16

3.3K 333 39
                                    

Kedua pasang mata itu masih belum terlelap, bahkan setelah kegiatan malam yang keduanya lakukan sudah membuat mereka lelah, keduanya masih belum mau untuk menutup kedua mata mereka saat ini.

"Aku baru menyadari jika Oppa memiliki sebuah tato."

Jimin melirik ke arah Rose, tengah bersandar pada dadanya sembari jari telunjuk gadis itu menunjuk ke arah sebuah tato miliknya.

"Kenapa tato ini baru kusadari ada di tubuhmu?" Gumamnya. "Ah, mungkin karena aku terlalu terpesona dengan seorang Park Jimin, sehingga aku tak melihat ke arah lain selain pada kedua matanya."

Gumaman Rose sama sekali tak mendapatkan respon atau jawaban apapun dari Jimin. Memilih diam dan memainkan helaian rambut gadis itu untuk saat ini.

"Never Mind." Eja gadis itu, lalu tersenyum setelahnya. Mendongak untuk menatap pada Jimin setelahnya. "Aku suka tato ini, Oppa. Bisakah aku memilkinya juga?"

Jimin tak menjawab apapun, hanya memilih untuk memeluk Rose saja setelah itu dimana gadis itu tak menolaknya. Malah semakin menyamankan dirinya dalam pelukan sang kekasih.

"Oppa..."

"Ini sudah sangat malam. Tidurlah."

"Oppa membiarkanku mengingap?"

"Tidur, Rose."

Rose hanya menghela napasnya, tak begitu saja menuruti ucapan Jimin. Malah kini mendongak dan menatap pada pria itu. Menyentuh wajah sang kekasih dengan satu tangannya, menyuruhnya untuk menatapnya.

"Aku mencintaimu, Oppa."

Untuk beberapa detik, belum ada jawaban apapun yang Jimin berikan. Karena dirinya pun bahkan ragu dengan perasaannya sendiri. Ditambah, pertemuannya kembali dengan Mina saat itu sedikit membuat pria itu terbawa suasana. Perasaannya melemah hanya karena melihat wajah itu setelah hampir tiga tahun lamanya mereka terpisah.

Anggap saja ia brengsek. Atau pria penakut dan pengecut yang masih belum bisa untuk melupakan seseorang yang telah menyakitinya dulu. Ya, dirinya masih diselimuti rasa takut itu. Rasa takut jika akan ditinggalkan kembali disaat dirinya benar-benar sangat mencinta.

Tapi untuk Rose, ia hanya tak ingin gadis itu menjauh darinya. Walaupun ia juga belum bisa memberikan jawaban yang sama untuk Rose, tapi Jimin tetap tak ingin jika Rose pergi begitu saja darinya. Tidak untuk sekarang.

Maka setelahnya, Jimin merunduk untuk mempertemukan bibir keduanya. Dan Rose sama sekali tak menolaknya. Kedua tangannya bahkan sudah mengalung dengan indahnya pada leher pria itu. Menariknya mendekat untuk semakin memperdalam ciuman mereka.

Sementara kedua tangan pria itu memeluknya, dengan satu tangan terselip di bawah leher gadis itu, serta satu tangan lainnya kini sudah menarik selimut yang menutupi tubuh keduanya. Memperlihatkan tubuh tanpa busana keduanya saat itu.

Dan desahan itu keluar begitu saja dari bibir Rose ketika ciuman mereka terlepas, ketika Jimin kembali menyatukan tubuh keduanya. Kali ini, pria itu bergerak secara perlahan. Seolah menyuruh gadis itu untuk merasakan dirinya. Menyuruh gadis itu untuk menikmati apa yang tengah ia berikan padanya.

"Oppahh..."

Sungguh, Rose benar-benar akan meledak saat ini. Meremas bahu Jimin sebagai pelampiasan atas rasa yang menyerangnya saat ini. Tak berhenti pula mengeluarkan desahannya dan menatap pada pria itu, memberi tahu lewat tatapan matanya bahwa ia begitu menikmati apa yang pria itu lakukan padanya.

Posisi keduanya berganti saat itu, ketika Jimin memilih untuk membaringkan dirinya, dengan Rose yang kini sudah berada di atas tubuhnya. Dan seolah mengerti dengan apa yang diinginkan sang kekasih, gadis itu pun mulai bergerak. Memimpin permainan malam mereka untuk yang kedua kalinya ini.

Lil' TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang