sayuran. "Kalau begitu kamu bisa bantuin saya potongin sayuran itu?"
Jisoo tersenyum kemudian membentuk jarinya menjadi tanda 'ok' kemudian ia pun mulai melakukan pekerjaannya.
Awalnya kegiatan memotong Jisoo berjalan lancar, tetapi saat potongan terakhir ia malah memotong jarinya sendiri.
"Aww!" jerit Jisoo merasa perih di jari telunjuknya.
Taeyong dengan cepat langsung menaruh spatula dan berjalan kearah Jisoo dan mengambil alih tangan gadis itu.
"Astaga, kenapa ini bisa terjadi?" tanya Taeyong terlihat sedikit panik saat melihat darah yang berkeluaran dari jari Jisoo.
"Maaf, sudah lancang menyentuh tanganmu," ucap Taeyong melepaskan genggamannya dari tangan Jisoo, merasa bersalah karena sudah lancang.
"Ah, tidak apa-apa," lirih Jisoo sambil meringis karena perih.
"Tunggu sebentar, saya ambilkan obat dulu," ucap Taeyong sebelum meninggalkan Jisoo untuk mengambil obat.
Tak sampai satu menit, pria itu sudah kembali dengan obat p3k ditangannya.
Taeyong menatap mata Jisoo dengan tatapan ragu. "Bolehkah saya memegang tanganmu? Saya hanya ingin mengobatinya," ujar Taeyong.
Pipi Jisoo memerah karena mendapat perlakuan seperti ini dari Taeyong. "Ah, iya tidak apa-apa," ucap Jisoo pelan sambil menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang sudah seperti tomat.
Taeyong pun meraih tangan Jisoo, dengan pelan ia mulai mengobati jari Jisoo yang terluka. "Kalo perih bilang saja ya."
Ugh, sial! Pria ini benar-benar tipenya! Batinnya.
"Sedang apa kalian berdua?" tanya Jennie yang sedang berjalan menuruni tangga.
---
Haloo, cerita ini masih ada yang baca kah? wkwkwk
Maaf ya baru bisa update sekarang, terima kasih untuk yang masih menunggu cerita ini🤧❤️see you on next chapter guys(っ˘̩╭╮˘̩)っ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Taeyong - Taesoo
FanficAwalnya Taeyong berniat liburan biasa, bersama Jennie sang keponakan, juga Jisoo si karib Jennie. Taeyong sih awalnya biasa aja. Tapi, karena sebuah insiden, dirinya harus mengambil keputusan berat dalam hidupnya. "Kalo gak mau nikahin Jisoo, aku b...