Addictted

1K 130 35
                                    

Addictted

.

.

.

.

Drama, GS.

Length: twoshot
Chapter: 1/2

.

.

.


Jangan lupa vote, dan komen tentang ff ini 👌🏻👌🏻👌🏻🙂

A/n: Relationshit lanjut nanti yaaa... Ini kebetulan udah nongkrong di draft dari lama... Jadi ku edit dan masukin ke book ini.....

Happy reading.

Luhan memoles wajahnya dengan sapuan make up. Mengikat tinggi rambutnya dan menyanggulnya, membiarkan beberapa anak rambut tersisa membingkai wajah cantiknya. Dia mengoleskan sapuan Chetau merah pada bibirnya lalu memakai stiletto merah dengan tumit yang tinggi.

Luhan berdiri, membenarkan beberapa lekuk gaun hitam yang tanpa sengaja tertekuk sewaktu dia duduk. Mengecek kembali riasannya di cermin dan tersenyum puas.

Gaun itu tampak cantik menghias tubuhnya, gaun tanpa lengan dengan bagian punggung terbuka lebar dan mengekspos habis punggungnya yang putih membuat siapa saja pria yang melihat akan tergoda dan terpesona. Dan belahan tinggi di atas pahanya yang akan terbuka menampakan kaki putih yang jenjang di saat Luhan melangkah.

Memasang anting dan mengambil mantel, Luhan siap untuk menghadiri pesta.

Satu buah limousin hitam yang senada dengan gaunnya menghampiri Luhan ketika dia sampai di loby apartemen. Seorang Butler keluar dan membungkuk hormat sembari membukakan pintu. Luhan tentu sangat senang,dia tersenyum anggun lantas memasuki limosin itu dan duduk santai menatap lurus kedepan.

Sepi.

Keadaannya sepi tanpa ada satu suara pun yang Luhan dengar, senyap, hanya ada deru mesin menemani tanpa obrolan tanpa suara berisik musik terputar atau tanpa suara deru nafas seseorang yang mengganggu. Luhan lantas menoleh pada sisi sampingnya, tak ada ekspresi di wajah Luhan, dia memilih diam memperhatikan sisinya yang kosong dengan tatapan datar.

Kosong. Tidak ada apapun, atau lebih tepatnya tidak ada siapapun.

Luhan mendengus pelan enggan berfikir lebih tentang masalah ini dan dia lebih memilih untuk duduk bersantai kembali. Dalam hati Luhan membatin, memang apa yang harus dia harapkan? Luhan rasa dia cukup mampu menjalani semuanya seorang diri. Dia bisa karena dia mampu, dia bisa bukan karena dia butuh.

"Menyedihkan." Ejeknya.

Limousin itu berhenti pada satu hotel merah tempat pesta diadakan, pintu terbuka menampakan seorang pelayan dengan setelan tuxedo yang menunduk penuh rasa hormat. Luhan hanya menoleh pelan, dagunya tetap terangkat tinggi. Mengulurkan tangannya dan di sambut baik oleh sang pelayan.

Luhan keluar menuruni limousin, dan disambut oleh karpet merah. Berjalan anggun dengan harga dirinya yang tinggi dan tersenyum dingin menatap beberapa kamera yang menangkap dirinya.

Broken LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang