Percakapan

32 12 0
                                        

Jingga...."
"Jingga sayanggg" panggil mama nya
Iya nama perempuan yang memberi Taro Latte kepada Juang itu ialah Jingga
"iya ma?"
"kamu ini gimana dipanggil orang tua gak nyaut"
Jingga hanya membalas senyum pada mamanya dan melepaskan earphone.
"gimana hari ini ? " tanya mama sambil memasukan baju kedalam lemari Jingga
"Lancar kok ma"
"tadi aku ketemu cowok ma. Terusssss dia jago gambar" memberitau mama nya dengan semangat.
"kok kamu tau kalo dia jago gambar?" tanya mama dengan penasaran
"alisnya bagus" jawab Jingga cepat
Mamanya nya pun tertawa dengan jawaban Jingga
"terus masalah cafe gimana sayang?" tanya mama Jingga lagi
Jingga tidak tertarik dengan bahasan seperti ini, Jingga pun langsung berpura-pura ada panggilan telepon dari temannya.
"haloo..... ohiya iya apa kabar kamu?
Jingga terpaksa berbohong karna ia belum siap membahasnya.
Mama Jingga pun tau bahwa Jingga tidak mau membahas tentang cafe itu. Akhirnya mamanya pun keluar kamar. Jingga pun langsung naik keatas kasur dan tidur.

Ditaman kota Juang duduk sendirian dikursi besi. Ia memperhatikan sekitarnya.
Ada seorang ibu dan anaknya melewati depan Juang. Lalu dengan sigap Juang melukis moment itu. Juang juga menyelipkan satu kalimat ditepi kanan gambarannya
He who is never honest about wounds, Mother

Juang bergegas pergi meninggalkan taman menuju cafe kemarin. Sesampai disana ia langsung menyapa Jingga.
"Hai Destii..."
Juang heran Jingga tidak menanggapi dan menoleh.
"Iya mas, ada apa?" jawab pegawai cafe yang lain
Juang semakin heran malah pegawai lain yang menjawab
"aku namanya Jingga" Jingga memperkenalkan dirinya
"ohiya aku kemarin pakek apron nya Desti, lain kali nanya nama ya mas jangan asal panggil" ejek Jingga sambil tertawa
Juang hanya menahan malu karena sikap nya
"Kamu mau pesan apa?" tanya Jingga
"kayak kemarin, takarannya jangan beda" Jawab Juang
"Okee, kamu duduk aja dulu. Ohiya aku tau pasti kamu akan duduk dipojok situ?" Sambil menunjuk arah Pojok dekat Jendela. "ya kan?"
Juang tak menjawab ia hanya maengacungkan jempol dan menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Jingga.
Kali ini Jingga yang menahan malu karna mencoba menebak Juang. Jingga langsung membuatkan pesanan Juang.
" segelas Taro latte milik kamu" sambil memberikan segelas Taro Latte pada Juang
" Thankyou" jawab Juang singkat
"ohiya yang ini bayar ya" Jingga mengingatkan sambil tertawa dan Juang ikut tertawa.
Juang menikmati minumannya sambil menggambar, ia selalu menggambar jika ada waktu kosong.
Tak lama kemudian Jingga keluar sambil membawa tas dengan buru buru
"Duluan ya Gal" Jingga pamit ke pegawai cafe
"Yoi Hati hati"
Juang melihat Jingga terburu buru langsung memasukan alat gambar dan buku-bukunya kedalam tas, ia membayar minumannya tadi kepada Galih dan menyusul Jingga keluar.
"Kamu mau ngapain?" tanya Jingga polos
"mau pulang"
"emangnya kita searah pulangnya? Kamu kan kemarin pulangnya kearah sana, masa hari ini searah sama aku"
"bosen lewat sana gersang" jawab Juang asal
Jingga tertawa mendengar ucapan Juang
"iya kalo lewat situ kan banyak pohon-pohon seger" tambah Juang mengelak
Jingga langsung berjalan dan Juang mengiringi disebelahnya
"ohiya aku belum tau nama kamu"tanya Jingga
" Juang " jawab Juang "Juang Astra"
"Kamu tinggal didaerah sini?" tanya Jingga lagi
"Bisa iya bisa nggak"
"kok gitu?" tanya Jingga penasaran
"Keadaan yang membuat aku pindah-pindah. aku bisa pindah pindah 10 kali dalam setahun, pindah tempat dari tempat satu ketempat lainnya itu bikin kita ketemu orang baru, keluarga baru"
"menarik"
"Banget " Jawab Juang cepat
"Aku pengen kayak kamu, bisa bebas kemana aja, merasakan hal-hal baru, bertemu orang- orang baru dan gak diem aja disatu tempat" kata Jingga
Juang tidak menjawab apapun perkataan dari Jingga dan mereka terus berjalan. Mereka pun melewati tempat favorit Jingga
"ini adalah tempat favorit aku kalo lagi kusut atau lagi memikirkan sesuatu" ucap Jingga
Tempat itu adalah sebuah lapangan yang sudutnya ada pohon besar, daunnya sangat rimbun jadi dibawahnya sangat sejuk.
"ohiya kamu kenapa bisa sampe sini" Jingga menanyakan kenapa Juang bisa tinggal didaerah tersebut
"Gaktau, mungkin tuhan biarin aku ....... gak dikejar kejar depkolektor lagi" jawab Juang sambil ketawa. Jingga pun ikut tertawa ,mendengar jawaban dari Juang
"kamu tau gak bahwa didunia ini ada orang yang bisa memvisualkan suara?" tanya Juang
"Gaktau"
"Synesthesia namanya, mereka ketika mendengarkan musik kayak ada warna warna diotak mereka, jadi kayak melihat nada dengan warna. Adik aku mengidap Synesthesia, dia sering mendengar lagu lalu mengubahnya dalam bentuk lukisan" jelas Juang
"woww adikmu keren ya" Jawab Jingga
"iya dia bisa memanfaatkan kelainan syarafnya dengan baik"
Setelah berbincang lama mereka pun pulang, ditengah perjalanan hujan turun dan langit mulai gelap. Mereka tetap meneruskan perjalanan, Juang menggunakan skateboard nya untuk mengurangi air hujan mengguyur mereka. Sesampai dirumah Jingga mengajak Juang untuk mampir sekalian berteduh karna hujan semakin deras. Tetapi, Juang menolak.
"kamu ngapain disitu ? ayo masuk hujannya makin deres"
"gak enak udah malem,aku langsung aja." Jawab Juang
"yaudah, makasih ya untuk obrolan menariknya"
"sama-sama"
Besok siangnya Juang kembali kecafe milik Jingga.
"Haiii Jingga"
"Haii" Jawab Jingga
"Sendiri aja?" tanya Juang
"Iya Galih dan Desti masuk sore" jawab Jinggal sambil sibuk merapikan meja-meja cafe
Juang diam tak menjawab lagi, ia memperhatikan sekeliling ruangan cafe itu. Lalu tiba tiba mengambil Apron yang digantung didekat pintu dan langsung memakai nya.
"aku bisa gantiin mereka untuk sementara" kata Juang
"emang kamu yakin?"
"Yakin, daripada kamu sendirian"
Jingga hanya tersenyum melihat kelakuan Juang. Juang pun langsung membantu Jingga mebereskan cafe.
Selesai membereskan semuanya mereka duduk berdua lalu Juang mengeluarkan termos yang biasa ia bawa dari tasnya .
"oh itu minuman yang suka kamu minum kalo lagi gambar?"
"Ini asalnya dari bunga, kalo menurut jenis minuman ini namanya tsel. Aku lebih suka ini daripada kopi karna wanginya" sambil menyiapkan dua gelas tsel lalu memberikannya pada Jingga. Jingga langsung menerimanya dan menyium aroma dari minuman itu
"wangi banget, Thanks"
"Kita impas" jawab Juang mengingat Taro Latte yang diberikan Jingga
"dasar perhitungan" kata Jingga
Jingga tertawa dan meminum tsel itu.
"beberapa hari aku kesini kok gak begitu banyak ya yang kesini?apa emang terlalu ekslusif?" tanya juang penasaran
"gak juga. Sebenarnya, cafe ini emang udah gak profitable. Aku juga udah berusaha segala cara untuk membuat customer cafe ini semakin ramai, tapi malah semakin sedikit. banyak juga orang-orang nyaranin buat ngejual cafe ini, tapi aku belum sanggup menjual satu-satunya yang papa kasih buat aku" jelas Jingga
Juang diam saja dan langsung memegang tangan jingga untuk mengajaknya pergi. Pas saja Galih sudah datang ke cafe.

Juang Astra, JinggaWhere stories live. Discover now