Setelah perkenalan singkat itu, mereka akhirnya naik ke atas, tepatnya kamar Jae, setelah Jae membersihkan diri.
Mereka sekarang duduk lesehan disebelah kasur Jae. Mejanya udah ditata dengan buku-buku Wonpil dan Jae.
Wonpil meringis kecil melihat luka disudut bibir Jae dan lebam-lebam diwajahnya.
"Jae punya kotak P3K nggak? Sini kakak obatin itu luka kamu, ngeri deh liatnya," Jae langsung berdiri, ngacir ambil kotak obat di laci meja belajarnya. Lalu menyerahkannya pada Wonpil.
"Sini duduk samping kakak, biar gampang ngobatinya,"
Jae mengangguk. Dari jarak sedeket ini. Jae bisa liat wajah Wonpil yang halus banget, hidungnya mungil tapi bangir, bibirnya pink alami, kenyal empuk kayaknya. Wonpil itu...cantik.
Jae menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan pikiran-pikiran tidak senonoh itu. Membuat Wonpil mengrenyit.
"Jae kenapa? Ada yang sakit?"
Jae mengerjap malu. "Iya kak sakit banget ini, nanti yang pelan-pelan aja ya,"
Wonpil terkekeh. "Iya iya, tenang. Lagian kalo sakit kenapa berantem sih?"
Jae mendengus. "Aku orangnya gak bisa diem kak," Wonpil mengrenyit sambil mengobati luka Jae. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja, Jae bahkan bisa merasakan hembusan nafas Wonpil diwajahnya. Teratur banget gitu.
"Loh kok bisa?"
"Aku gak suka liat orang lemah ditindas, jadi karena itu aku suka nonjok orang. Musuhku dimana-mana. Bahkan preman gang deket sekolah aja takut sama aku kak!"
Wonpil terkekeh. "Jaehyung baik banget ya! Hero di wilayah sini dong kamu hehehe..."
Jaehyung terenyuh, hatinya berdegup kencang. Baru kali ini dia cerita malah ditanggepin baik. Dia liat Wonpil sekali lagi, senyum masih setia di wajah manis itu.
'Malaikat beneran sih gila...' batin Jae.
"Meski begitu. Kamu harus hati-hati ya Jae. Kakak gak bisa sih ngatur kamu buat lepasin prinsip hidupmu sendiri. Tapi kakak mau kamu waspada ya. Jangan kebanyakan berantem Jae. Zaman sekarang itu banyak modus dek, bahkan dengan kedok kebaikan begitu..." Wonpil selesai mengoles salep diwajah Jae. Sekarang mereka saling menatap. Wonpil tersenyum sembari menjelaskan. "Kemarin ada berita, Jae nonton enggak?"
Jae menggeleng. Boro-boro nonton TV, orang dia kerjaanya nongkrong didepan layar komputernya buat mabar sama Dowoon.
"Emang berita apa kak?"
"Itu loh Jae, kejahatan berkelompok. Jadi, salah satu pelaku nyamar jadi korban yang dirampok di gang sempit, pas korban berhasil masuk nolongin si perampok berkedok korban itu langsung deh dia malah yang dihabisin. Untunglah ada saksi mata yang nelfon polisi, jadi mereka ketangkep,"
"Wah gak punya akhlak banget emang!" Jae emosi jiwa mendengar penuturan Wonpil.
"Maka dari itu, Jae gak boleh berantem lagi ya. Mau janji gak?"
Jae menatap Wonpil lagi yang tersenyum mentapnya.
"Janji apa kak?"
Wonpil tersenyum. "Kalau Jae gak berantem lagi dan berhasil dapat nilai yang memusakan saat ujian kelulusan nanti. Jae boleh minta apa aja ke kakak. Tapi kalo Jae berantem lagi dan ngebahayain diri kamu sendiri, kakak gak mau jadi tutor kamu lagi. Gimana? Janji?" Wonpil mengulurkan jari kelingkingnya.
Jae nampak berfikir. Dia gak mau kehilangan kak Wonpil. Enak aja!
Pokonta kak Wonpil harus jadi tutor Jae sampe Jae memenuhi syarat itu.
"Oke! Janji!" Jae mengaitkan jari kelingkingnya yang panjang dengan kelingking mungil Wonpil.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Tutor ; Jaepil
FanfictionPark Jaehyung itu sok jagoan, gelud mulu kerjaannya, sekolah dianggurin. Kata Mami Park melihat kelakuan anaknya : "Jae mami tuh malu, capek bolak-balik ruang konseling terus. Gak usah gegayan kamu sok preman. Badan kurus kering kerontang gitu sekal...