5

9.6K 1K 57
                                    

Jeno masuk dan menutup pintu perlahan.

Menguatkan hatinya agar tidak kembali menangis saat memasuki ruangan bercat putih itu.

Ruangan yang telah menjadi kamar milik kekasihnya selama 5 tahun menjalani pengobatan.

Pun ia sendiri telah tidur, makan dan mandi di tempat ini, setiap harinya.

Rumah kedua mereka, kata Dokter Jung Jaehyun.

Ditatapnya sekeliling, menjelajahi setiap sudut yang telah begitu khas dengan wangi Na Jaemin.


Lalu matanya berhenti pada alat yang terus berbunyi menyeramkan seperti bom waktu. Terletak di samping kanan ranjang Jaemin.

Alat yang begitu dibenci Jeno. Karena seakan-akan setiap ketukan bunyinya seolah mengancam akan membawa Jaemin pergi menjauh.

"Nana-ya." Jeno mendekat dan menggenggam penuh perasaan tangan dingin itu.

"Kenapa kali ini lama sekali?" Tanyanya lirih.

Lalu ingatannya berkenala pada perkataan dokter Jung dua bulan yang lalu.

"Fungsi otaknya sudah sangat menurun, matanya benar-benar tak lagi dapat melihat. Gerak tubuhnya pun sudah tak bekerja. Semua jaringan yang terhubung dari saraf otaknya tak bisa diselamatkan."

Terang dokter Jung kala itu dengan kepala tertunduk, tak mampu menatap Jeno yang seolah nyawa beserta hidupnya melayang entah kemana.

"Abses otak*nya benar-benar tak tertolong. Operasi apapun tak bisa lagi menyelamatkan Nana. Maafkan aku."

Jeno jujur saja merasakan hatinya menghangat melihat banyak orang yang dengan tulus menyayangi tunangannya.

Namun disisi lain merasa marah sebab orang-orang itu beserta dirinya tak kuasa menahan Jaemin yang sepertinya sebentar lagi akan pergi.

"L-lalu?" Balasnya parau, menahan tangis yang bercokol di tenggorokan.

Matanya memerah, memanas, dan akhirnya menjatuhkan titik air kala mendengar putusan yang diucap Jaehyun.

"Jika dalam waktu dua bulan Nana tidak kembali, makan dengan terpaksa kami akan melepas alat bantunya."

Jeno jatuh terduduk lemas dilantai, meremas dadanya lalu berteriak kuat, menangis keras meminta agar Jaehyun menarik katanya.

Jaehyun menggeleng penuh sesal, "Semua orang punya waktunya Jeno, dan waktu Nana hampir habis. Setelah ini ia akan bahagia tanpa merasa sakit lagi."

Ia tak ingin menangis seperti permintaan Jaemin tapi seolah air matanya akan otomatis terjun bebas saat matanya tertambat pada wajah pucat kekasih hatinya.

"Kenapa? Kenapa kali ini lama sekali?" Lirihnya dengan sendu, sebelah tangannya menghapus air matanya sendiri.

"Maaf, aku -aku menjadi lelaki yang lemah. Aku hanya tidak sanggup. Akan seperti apa kehidupanku kedepannya tanpamu? Aku mencintaimu lebih dari dunia dan segala isinya. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."

New Home | NOMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang