Jejak

14 0 0
                                    

Wisnu menghela napas. Entah untuk yang keberapa kalinya. Satu-satunya hal yang ia lakukan setelah tiba di sebuah cafe dengan dekorasi serba aesthethic di kawasan kemang. Ia memilih duduk di area luar, dilantai dua cafe itu. Sementara meja yang telah Dita reservasi masih Ia biarkan kosong. Ia, Dita dan Tiara memang ada janji meeting dengan klien, mengurusi project baru mereka. Masih setengah jam lagi dari waktu pertemuan yang telah disepakati. Ia memilih untuk menyesap beberapa batang rokok menghilangkan penat dengan secangkir hot americano yang telah dipesannya.

Sebetulnya, suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja hari ini. Pasalnya, klien yang akan ditemuinya hari ini adalah bagian dari masa lalu yang sudah mati matian berusaha ia lupakan. Ya, perempuan sekaligus klien baru yang akan mereka tangani adalah mantan tunangannya. Ia sebenarnya sudah tau, semenjak proposal ptoject baru yang diberikan Pak Hanan sampai ditangannya. Tertera nama Yayasan Rumah Sakit yang amat dikenalnya. Jelas saja, dulu selama tiga tahun, hampir setiap hari Ia bolak balik ke rumah sakit itu hanya untuk antar jemput mantan tunangannya.

Hubungan mereka memang berakhir secara baik-baik saja. Namun, perasannya pada wanita itu masih amat mengakar walau sudah dua tahun berlalu. Alasan itu yang membuatnya memutuskan semua hal yang berhubungan dengan wanita itu, termasuk menghapus semua kontak yang ada. Setidaknya sampai beberapa menit yang akan datang.

"Mas Wisnu!!"

Suara Tiara membuyarkan lamunannya. Dilihatnya gadis itu sudah berjalan ke arahnya. Ia segera mematikan puntung rokok yang tinggal setengahnya lantas membalas sapaan wanita itu dengan senyuman lebarnya. Menampilkan ekspresi menyebalkan khas dirinya, tidak ada yang boleh tau bahwa hatinya sedang sayu.

Gadis itu lantas mengambil duduk tepat didepan Wisnu, melepas scarf yang ia lilitkan secara asal hingga menutupi lehernya. "Ara gak tahu kalau Mbak Dita pesan meja nya di smooking area gini" keluhnya.

Ia sudah kepanasan karena mengendarai sepeda motornya sementara matahari sedang terik teriknya hari ini. Berharap akan disambut sapaan AC ketika tiba di cafe, namun malah menemukan Wisnu yang duduk menyendiri di area luar.

"Mejanya bukan ini, Ra. Noh, yang ada vas bunganya di dalem" Wisnu menunjuk sebuah meja yang tertera tanda reserved dengan Vas yang dihiasi bunga Lily.

Tiara tersenyum, bersyukur karena Ia tidak akan lebih kepanasan karena meeting di area luar begini. Masih mengibas kibas rambutnya yang tergerai. Gadis itu menarik selembar tisu basah dari dalam tasnya, menyeka area leher dan dahi yang dipenuhi peluh. Lantas menarik beberapa tisu kering yang tersedia diatas meja, melakukan hal sama pada area wajah dan lehernya.

"Panas banget, Mas. Ampun deeeh! Kenapa milih tempat meetingnya jauh banget sih. Mana jamnya pas banget sama matahari yang lagi panas panas nya lagi" keluhnya pelan.

Wisnu terkekeh. Memperhatikan Tiara yang menurutnya lucu ketika sedang mendumel. Jarang-jarang liat Tiara protes begini, biasanya kan gadis itu yang paling penurut dan pendiam. Sampai mata Wisnu terpaku pada sebuah tanda di leher Tiara. Tepat dibawah rahang gadis itu, rona merah keunguan yang ia hitung berjumlah tiga titik membuatnya menatap tajam gadis itu segera.

Tiara menghentikan aktifitasnya ketika Wisnu menatapnya dengan pandangan yang lebih ke arah orang marah. Ia menutup mulutnya merutuki apa yang telah Ia ucapkan tadi. Pasti Wisnu marah gara-gara Ia ngedumel tadi.

"Ara, jawab gue yang jujur" Suara dalam Wisnu menginterupsi. Takut takut Tiara menatap Wisnu dengan ragu.

"Lo punya cowok?" Tanya Pria itu yang membuat dahi Tiara mengernyit. Apa hubungannya?

"Kenapa Abang tanya gitu?" Alih alih menjawab, Tiara malah bertanya balik.

"Jawab gue! Lo punya cowok?" Kali ini Wisnu sedikit membentak. Membuat Tiara seketika menunduk.

A Day After TomorrowWhere stories live. Discover now