apakah mengikhlaskanmu itu tujuan dari perjalanan?

3 1 0
                                    

Kini aku duduk sendiri di taman dekat rumahku. Hanya sendiri. Duduk termenung menunggu kapan waktu dapat mengizinkan matahari untuk tenggelam ke ufuk timur. Melamun sesuatu yang seharusnya sudah sejak lama kulupakan.
Apa kabarmu sekarang Pangeran tampan menyebalkan? Bila Rindu ini bisa dihitung dengan bilangan matematika, ntah berapa rumus yang harus kupakai agar bisa ku kecilkan angka-angkanya. Aku tetap meyakini kehadiranmu tanpa harus kutanyakan lagi pada Dunia, sebab yang kini kuinginkan adalah pertemuan.

"Kamu kayla ya?"

Tiba-tiba ada seseorang disampingku dan membuatku sedikit terkejut karena keberadaannya.

"Iya, ada apa"

"Aku Rayyan"
Ucapnya mengulurkan tangan kepadaku dan aku membalasnya.

"Panggil aja key kak"

"Sendiri?"

"Iya"

Tanpa kuperintahkan orang itu langsung duduk di sampingku dan memandang lurus ke depan

"Lagi mikirin apa?"

"Bukan apa-apa"

"Kita bisa kan ketemu lagi lain waktu"

"Bisa kak"

"Aku pamit dulu, ada urusan, see you"

Dia pergi begitu saja seperti orang sedang terburu-buru. Aku tak sama sekali menghiraukan ucapannya kalau kita akan bertemu lagi. Lagi pula walau bagaimanapun dia tak akan menjadi tokoh utama pengganti di dalam hidupku. Tidak akan pernah!

***

Hari berlalu begitu cepat. Persis seperti apa yang dikatakan kak Rayyan saat pertama kali kita bertemu. Kita menjadi sering bertemu akhir akhir ini, ntah sengaja ataupun tak disengaja. Kini kami sedang berada di sebuah Kafe tempat favoritku dengan kak Rayyan mengobrol ataupun bercerita panjang lebar. Tidak ada hubungan spesial antara aku dengan dirinya. Semuanya masih sama, pengharapanku selama ini masih untuk Arra, dan terus mengharapkan dirinya akan kembali lagi.

"Suka banget kayaknya sama cake banyak coklatnya gitu"

"Aku suka banget sama coklat kak"

"Kenapa?"

"Ada dehh"

"Kamu ini, tapi kalo keseringan ngga baik loh key"

"Iya ngga keseringan juga kok kak"

Kak Rayyan ini memang sudah seperti kakakku sendiri rasanya. Nyaman sekali bila berada di dekatnya dan membahas hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk kita bahas.

"Kalau main kartu uno dan kamu keluarin rainbow, kamu mau pilih warna apa key"

"Biru, kak"

"Kenapa?"

"Karena aku suka warna biru"

"Kalau aku maunya warna hitam"

"Lho? Warna hitam kan kartunya ngga ada kak"

"Iya mangkanya aku pilih yang ngga ada, biar mereka kewalahan"

Aku tertawa. Benar-benar tertawaanya seorang Kayla Amanda yang dunia rindukan. Mustahil memang setelah sekian lama tak ada lagi yang membuatku segembira ini.

"Panggil aja Ray, key"

"Iya, Ray"

"Kamu percaya takdir key?"

Aku lantas bingung. Aku sendiri saja bingung dengan rupa takdir itu. Apakah perpisahan dengan orang-orang yang kucintai itu takdir namanya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang