Jika hilang adalah tujuan dari pencarian, lalu bagaimana dengan kepergian yang tidak direlakan?
Jakarta 2014"Ini ngga adil, seharusnya aku yang menang"
"Ngga adil gimana Arra, sudah jelas aku pemenangnya"
"Sudah jelas aku yang menang"
"Kamu curang"
"Kamu ini gamau kalah!"
Aku berhadapan dengannya. Dengan wajah yang sama-sama memerah kami terus berseteru dan beradu argumen. Kami sama-sama keras kepala, sama-sama tidak mau kalah.
"Kenapa sih?" Ucap seseorang yang baru saja datang dari belakangku.
"Ini bang, arra curang, dia gamau kalah dari key"
"Loh kamu kan yang curah key! Pake ngadu ke abang segala lagi" ucap Arra menatapku dengan mata yang menyala, seperti ingin melahapku hidup-hidup.
"Udah, kalian lanjut lagi aja gih mainnya" ucap bang Raka.
"Arra udahan aja mainnya"
"Arra! Permainannya belum selesai" ucapku yang menatap kepergian Arra.
"Udah biarin aja, dia kan emang kalo ngambek gitu key" Ucap bang Raka.
***
Biar bagaimanapun kita sama-sama salah, aku harus segera menemui Arra dan mengajaknya bermain kembali bersamaku.
Aku pergi ke Rumah Arra untuk menemuinya. Kupanggil-panggil tapi rumahnya terlihat sepi, lampu-lampu semua dimatikan.apakah dia marah padaku lalu pergi dan tidak akan kembali lagi? Ah tidak mungkin, lagi pula jika dia akan pergi lalu tidak akan kembali, pasti dia akan berpamitan kepadaku dan bundaAku kembali melangkah kakiku. Bukan untuk pulang, melaikan jalan lebih jauh sedikit dari rumahku dan Arra. Aku akan ke rumah Bang Raka dan menanyakan perihal kemana perginya manusia menyebalkan satu itu.
"Abang?!"
Aku membuka pintu rumahnya. Aku memang sudah biasa seperti ini, menyelonong masik ke rumah abang. Bundaku dan bundanya Abang itu adalah adik kakak lalu ditambah lagi aku tidak memiliki kakak ataupun adik jadi bisa dibilang abang adalah orang yang akan menjagaku seperti kakak yang lainnya.
"Ada apa key? Buru-buru gitu?"
"Abang tau kemana Arra?"
"Bukannya kemarin kalian bertengkar? Kok kamu sudah tiba-tiba cari dia?"
"Abang, key serius tadi Key temuin dirumahnya, dia gaada, rumahnya juga kosong Bang"
"Nanti juga pulang dia. mungkin ada sedikit kepentingan"
"Yaudah deh, Keyla pulang aja deh Bang"
***
Lima hari berlalu dan rumahnya masih saja kosong dan gelap. Aku harus menerima bahwa aku adalah manusia paling lemah jika tidak ada orang aneh itu. Manusia dengan marah yang dicampur dengan sikap dinginnya sampai-sampai tidak perduli dengan apapun di sekitarnya. Arra, aku mau memahamimu lebih dari pemahamanku terhadap diriku sendiri. Kalau rumah adalah tempat pulangmu, aku ingin tetap menjadi rumahmu. Arra, lebih baik hidup dalam kutukan jika harus benar-benar kehilanganmu. Aku ingin seperti salju di kutub yang kau bawa pulang, tidak apa jika semesta mengharuskanku mencair. Aku bersedia asalkan denganmu. Lekaslah pulang Arra, Aku bersedia kalah asalkan kau pulang
Hello, Hai! Welcome to my story. Happy reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Remove
Teen Fictionkenapa melepaskan harus ada dalam cerita? Apakah harus semua hal yang berawal dengan kepedihan akan berakhir dengan kebahagiaan? Terkadang pertanyaan diciptakan memang bukan untuk dijawab . . . . . . . . . Author by: Arrasoba