"Aku gamau tau! Kamu harus tanggung jawab!" Renjun berteriak sekuat tenaga dia dengan emosi yang meluap-luap akibat lawan bicaranya ini.
"Ya, masa' aku aja Njun yang tanggung jawab? Kan itu kamunya juga yang mau" elak si lawan bicara. Jeno.
"Kan kamu yang kejar-kejar aku! Gimana aku bisa nolak?! E-eh?!"
"Tuhkan, perbuatan kamu juga. Tanggung jawab berdua Njun" putus Jeno, ia tak mau kalah.
"Kamu tanggung jawab nya lebih gede! Abis ngelakuin main pergi aja! Sekarang aku balik lagi hamil ga dipeduliin!" Teriak Renjun lagi, dia tak mau kalah.
Karena terselimuti emosi, mereka tak sadar ada dua insan anak adam yang tengah memerhatikan mereka. Dua insan itu terkikik melihat keduanya. Mereka duduk santai berdua di kursi teras rumah, menikmati segelas teh hangat dan coklat panas di masing-masing depan mereka.
Sebut saja mereka. Mark dan Jaemin. Dua insan yang tengah diterpa bahagia yang membuncah, lantaran baru saja menempati rumah baru mereka setelah 2 tahun menikah.
Di akhir pekan yang cerah ini, mereka harus mendengarkan suara ribut Jeno dan Renjun. Yang mana sebenarnya Renjun saja yang sering meninggikan suara.
"Kamu gausah khawatir Renjun, kita 'kan tinggal serumah!" Omel Jeno
Ah, rupanya pertikaian mereka masih berlanjut.
"Iya, tapi kamu suka ngeluyur Jen! Kalo kamu gaada pas aku ngelahirin gimana?! Kalo kamu gamau ngerawat anak-anak kita gimana?!" Renjun masih belum puas.
Iya, mereka –Jeno dan Renjun– tinggal bersama Mark dan Jaemin. Jaemin ingin teman ketika Mark berangkat bekerja. Dulu masih ada ibunya, sekarang kan sudah beda rumah. Maka dari itu, Jaemin merengek kepada Mark untuk mengajak Jeno dan Renjun serta.
"Kan ada dua orang itu" santai Jeno sambil matanya melirik kepada dua orang yang emm– mulai tidak peduli dengan pertikaian mereka.
"Ya mana bisa?! 'Kan kamu ayahnya! Harus kamu dong!"
"Mereka 'kan sayang banget sama kamu, ga mungkin lah mereka gamau"
"Jadi, kamu gamau tanggung jawab gitu?" Suara Renjun memelan, tersirat makna sedih gara-gara balasan Jeno yang–eumm menyayat hatinya?
"Ya ga gitu Njun. Kan aku dah bilang kalo tanggung jawab berdua. Artinya aku ya mau tanggung jawab"
Setelah Jeno berujar, Renjun diam. Tidak mengeluarkan suara keras lagi. Renjun berjalan kearah Mark dan Jaemin. Mau mengadu sepertinya.
Jeno yang tergopoh-gopoh, mengikuti Renjun dari belakang. Jarak menuju Mark dan Jaemin tak jauh sebenarnya. Yaiyalah, mereka bertengkar di taman depan rumah. Sedangkan Mark dan Jaemin di terasnya.
Ketika Renjun berjalan setengah nya, tiba-tiba dia berhenti. Yang mana membuat Jeno ikut berhenti dan bertabrakan dengan pantat Renjun.
"Aduh Njun, kenapa sih?!" Jeno mengomel.
Renjun diam. Ah, dia tidak peduli. Yang terpenting, dia harus mengadu kepada Jaemin atas perbuatan dan perkataan bejat Jeno kepadanya.
"NANA!!"
…
"Terimakasih untuk semuanya Kak" ujar Jaemin lembut kepada suami tersayang.
"Mh-hm, sama-sama sayang. Ini kerja keras kita berdua, dan ini hasil kita bersama." Balas Mark dengan tersenyum hangat dan tangan yang mengusak surai pink Jaemin gemas.
Mereka bersitatap sedikit lama. Menyalurkan rasa cinta yang tak hingga. Sampai tak sadar, kedua badan mereka mendekat. Walaupun masih tersekat meja, jarak mereka tak jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Una Vida🍃 [NoRen|MarkMin]
FanfictionA NoRen and MarkMin oneshoot Tidak ada hal khusus, diupdate pas ada ide. Random story or au! Warn⚠️ bxb Bahasa Random Love ya💚🖤