Bab 2

179 11 11
                                    

  {Flashback momen}

Tidak peduli dengan langit gelap dan sejuta butir air hujan yang membasahi bumi diluar sana, Agatha masih saja sibuk dengan rutinitas hariannya.

Berdiam didepan layar komputer untuk menyelesaikan lembar demi lembar novel yang sedang dia buat.

Bagi Agatha, tidak ada yang lebih menyenangkan selain mengkhayal. Membayangkan kisah demi kisah cinta aktor-aktor pada novel yang dia buat. Pernah terlintas di pikirannya, apa mungkin kisah cintanya kelak akan seindah happy ending yang telah dia tulis?

Tapi, mau seperti apa dan dengan siapa nanti dia jatuh cinta. Agatha percaya bahwa skenario tuhan jauh lebih baik dari apa yang di tulis, tentu tuhan tau dimana menempatkan hati hamba-Nya.

Suara pintu yang di buka Arsen mampu mengalihkan perhatian Agatha dari komputer, kebiasaan kakaknya itu datang secara tiba-tiba dan pergi tanpa terduga, namanya juga laki-laki.

"Fokus banget lo"

"Terserah gue lah"

"Tau gak?"

Agatha mengalihkan pandangannya dari komputer dan kembali menatap Arsen, dia menatap wajah kakak menyelidik. Rupanya orang ini sedang bahagia, dan ingin memamerkan kebahagiaan dia pada adiknya.

"Apa? Kakak jadian sama Fany"

"Kok lo tau?"

Tanpa menjawab, Agatha kembali fokus pada layar komputernya.

"Tha, gue nanya bukannya dijawab"

"Kebaca kak"

"Apanya yang kebaca?"

"Aura jomblo lo punah"

"Kerenkan gue dapatin Fany"

"Iya, Fany yang sial dapatin lo"

"Sembarangan"

Senyap sebentar, kini Arsen melihat apa yang Agatha kerjakan. Ternyata, adiknya memang berbakar menghalu kali ini aktor utama dalam novel yang Agatha tulis adalah namanya sendiri.

"Tha lo kapan pensiun jadi jomblo?"

"Nunggu ada pangeran berkuda putih"

"Gininih, makanya kerjaan lo jangan ngayal mulu bocah"

"Terserah gue lah, baru juga kelas tiga SMA wajar kalau jomblo"

"Lo mau gak sama Azka temen gue yang waktu itu kesini atau Dyan dia kayaknya suka sama lo"

"Lo ganggu gue udah sana!!"

"Gue lagi bantu lo buat gak jomblo, nanti gue kenalin lo ketemen gue Rehan mau gak? Ganteng juga tuh"

"Lo kira gue obralan yang bisa lo tawarin sana-sini, baru juga lepas dari gelar jomblo sebentar udah belagu"

"Udah mending lo keluar!!"

Agatha mendorong kakaknya keluar kamar, dia tidak tahan mendengar ocehan sampah dari Arsen. Dengan sedikit perotes akhirnya Arsen keluar juga dari kamar adiknya.

Tapi, sebelum Agatha menutup pintunya Arsen memandang Agatha menyelidik. Dia memegang kedua pipi Agatha, si adik bingung dengan apa yang kakaknya lakukan.

"Lo jelek juga ya"

"Laknat"

Agatha menutup pintu kamarnya rapat-rapat, tapi Arsen masih saja menggedor-gedor pintu kamar adiknya.

"Gue serius Tha"

"Gue emang jelek, kalau gue cantik mending jual diri"

"Busettt, ngeri amat lo"

Dear GibranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang