Part 3

61 6 0
                                    

Long chapter~
Vomment please
Thank you

*****


Kevin POV

Sesampai nya di meja tempat gue ngumpul, gue langsung di serbu sama pertanyaan dari teman-teman gue yang semuanya nanyain tentang  gadis cantik yang tengah duduk sama Rian.

"Eh Vin, kok Rian bisa jalan berdua sama dia?" tanya Aero sambil curi-curi pandang kearah meja Rian dan Gwen.

"Mereka pacaran?" si Aqsa juga ikut nanya-nanya lagi.

Mereka ini kenapa sih pada kepo banget soal Gwen.

"Nggak," jawab gue males.

"Loh bukannya tadi dia bilang kalo dia lagi kencan sama Rian ya. Nggak mungkin mereka ngga pacaran?" kata Maria.

"Nggak ada yang nggak mungkin karena mereka berdua itu sepupuan."

Karena Rian terlalu pandai menutup mulutnya alias pendiam banget dan Gwen yang terlalu pandai menutup dirinya jadi nggak banyak orang yang tau kalo mereka berdua itu sepupuan.

Ya wajar juga sih kalo mereka ngira Gwen dan Rian itu pacaran soalnya perlakuan Rian ke Gwen itu udah 11 12 kayak orang pacaran. Gwen juga bakal jadi cewek super manis kalo udah sama Rian yang bikin para jomblo termasuk gue iri sama Rian.

"Berarti dia lagi single kan Vin? Bisa lah kenalin ke gue." Kata Aero sambil menaik turun kan alisnya

"Ya kalo gue kenalin pun emang dia mau sama lo?"

"Kali aja gitu Vin, jodoh ga ada yang tau."

"Iya-iya, liat entar aja."

"Yes," Aero dan Aqsa bersorak senang.

Gue cuma ketawa dalam hati karena gue bohong soal ngenalin mereka ke Gwen. Nggak bakal dan mana rela gue ngenalin gadis itu sama mereka. Nggak kenalan sama mereka aja saingan gue udah banyak lur.

Ya gue emang suka sama Gwen. Bukan sekedar suka sebenarnya tapi lebih dari itu. Kenapa gue bisa suka sama gadis itu? Jadi waktu itu gue pulang dari Taiwan setelah gue memenangkan Taiwan Open tahun 2015, gelar perdana yang berhasil gue menangin sama koh Sinyo setelah kami dipasangkan.

Gue ingat banget waktu itu dia jatuh dari sepeda karena kaget sama klakson mobil yang bawa kita ke pelatnas. Bukan ide gue yang klaksonin tapi Koh Herry yang minta sopir buat klaksonin dia. Gue sama yang lain langsung keluar buat bantuin dia karena posisi gue paling dekat sama dia jadi gue yang pertama nolongin tapi dia malah nepis tangan gue dan marah-marah.

Gue cuma bisa melongo saking gak percayanya, pertama kalinya gue di tolak. Biasanya cewe-cewe ngelakuin berbagai hal buat bisa deket sama gue tak terkecuali atlet-atlet cewek di pelatnas, tapi ini cewek malah sebaliknya seperti gak peduli dan parahnya lo tau apa? Dia malah nyuruh gue ngambilin bungkusan plastik yang isinya pembalut dan bodohnya gue juga nurutin apa yang dia suruh.

Sejak saat itu entah kenapa gue mulai tertarik sama cewek galak itu, gue mulai cari cari segala hal tentang dia dan segala hal tentang dia itu benar-benar buat gue penasaran setengah mati because she is really a mysterious girl. Seperti yang gue bilang sebelumnya, dia pandai banget nutup dirinya dari orang-orang. Dia cuma nunjukin sisi dirinya yang mau dia tunjukin ke orang-orang dan nggak banyak orang yang tau tentang dirinya yang sebenarnya begitupun dengan gue.

gue tersadar dari lamunan gue saat Aero mukul bahu gue cukup keras.

"Apasih Ro?" gue sedikit kesal karena Aero mukul nya cukup keras bro.

"Lo ya diajak ngomong dari tadi nggak nyaut sih, yaudah gue geplak aja."

"Emang pada ngomongin apa?"

"Nah kan apa gue bilang dia ga dengerin kita dari tadi." Jawab Aero kesal.

"Jadi gini Vin, kita mau main jet ski lagi tapi kapan mainnya ga tau soalnya kita nunggu lo kapan bisanya?" Maria jelasin ulang apa yang mereka omongin tadi.

"Kalo gue sih mungkin setelah Asian games deh bisanya, soalnya setelah itu aja gue dapat libur."

Gue emang jarang dapet libur yang lumayan panjang karena jadwal pertandingan sama latihan yang lumayan padat dan itu juga alesan gue jarang pulang ke Banyuwangi. Jadi bisanya ayah sama ibu gue yang ke Jakarta buat nengokin gue, itu pun kalo kangen juga sih.

"Yaudah, kalo lo udah tau liburnya kapan, kabarin kita aja. Biar nanti gue yang ngurus tempat sama hal lainnya." Ujar Maria yang cuma gue jawab dengan anggukan.

Kevin POV end

Gwen menyandarkan badannya di kursi, perut nya benar-benar kenyang sekarang.

"Makasih ya Mas Jom makanannya, adek benar-benar beruntung punya abang kayak Mas Jom, udah ganteng baik hati pula." Ujarnya dengan senyum super manis yang menghiasi wajahnya.

Gadis itu benar-benar senang sekarang. Ya, memang sesederhana itu definisi bahagia dari seorang Gwen. Bisa makan enak dan gratis sudah cukup membuatnya senang.

"Kamu mah di giniin dulu baru mau muji."

"Ya mau gimana lagi, emang kenyataan kok kalo Mas Jom traktir aku kadar ketampanannya jadi meningkat."

"jadi Mas harus traktir orang-orang gitu biar tambah ganteng terus?"

"Nggak, Mas cuma harus traktir adek aja. Kalo sama lain mah ga ngaruh sama kegantengan Mas Jom."

"Yah itu mah akal-akalan kamu aja Gwen."

"Nah itu tau, lagian Mas Jom mah polos banget deh aku bohongin mau-mau aja. Pokoknya nanti kalo Mas Jom dekat sama cewek harus kenalin sama aku."

"Loh kenapa?" Tanya Rian bingung.

"biar aku tau dia bener-bener suka sama Mas Jom atau nggak. Sama aku aja Mas Jom sering banget ketipu apalagi sama cewek-cewek di luar sana." Kata Gwen.

Rian hanya diam.

"Mas Jom! Jawab dong! Jangan diem aja." desaknya.

"Iya-iya," mau tak mau Rian mengiyakan.

"mas Jim denger ya adek tu bukannya mau ikut campur tapi adek cuma ga mau nanti Mas Jom sakit hati gara gara cewek." Ujarnya sambil menatap Rian dalam.

Rian lantas tersenyum mendengarnya dan mengusap lembut kepala adiknya. Rian tahu Gwen benar-benar menyayanginya, begitu juga dengan Rian. Rasanya sayangnya pada gadis itu sama besarnya dengan gadis itu menyayangi dirinya, bahkan mungkin lebih besar.

Rian masih ingat saat pertama kali bertemu Gwen, saat itu Rian sekeluarga baru saja pulang dari acara rekreasi. Saat mobil yang di bawa ayahnya hendak memasuki gerbang rumah, tiba-tiba dia dan ibunya melihat gadis kecil yang tengah duduk di depan pagar rumahnya dengan kepala yang tertunduk. Ibunya lantas keluar dari mobil saat mengenali siapa gadis kecil itu dan dengan cepat membawanya masuk ke dalam rumah.

Rian bahkan tak bisa menahan air matanya saat melihat kondisi gadis berumur 5 tahun itu, penuh luka yang masih basah dan memar di beberapa bagian tubuhnya. Yang membuat rian tak habis pikir saat itu adalah Gwen yang tak menangis sedikit pun saat di obati oleh dokter keluarganya, padahal Rian saja meringis saat melihatnya.

Rian benar-benar bersyukur saat ibunya bilang akan merawat Gwen dan membiarkan gadis kecil itu tinggal bersama mereka, bahkan Rian berjanji akan melindungi dan menyayangi Gwen dengan sepenuh hatinya.


*****

Menurut kalian cerita ku tuh ngebosenin nggak sih?
.
.
.
Aku mungkin bakal slow update karena tugas ku lagi buanyak banget.
Semoga kalian tetap setia menunggu wkwk

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang