Lee Jeno seolah mati.
Hampir tak ada yang tersisa, hanya nyawa dan apa yang telah dititipkan Jaemin untuk diteruskannya.
Cafe yang mereka dirikan bersama dan ketiga kucing lucu yang dibawa Jaemin kala itu sambil hujan-hujanan.
Ia adalah seorang yatim dan piatu sejak remaja, memiliki Jaemin benar-benar satu-satunya yang berhasil dipertahankannya.
Sayangnya, tidak.
Lelaki itu hampir saja mengambil jalan pintas untuk menemui sang pemilik hati, jika saja saat itu tak ada dokter Jung yang melihatnya.
Mungkin Jeno telah hancur tertabrak bus yang melaju tak terkendali.
"APA KAU SUDAH GILA?! SADARLAH LEE, NANA TIDAK AKAN SENANG MELIHATMU SEPERTI INI." Bentaknya pada Jeno yang hanya menatap kosong jalanan.
Jaehyun menghel napas sedih meski masih terlihat marah pada sorotnya.
"Lee Jeno, aku memang tidak mengerti bagaimana rasanya berada di posisimu sekarang. Tapi yang aku tahu bahwa kau harus bangkit lagi. Aku tidak akan memaksamu untuk terlihat baik-baik saja, setidaknya jangan lakukan hal bodoh seperti ini. Jika merindukan Nana maka berdoalah. Jika mencintainya, maka hiduplah dengan baik. Karena Nana tidak pernah meninggalkanmu dan kita. Ia selalu berada dihati dan pikiranmu."
Setelahnya Jeno mengiyakan permintaan atau lebih tepatnya disebut pemaksaan Jaehyun untuk menjalani sesi konseling.
Fisik dan mentalnya hampir tak tertolong.
Sejujurnya segala usaha Jaehyun tak pernah berhasil. Jeno hanya berbohong ketika berkata ia sudah membaik. Nyatanya hatinya kian mati.
Jeno akan menghabiskan sisa umurnya dengan menunggu.
Menunggu kapan kiranya Tuhan akan berbaik hati menjemputnya.
Sebab Jaemin tengah menunggunya.
-the real end
Akhirnya bisa selesai, meski cerita ini sangat banyak kurangnya hehe. Ini ff nomin pertama saya yang sebenarnya sudah ditulis sejak tahun lalu, hanya baru niat terpublish sekarang.
Cek work lain, saya baru update cerita baru.
Enjoy^^

KAMU SEDANG MEMBACA
New Home | NOMIN ✓
Fiksi Penggemar[Completed] Romance! Angst! "Katamu, aku adalah rumahmu." ©® ginrielle, 2020.